Total Words (10.425).

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Nara Park, 28 July, Friday at 4:30 pm.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, kini Naruto dan Sasuke tengah berada di Nara Park, tempat dimana mereka berjanji untuk bertemu dengan Ino dan Sakura.

Mereka sama-sama mengenakan yukata, Naruto berwarna biru muda bermotif burung Crane berwarna putih. Sedangkan milik Sasuke berwarna hitam bermotif bunga plum yang memiliki warna hitam yang lebih pekat.

Dan kedua yukata yang mereka gunakan itu sama-sama milik orang lain, Naruto milik Ayahnya, Sasuke milik Kakaknya.

Sebenarnya Sasuke hanya ingin berpakaian biasa hanya saja setelah dipaksa oleh Ibu dan Kakaknya ia pun akhirnya mengalah. Dua lawan satu itu berat tahu.

"Baju itu kau curi dimana? Tidak biasanya kau berpakaian seperti itu" ejek Naruto.

"Curi kepala kau, ini punya Kakakku" gumam Sasuke yang menekuk wajahnya kesal.

"Kau sendiri, kenapa kau berpakaian seperti itu? Tidak biasanya orang bodoh sepertimu mau berpakaian rapih seperti itu. Lagipula kau mendapatkannya dari mana? Pasti kau mencurinya kan?" Sasuke balas mengejek.

Perkataan Sasuke membuat Naruto berdecih kesal. Sialan si Pantat ayam ini, memangnya salah ya kalau ia sesekali berpakaian rapih seperti ini?.

"Tch, enak saja kau bilang mencuri, ini yukata milik Tō-chan-ku tahu! Memangnya salah ya kalau aku berpakaian rapih seperti ini? Lagipula Itu juga bukan urusanmu tahu, dasar Pantat ayam!" Naruto memasang raut kesal.

"Hn, kan kau yang mulai mengurusiku duluan, jadi tidak salah dong kalau aku membalas perkataanmu, dasar Usuratonkachi" senyum kemenangan merekah di wajah kaku Sasuke.

"Kau mau berkelahi?" Naruto menarik kerah yukata Sasuke.

"Ayo tapi jangan main piting-pitingan, berani?" Sasuke balas menarik kerah yukata Naruto.

"Siapa takut, Ayo-".

"Naruto-kun/ Sasuke-kun! Maaf sudah membuat kalian menunggu!".

Baru saja mereka berdua akan adu jotos, tiba-tiba dua suara perempuan menginterupsi kegiatan rutin mereka (?).

Kedatangan kedua perempuan tersebut sontak membuat Naruto dan Sasuke menghentikan pertikaian mereka dan menatap kedua sosok tersebut.

"Ino-chan/ Sakura" gumam Naruto dan Sasuke secara bersamaan.

"Apa kalian sudah lama disini?" tanya Sakura yang berjalan mendekat.

"Maaf ya tadi si Jidat ini lupa dengan tasnya, jadi kami sempat kembali dulu untuk mengambilnya di rumahnya" sambung Ino, perkataan Ino membuat Sakura tertawa cengengesan. Malu atas keteledorannya.

Naruto dan Sasuke diam terpaku memperhatikan tampilan Ino dan Sakura yang entah kenapa membuat mereka tidak rela untuk memejamkan mata mereka, bagai terhipnotis dengan kecantikan mereka berdua.

Mereka tidak menyangka kalau Ino dan Sakura yang biasanya jarang berpakaian feminim benar-benar menjadi sangat cantik jika mengenakan kimono seperti ini.

Bukan berarti mereka tidak cantik sebelumnya, tapi jika mereka berpenampilan feminim seperti ini maka kecantikan mereka akan naik berkali-kali lipat dari yang biasanya, begitu pikir mereka.

Tatapan mereka benar-benar tidak bisa lepas dari sosok Ino dan Sakura.

Untuk tampilan Ino, ia mengenakan kimono berwarna kuning muda bermotif bunga sakura beraneka warna.

Sedangkan untuk Sakura, ia mengenakan kimono berwarna merah bermotif bunga yang juga beraneka ragam, dilengkapi dengan tas kecil berwarna pink.

"Ehem" deheman dari Sakura membuat Naruto dan Sasuke tersadar.

"Kami baru sampai kok, tidak usah khawatir, benarkan Sasuke?" jawab Naruto sambil merangkul Sasuke. Melupakan kalau mereka tadi sempat akan baku hantam.

"Hn, baru 3 menitan kami disini" balas Sasuke merangkul Naruto. Sakura dan Ino yang mendengar jawaban itu mengangguk paham.

Sakura dan Ino balik memperhatikan Naruto dan Sasuke secara seksama.

Semburat merah mulai menghiasi kedua pipi mereka. Mereka merasa senang karena Naruto dan Sasuke memberikan effort untuk menemui mereka. Mereka sempat mengira kalau Naruto dan Sasuke hanya akan mengenakan baju biasa saja, ternyata mereka salah.

Lagipula ketampanan mereka berdua benar-benar bertambah jika mereka berpakaian rapih seperti ini. Hal itu sontak memicu imajinasi khas seorang gadis remaja di kepala mereka. Hal itu seketika membuat asap imajiner mengepul keluar dari kepala mereka, membuat mereka salah tingkah sendiri.

"Kau tidak apa, Ino-chan?" Naruto menempelkan tangannya ke dahi Ino. Sama halnya dengan Sasuke yang melakukannya tanpa sepata kata keluar dari mulutnya.

Ino dan Sakura pun hanya bisa menggeleng pelan, sambil mencoba menutupinya dengan memberikan senyuman mereka.

"Syukurlah, oh iya sembari menunggu acaranya dimulai, bagaimana kalau kita bermain permainan yang ada di kuil sana?" usul Naruto dengan wajah yang sumringah.

"Ayo!" jawab Ino dan Sakura yang antusias. Sedangkan Sasuke hanya diam, Sakura pun menoleh ke arah Sasuke.

"Kalian duluan saja, aku mau menyicip makanan yang dijual disini, aku belum makan sejak tadi siang" ujar Sasuke.

"Ah kalau begitu aku akan ikut Sasuke-kun, kebetulan aku juga belum makan, dari pagi malah, hehe" ujar Sakura tertawa cengengesan.

"Ino kau sama Naruto dulu ya?" tanya Sakura sambil mengerling genit, mencoba menggoda sahabat pirangnya.

"Iya iya" balas Ino yang berpura-pura cemberut.

"Yosh, kalau begitu ikut aku Ino-chan!" tanpa berbasa-basi Naruto langsung menarik tangan Ino dengan tenaga yang pelan, menuju ke dalam lautan manusia yang sedang sibuk bermain permainan yang disediakan oleh para vendor yang menyewa lahan di kuil dekat Nara Park ini.

Sasuke yang melihat itu hanya tersenyum tipis, kemudian ia berjalan menuju Food Court yang sebenarnya sejalan dengan jalan yang Naruto dan Ino lewati.

"Ayo, Sakura".

"H'ai, tepat di belakangmu Sasuke-kun!" Sakura tidak hentinya tersenyum lebar, ia pun mengekor di belakang Sasuke.

Baru saja dirinya melangkah, tiba-tiba Sasuke berhenti sehingga membuat Sakura menabrak Sasuke.

"Uh, kenapa tiba-tiba berhenti, Sasuke-kun?".

"Jangan berjalan di belakangku, aku tidak mau hasil kerja kerasmu (berdandan) menjadi sia-sia karena terhalang olehku. Bagaimana kalau kau berjalan saja di sampingku?" tanpa menunggu respon Sakura. Sasuke langsung menarik tangan Sakura untuk mensejajarkan dirinya.

Perlakuan Sasuke yang sangat tiba-tiba membuat Sakura langsung gelagapan.

"Aku tahu make up seperti itu butuh effort yang tidak sedikit, jadi aku tidak akan membiarkanmu menyia-nyiakannya dengan berjalan di belakangku" ujar Sasuke yang kini menggenggam tangan Sakura.

Perlakuan Sasuke yang biasanya dingin tiba-tiba berubah menjadi sweet seperti itu membuat Sakura semakin gelagapan. Ia masih belum bisa mencerna semua ini.

Kenapa bisa si pangeran dingin ini menjadi seperhatian ini kepadanya? Apa jangan-jangan Sasuke juga suka kepadanya?.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya.

'T- tunggu dulu, jangan kegeeran dulu Sakura, mungkin saja Sasuke-kun tipe orang yang risih kalau ada orang yang berjalan di belakangnya. Tapi tidak ada salahnya berharapkan kalau Sasuke-kun akhirnya membalas perasaanku? Tapi bagaimana kalau akunya yang memang kegeeran. Ah kenapa jadi serba salah begini sih, aku kan jadi bingung, Shannarooo!' batin Sakura yang salah tingkah.

Sasuke yang melihat Sakura terdiam seperti itu cukup bingung. Ia pun berasumsi kalau tindakannya ini sudah kelewat batas dan tidak sopan.

Sasuke menyesal telah mengikuti perkataan Ibunya, yang berpesan untuk memuji Sakura dan jangan lupa untuk menggandeng tangannya. Ia tidak sadar kalau perbuatannya itu ternyata sudah tidak sopan dan malah jatuhnya kearah pelecehan.

Ia yakin jika Kakaknya melihatnya seperti ini pasti akan mengganggunya sampai berhari-hari. Kakaknya memang begitu, kelihatannya saja dingin ketika berada diluar tapi giliran sama Adiknya sendiri jahilnya bukan main.

"Maafkan aku kalau sudah tidak sopan" Sasuke melepaskan genggamannya dari tangan Sakura.

"Jangan!" belum sempat tangan Sasuke terlepas sepenuhnya, Sakura langsung kembali menyatukan tangan mereka. Hal itu membuat Sasuke lagi-lagi bingung.

Hening sempat terjadi membuat Sasuke yang cinta kesunyian tiba-tiba merasa aneh dan tidak nyaman (canggung).

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi. Oh iya sebelum itu, kalau nanti ada perbuatanku membuatmu tidak nyaman bilang saja ya, supaya aku bisa tahu kapan untuk berhenti melakukannya" ujar Sasuke. Sakura hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari perkataan Sasuke.

Dengan tangan yang saling bertaut, Sasuke dan Sakura pun melanjutkan perjalanan mereka menuju ke tempat pemberhentian pertama mereka, yakni penjual kroket.

"Irasshai!".


:-(ITK)-:


Lima belas menit telah berlalu, Sasuke dan Sakura sudah kembali bergabung dengan Naruto dan Ino yang sedang sibuk bermain Kingyo Sukui (menangkap ikan emas menggunakan jaring tipis).

Selama beberapa menit bermain, Naruto baru menangkap 2 ekor ikan emas, sedangkan Ino lebih parah, ia sama sekali belum menangkap apapun karena jaringannya terus-terusan sobek.

Dan pada akhirnya jaring mereka berdua pun habis. Membuat Naruto otomatis keluar sebagai pemenang dari game yang mereka ciptakan sendiri.

"Yosha!".

"Yah aku kalah" Ino memanyunkan bibirnya cemberut setelah jaring terkahirnya sobek.

Naruto yang melihat itu hanya tersenyum tipis kemudian ia memasukkan satu ikan emasnya ke dalam mangkuk Ino. Membuat Ino menatapnya bingung.

"Kau satu aku satu, jadi kita sama-sama menang deh, Shishishi!" tawa renyah Naruto membuat Ino tertawa pelan.

Sakura yang melihat itu memekik senang, tidak tahan dengan aksi Naruto yang ternyata juga bisa bersikap manis seperti itu kepada Ino. Sedangkan Sasuke malah memasang seringai jahilnya.

"Tidak usah sok imut begitu Usuratonkachi, kau menjijikan" tidak ada angin tidak ada hujan, Sasuke tiba-tiba mengejek Naruto.

"Tch, siapa juga yang sok imut, Pantat ayam bajingan? Kau mau berkelahi hah?!" Naruto berdiri secara tiba-tiba sehingga membuat mangkok yang ada di tangannya jatuh mengenai mangkok Ino dan kemudian . . .

*Byur* *Byur*

Kedua ikan hasil tangkapan Naruto pun jatuh kembali ke tempat asalnya membuat Naruto, Ino dan Sakura memekik pelan.

"Ini salahmu sialan!" Naruto langsung mencekik Sasuke. Sasuke yang tidak mau kalah tentu balas mencekik Naruto. Dan perkelahian konyol mereka pun dimulai.

Namun itu tidak lama karena pemilik Kingyo Sukui itu langsung mengusir mereka karena jika tidak maka usahanya bisa hancur.

Mereka berempat pun beranjak dari tempat tersebut, ketika Naruto dan Sasuke akan melanjutkan perkelahian mereka, Ino dan Sakura langsung menjewer mereka, menyuruh mereka untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan karena mereka akan menarik seluruh perhatian orang-orang yang ada disini.

Mendengar itu membuat niat berkelahi Naruto dan Sasuke menjadi ciut, mereka pun mau tidak mau menuruti perkataan Ino dan Sakura.

Ino dan Sakura yang perkataannya dituruti tentu tersenyum senang, kemudian mereka pun memutuskan untuk lanjut berkeliling, namun sebelum itu Naruto dan Sasuke lebih dulu menyodorkan tangan mereka agar digandeng oleh Ino dan Sakura.

Ino dan Sakura menerimanya dengan senang hati, membuat rona merah kembali muncul menghiasi pipi mereka, termasuk Naruto dan Sasuke.

Seiring waktu berjalan, tanpa mereka sadari hubungan mereka berempat yang sempat renggang kini mulai pulih dan bahkan menjadi semakin dekat. Khususnya antara Naruto dan Ino, Sasuke dan Sakura.

Sehingga hal itupun membuat mereka berempat benar-benar terlihat seperti pasangan yang sedang melakukan double date. Bagaimana tidak? Lihat saja, Naruto dan Ino yang kini saling bergandengan tanpa ada rasa canggung, begitu juga Sasuke dan Sakura yang semakin lengket bagaikan sebuah perekat.

Membuat orang-orang khususnya pemuda-pemudi yang melihat mereka yang bermesraan seperti itu menjadi iri.

Para cowok banyak yang mengutuk dengan sumpah serapah kepada Naruto dan Sasuke karena telah berhasil mengencani cewek secantik Ino dan Sakura.

Sama halnya dengan para cewek yang tidak kuasa menahan iri karena melihat perempuan yang menurut mereka biasa saja mampu mengencani cowok ganteng seperti Naruto dan Sasuke.

Namun ada juga yang senyum-senyum melihat kedekatan mereka, kebanyakan orang-orang itu adalah orang yang sudah dewasa. Seakan-akan merasa de javu dengan masa muda mereka.

Satu jam kemudian, hampir semua permainan telah mereka mainkan, di setiap permainan itu pula tim NaruIno dan SasuSaku tidak ada henti-hentinya bersaing untuk mengalahkan satu sama lain.

Dan percaya tidak percaya hasilnya ternyata imbang. Baru saja mereka akan menentukan pemenangnya dengan memainkan permainan yang tersisa, perut mereka seketika berbunyi seakan-akan mengingatkan mereka agar segera diisi.

Mereka pun memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum menyelesaikan sisa permainan yang ada sekaligus mencari pemenang, siapa tim yang paling hebat.

Dan setelah semua itu selesai maka mereka akan berkumpul di tempat yang ditentukan untuk menyaksikan kembang api yang tidak lama lagi akan diluncurkan.

Setelah memilah-milah tempat makan, tatapan mereka pun terkunci pada satu gerai yang berada di tengah-tengah gerai lain yang menghimpitnya. Yakni geraiYakiniku yang saat ini benar-benar ramai akan pengunjung.

Entah kebetulan atau tidak mereka berempat memang sedang ingin makan Yakiniku. Mereka pun masa bodoh dengan banyaknya pengunjung tempat tersebut, jika harus war tempat maka mereka akan melakukannya!.

Tanpa mau membuang waktu lagi, mereka pun segera masuk ke dalam gerai tersebut.

*Ding*

"Irasshai- Eh?!".

"Chōji?!" mereka berempat kompak menyebut nama sahabat mereka yang ternyata membuka lapak juga di kuil ini.

Senyuman lebar mulai merekah di wajah Chōji ketika melihat kedatangan keempat sahabatnya.

"Kalian berempat rupanya, hehe silahkan duduk!" Chōji mengarahkan keempat sahabatnya ke meja yang kosong. Sembari membersihkan meja tersebut supaya layak untuk ditempati.

"Terimakasih, Chōji!" ujar Ino mewakili yang lain.

"Sama-sama!".

"Oh ya Chōji, apa kau hanya sendiri disini?" giliran Sakura yang mewakili rasa penasaran yang lainnya. Chōji menggeleng pelan.

"Tentu saja tidak, aku bisa kewalahan kalau hanya aku sendiri, jadi aku bawa dua asisten deh. Teman-teman, lihat siapa yang mengunjungi kita!" panggil Chōji.

Kedua orang yang Chōji maksud pun datang, tentunya setelah kedua orang itu selesai membilas kedua tangan mereka dari sabun sisa cuci piring, tidak lupa untuk mengeringkannya di serbet yang disediakan oleh Chōji khusus untuk mereka berdua.

"Eh Naruto-san, Sasuke-san, apa kabar?!" ujar kedua orang itu bersamaan, tersenyum.

"Midori, Balkan!" Naruto sumringah ketika melihat dua temannya ternyata datang membantu Chōji. Sedangkan Sasuke hanya berdehem pelan membalas sambutan mereka berdua.

"Namaku Midare/ Baiu, Naruto-san" ujar mereka berdua kembali kompak, wajah mereka berdua yang tadi dihiasi rasa senang kini berubah murung. Ino dan Sakura yang melihat itu tertawa pelan.

"Oh iya ini menunya, silahkan dipilih" Baiu menyodorkan menu kepada mereka berempat.

"Karena kalian sedang double date, maka aku sarankan untuk memesan menu khusus untuk double date ini" Midare menunjukkan menu spesial yang ia maksud.

Perkataan spontan dari Midare membuat Ino dan Sakura tersipu malu, sementara Sasuke langsung membuang muka, tidak mau menunjukkan sedikit rona merah yang kembali muncul di kedua pipinya.

Sedangkan untuk Naruto, ia malah memiting Midare sambil menggosok-gosokkan tinjunya ke kepala Midare, ia kesal (sekaligus malu) karena lagi-lagi si Midare ini sering sekali berbicara sembarangan.

"Atatatatat! Aku salah apa, Naruto-san?!".

"Itu karena kau suka bicara sembarangan!".

"T- tapikan-".

"Kalau begitu kami mau pesan menu yang spesial itu, tolong ya!" Ino memotong pembicaraan antara Midare dan Naruto.

Baiu yang mendengar itu pun mengangguk paham kemudian dengan sigap ia segera menyiapkan pesanan mereka.

"Baiklah kalau begitu aku akan ke belakang untuk menyiapkan pesanan kalian, Naruto bisa lepaskan Midare? Aku butuh bantuannya" ujar Chōji yang masih memasang senyuman lebarnya.

Naruto pun melepaskan Midare sambil berkata 'awas kau'.

Midare yang melihat itu hanya tertawa kikuk, ia pun segera menyusul Chōji dan Baiu untuk membantu mereka.

*Ding*

"Irasshaimase!".


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"I'm the King!"

Disclaimer: [Naruto] Masashi Kishimoto

Created by: Holocaust

Genre: Action, comedy, school, martial arts, slice of life, etc.

Pairing: NaruIno, SasuSaku.

Warning: Typo berantakan , Alternative Universe, OOC, NoMagic, NoChakra, Just a regular human! and many more.

Summary: Cerita Shikamaru tentang Mantan Naruto membuat Ino galau dan mengakibatkan Ino terus menerus memikirkan Maruto. Sama halnya dengan Ino, Naruto rupanya juga ikut galau memikirkan Ino. Ia penasaran apakah semua perhatian Ino kepadanya adalah benar adanya ataukah hanya tipu daya semata?.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Semua permainan telah mereka mainkan, dan menjadikan tim SasuSaku lah yang keluar sebagai pemenang. Dengan mengantongi 7 kemenangan 6 kalah dan sekali hasil imbang.

Membuat tim NaruIno harus mengakui kedigdayaan tim SasuSaku yang telah mengalahkan mereka secara fair and square.

Namun itu semua tidak masalah, karena yang terpenting adalah mereka semua telah bersenang-senang. Abaikan Naruto dan Sasuke yang terus saling mengejek, mereka memang begitu, jadi tidak usah dipedulikan.

Tidak terasa saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, keempat sahabat masa kecil yang baru selesai memainkan permainan terakhir mereka pun mulai menuju ke tempat yang sudah ditentukan.

Namun sebelum itu Ino dan Sakura saling berbisik satu sama lain, setelah itu mereka berdua pun menuju arah yang berbeda dengan menarik masing-masing pasangan mereka. Ino menarik Naruto, Sakura menarik Sasuke.

Sakura menarik Sasuke menuju ke pinggir sungai yang berada di dekat Shika Commerce, bersama para pengunjung yang lain.

Sedangkan Ino menarik Naruto menuju ke tempat tertinggi yang berada dekat dengan kuil.

Naruto dan Sasuke tentu menanyakan kenapa mereka terpisah, Sakura dan Ino menjawab kalau mereka masing-masing mempunyai tempat terbaik untuk melihat kembang api.

Naruto dan Sasuke mengerti, memutuskan untuk mengikuti kemauan Ino dan Sakura yang menuntun mereka ke tempat yang mereka maksud.

Mereka pun sampai di tempat tujuan mereka masing-masing.

"Hahh hahh, Naruto-kun, lihat kembang api itu, indah bukan kalau dilihat dari atas sini?" Ino mendekat ke pagar pembatas, menatap letusan kembang api yang terlihat benar-benar indah.

Naruto mengikuti tatapan Ino. Ikut mengagumi keindahan kembang api tersebut.

"Kau benar, bagaimana kau bisa tahu tempat ini? Apa kau sudah sering kesini?" tanya Naruto yang menoleh ke arah Ino sambil tersenyum tipis.

"Ya, saat SMP dulu ketika ada festival kembang api aku dan Sakura selalu pergi kesini" jawab Ino yang juga menoleh menatap wajah Naruto, tersenyum manis.

Pandangan mereka saling terkunci, biru laut bertemu dengan biru langit. Membuat mereka seketika terdiam mematung menikmati keindahan yang diterima oleh masing-masing mata mereka.

Detak jantung sama-sama mulai berdegup semakin cepat. Membuat darah dengan cepat memompa ke kedua pipi mereka secara berlebihan, sehingga membuat rona merah mulai muncul di kedua pipi mereka.

Mereka benar-benar terhipnotis sampai-sampai tidak ada dari mereka yang bersuara. Mengakibatkan situasi menjadi hening, menyisakan suara letusan kembang api dan suara serangga nokturnal yang mengisi kesunyian malam musim panas mereka.

"Ino-chan/ Naru-kun!" ujar mereka bersamaan.

"Kau duluan!" ujar mereka kembali bersamaan.

"Lady's first" Naruto tersenyum tipis.

Ino mengangguk paham, mencoba untuk menenangkan dirinya.

Dia mengingat perkataan Sakura yang menyuruhnya untuk memuji-muji Sasuke di depan Naruto seperti yang dulu mereka lakukan, hal itu dilakukan supaya Ino dapat membaca ekspresi Naruto.

Apakah dia cemburu ataukah hanya biasa-biasa saja. Jika benar dia cemburu maka rencana mereka berhasil. Tapi jika Naruto hanya biasa-biasa saja maka ini akan menjadi boomerang bagi rencana mereka berdua.

Namun sebelum Ino melancarkan rencananya itu, ia seketika ingat dengan kejadian saat ia menjenguk Naruto di Rumah Sakit.

Apalagi kalau bukan tentang mantan Naruto yang mampu membuat Ino galau berhari-hari memikirkannya.

"Um Naruto-kun, apa aku boleh tahu siapa itu Miko Shion?" Ino menundukkan kepalanya, takut kalau pertanyaannya itu menyinggung Naruto dan membuka luka lama yang telah susah payah Naruto lupakan.

*Deg*

Naruto tertegun ketika mendengar nama itu. Ino memberanikan dirinya untuk mendongak demi melihat raut wajah Naruto saat ini.

Dan yang ia lihat adalah Naruto tengah mengeraskan rahangnya.

'Apa yang kulakukan? Seharusnya aku tidak menanyakan hal itu' batin Ino yang sudah mulai cemas.

Naruto memejamkan matanya sebentar sambil menghela nafas panjang, kemudian ia membuka matanya kembali dan menatap wajah Ino dalam-dalam.

"Kau pasti tahu dari Shika 'kan?" tanya Naruto.

Ino mengangguk pelan.

"Baiklah karena kau menanyakannya akan ku ceritakan kepadamu siapa itu Miko Shion, dan apa hubungannya denganku" Naruto bersandar di pegangan besi sambil menatap langit yang dihiasi oleh kembang api yang beraneka warna dan bentuk.

"Miko Shion, dia adalah mantan pacarku saat aku memasuki semester akhir kelas 3 SMP. Saat itu ia merupakan adik kelasku yang berada satu tahun di bawahku".

"Dia adalah gadis populer di sekolahku, banyak yang memuji dan memujanya karena kecantikan, kepintaran dan juga karena kekayaannya".

"Diantara banyaknya lelaki yang memujanya, aku adalah salah satu yang tidak peduli dengannya, karena bagiku memuji orang asing adalah hal yang tidak berguna".

"Entah karena apa tiba-tiba Shion mulai mendekatiku, pada saat itu dipikiranku alasan kenapa Shion mendekatiku adalah karena dia ingin meminta bantuan".

"Wajar aku berpikir seperti itu karena sebanyak apapun orang yang menyukainya, pasti ada juga yang tidak menyukainya bahkan membencinya. Jadi dengan alasan itu aku sempat berpikir kalau dia mungkin telah dirundung atau mungkin sedang terlibat masalah yang membutuhkan bantuanku".

"Hal itu wajar terjadi karena sebelum itu aku pernah beberapa kali membantu murid-murid di sekolahku untuk menyelesaikan masalah mereka. Kenapa? Karena bisa dibilang kalau aku adalah orang terkuat di sekolahku, dan aku sangat menentang adanya pembullyan dan pengucilan yang terjadi di sekolahku".

"Namun ternyata pemikiranku salah, ia mendekatiku karena katanya aku berbeda dari yang lain, dari sekian banyaknya lelaki yang menggilanya, aku adalah satu-satunya yang benar-benar tidak peduli dengan kehadirannya. Selain itu alasan lain kenapa Shion mendekatiku adalah karena dia menyukai orang yang kuat".

Naruto terkekeh pelan.

"Sebodoh-bodohnya aku, aku tentu tidak langsung percaya dengan apa yang Shion katakan. Aku pun mengabaikannya dan mengusirnya pergi, namun berkali-kali pun aku mengusirnya, dia tidak pernah menyerah, malah ia semakin gencar untuk mendekatiku" Naruto melirik Ino yang sedang mendengarkan ceritanya dengan penuh keseriusan.

"Terdengar cukup familiar huh? Dia seperti mengingatkanku padamu dan Sakura yang saat SD dulu suka sekali bertengkar demi merebut perhatian Sasuke, tidak peduli walau kalian terus-terusan ditolak oleh si Pantat ayam itu, kalian sama sekali tidak pernah mau menyerah".

"Itu tidak benar" Ino menundukkan kepalanya malu sekaligus menyesal, menyesal karena telah membuang waktu berharganya dan menyesal karena tidak bisa jujur dengan perasaannya saat itu.

"Aku sempat iri tahu" Naruto tersenyum tipis sambil mengelus pucuk kepala Ino, hal itupun sontak membuat Ino mendongak menatap Naruto yang sedang tersenyum padanya.

Naruto kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke langit, sambil mencoba mengingat di bagian mana ia harus melanjutkan ceritanya.

"Singkat cerita aku mulai tidak enak kepadanya, aku pun mencoba untuk mengikuti kemauannya secara perlahan-lahan, dan tanpa kusangka-sangka hal itu membuatku mulai bisa menerima kehadirannya di sisiku".

Perasaan iri muncul di hati Ino. Membuatnya meringis dalam hati.

"Beberapa minggu kemudian sesaat sebelum aku pergi berperang melawan salah satu geng kuat yang ada di kota-ku. Aku mendapatkan surat dari Shion di dalam lokerku, menyuruhku untuk pergi ke taman belakang sekolah sebelum aku meninggalkan sekolah".

"Musim dingin, 10 Desember, jam 4:50 sore. Dia menyatakan cintanya padaku. Pada saat itu aku hanya bisa bengong, tidak tahu harus berbuat apa. Membuatnya langsung mengambil inisiatif untuk memberitahuku kapan dan apa alasannya menyukaiku".

"Pertama kali ia menyukaiku adalah pada saat dia masih kelas 1 SMP, tepatnya ketika aku melindunginya dari anak-anak nakal yang mencoba untuk melecehkannya, aku terkejut karena sebenarnya aku tidak tahu kalau yang kutolong pada saat itu adalah dia".

"Lalu dengan berjalannya waktu, perlahan-lahan perasaannya tumbuh dan menjadi semakin kuat ketika kami mulai mengenal dan sering menghabiskan waktu bersama. Ia yang awalnya berpikir kalau aku tahunya cuma berkelahi langsung berubah, ia mengatakan kalau dibalik kenakalan yang aku perbuat, ternyata terdapat banyak kebaikan yang aku sembunyikan, membuatnya semakin jantuh cinta kepadaku".

"Dengan begitu ia pun tidak ragu untuk untuk menyatakan perasaannya padaku di hari itu juga".

"Perkataannya tentu membuatku tersentuh, karena selama hidupku baru dia perempuan yang berani berbicara seperti itu padaku. Jangankan berbicara, melihatku saja mereka takut. Tapi aku sudah memakluminya karena aku memang anak yang nakal yang tahunya cuma berkelahi dan berkelahi saja".

Mendengar itu membuat perasaan iri, cemburu dan sakit hati terlihat jelas di mata dan wajah Ino, hanya saja Naruto tidak menyadarinya. Bersamaan dengan itu setetes air mata jatuh dari matanya, ia pun cepat-cepat membersihkannya, tidak mau kalau Naruto melihatnya seperti ini.

'Seharusnya akulah yang pertama melakukannya, seandainya waktu itu aku jujur dengan perasaanku sendiri' Ino menggenggan tinjunya kuat, ia benar-benar kecewa dengan dirinya yang dulu, juga kecewa karena tidak menyadari kalau banyak sekali kesempatan untuknya mendapatkan hati Naruto saat itu juga.

"Singkat cerita aku pun menerimanya, namun sebelum itu aku memberitahunya kalau aku tidak tahu caranya berpacaran karena aku tidak pernah berpacaran. Dia berkata kalau ia tidak percaya denganku sambil tertawa pelan, lalu setelah itu ia berjanji kalau dia akan mengajariku caranya berpacaran secara perlahan-lahan supaya aku tidak kewalahan".

"Hari demi hari pun berlalu dengan sangat baik bagiku, dia selalu perhatian padaku dan juga selalu merawatku ketika aku luka. Membuatku mulai merasakan hal yang baru lagi tentangnya, kata Shikamaru sih perasaan tertarikku saat aku menerimanya berubah menjadi rasa suka dan mungkin bisa lebih".

Senyuman di wajah Naruto mulai memudar.

"Ketika hampir menyentuh dua bulan kami berpacaran, sifat Shion mulai berubah, entah kenapa ia sering sekali marah-marah dan memulai pertengkaran tanpa adanya sebab, dan kadang ia juga sering memukulku tanpa alasan yang jelas".

"Aku coba memakluminya dan terus mencoba untuk melunakkan hatinya dengan memberikannya apa yang ia mau, hanya saja semua usahaku seakan sia-sia".

"Berbagai macam cara telah kulakukan, hubungan kami yang dulunya terasa sempurna kini mulai terasa asing. Ia tidak pernah lagi melakukan kebiasaannya, yakni mengabariku dan tidak pernah lagi muncul di kelasku untuk mengajakku makan bersama. Hal itu tentu membuatku penasaran dan ingin bertemu dengannya, menanyakan apa alasannya".

'Dasar perempuan yang tidak tahu diuntung!' batin Ino yang geram.

"Saat jam pelajaran pertama usai aku pun memutuskan untuk menemuinya di kelasnya, namun sebelum aku masuk, aku sempat menguping pembicaraan teman-teman Shion dan apa yang kudengar saar itu membuatku tidak percaya".

"Ternyata alasan Shion menembakku saat itu adalah karena ia dan teman-temannya membuat taruhan yang mengatakan jika Shion bisa membuat 'sang Raja Iblis yang bodoh' menjadi pacarnya selama yang ja bisa, maka dia akan mendapat apapun yang dia mau".

"Tidak hanya itu, ternyata Shion juga telah berpacaran dengan adikku sendiri, Menma. Dan hubungan mereka sudah menginjak satu bulan, padahal saat itu dia masih menjadi pacarku".

'Dasar perempuan biadab!' Ino berdecih kesal.

"Aku yang saat itu tidak percaya langsung meninggalkan kelas tersebut, tidak mau berpikiran yang tidak-tidak tentang hubungan Shion dan adikku Menma".

"Saat pulang pun tiba, aku memutuskan untuk menjemput Shion di kelasnya untuk pulang bersama, namun ternyata kelasnya sudah hampir kosong, tersisa hanya dua orang saja yang sedang berbicara di dalam kelas itu. Namun sebelum aku pergi suara kedua orang itu terdengar cukup keras dan terasa sangat familiar, suara itu terdengar seperti suara Shion dan Menma".

"Aku yang penasaran mencoba untuk melihat siapa kedua orang tersebut, memastikan kalau intuisiku itu salah. Aku pun membuka pintu kelas tersebut, dan apa yang kulihat benar-benar tidak bisa kupercaya".

"Ternyata kedua orang itu memang benar Menma dan Shion yang saat itu sedang bercumbu, hal itu membuatku mematung tidak percaya, mengatakan kalau semua ini hanya mimpi. Shion yang melihat keberadaanku menatapku seakan-akan tidak memiliki rasa bersalah, ia malah semakin gencar mencium Menma".

Mata Ino terbelalak ketika mendengar perbuatan Shion yang sangat hina itu, tubuh Ino bergetar marah.

'Benar-benar perempuan gatal, jika aku bertemu denganmu akan kubunuh kau!' batin Ino yang benar-benar murka, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya, sudah mulai tidak bisa untuk menahan emosinya.

"Aku yang marah langsung memukul dinding di sebelahku dengan sangat keras sehingga menghasilkan bunyi dentuman yang juga sama kerasnya sampai membuat dinding tersebut retak. Kelakuanku tersebut pun membuat Menma seketika menghentikan aktivitasnya dan langsung menoleh ke arahku, terkejut melihat keberadaanku".

"Tanpa berbasa-basi aku langsung bertanya kenapa dia mencium pacarku, perkataanku membuat Menma bingung dan berkata kalau Shion adalah pacarnya Dan mereka sudah sebulan berpacaran. aku membalasnya dengan mengatakan kalau aku dan Shion sudah lebih dulu berpacaran dan sudah hampir menginjak usia 2 bulan kami berpacaran".

"Menma menatap Shion seakan menuntut penjelasan, begitu juga denganku. Shion pun akhirnya berbicara dan diluar dugaan membela Menma, dia mengatakan kalau pacarnya hanyalah Menma dan dia sama sekali tidak memiliki hubungan apapun denganku, mengatakan kalau aku telah berbohong".

"Perkataannya membuatku kecewa dan sakit hati. Aku pun mulai menyebutkan kenanganku bersamanya. Dia hanya tertawa sinis dan balik bertanya kepadaku, dia mengatakan jika benar kami berdua telah pacaran apakah aku pernah menciumnya seperti yang ia lakukan bersama Menma tadi?".

"Perkataannya membuatku merenung. Memeluknya saja tidak pernah apalagi menciumnya, selama aku berpacaran dengannya saja aku hanya boleh memegang tangannya, aku pernah ingin memeluknya hanya saja ia menolak karena katanya ia malu".

'Syukurlah, perempuan menjijikan seperti itu tidak layak mendapatkan lelaki baik sepertimu!' batin Ino kembali.

"Hal itu pun membuatku sadar kalau ternyata taruhan yang kudengar itu memang benar. Shion memacariku hanya kerena ingin memenangkan taruhannya, hal itu tentu membuatku marah".

"Menma pun berkata kalau dia tahu kalau Shion itu perempuan yang sangat digilai banyak lelaki di sekolah, tetapi dia tidak menyangka kalau aku termasuk golongan lelaki itu, bahkan katanya aku lebih parah karena sampai mengaku-ngaku kalau sudah berpacaran lama dengan Shion".

"Aku yang saat itu sudah lepas kendali tanpa sadar langsung memukul Menma, membuatnya langsung pingsan sangking kuatnya pukulanku mengenai rahangnya. Aku yang tersadar dengan kelakuanku langsung mendekati Menma sambil terus-terusan meminta maaf kepadanya, hanya saja Shion menghalangiku dan menampar pipiku dengan sangat keras sambil mengusirku dengan kata-kata kasar".

"Dan disaat itu juga ia pun memutuskanku, dia mulai membandingkanku dengan Menma, ia memuji-muji Menma, sedangkan aku dia hina dengan kata-kata yang kurang pantas".

"Ia mengatakan kalau dia tidak pernah menyukaiku, semua hal yang dia lakukan itu adalah kebohongan dan setiap kali ia bersamaku dia tidak pernah merasa senang, malahan ia merasa jijik, jijik karena berinteraksi dengan bajingan idiot tolol, sekaligus sampah masyarakat yang tahunya cuma berkelahi dan memukul orang seenaknya saja".

"Itu tidak benar!" Ino yang sudah tidak tahan akhirnya kembali bersuara, air matanya yang sudah susah payah ia tahan akhirnya jatuh juga, sudah tidak kuat lagi untuk menahan emosinya.

Naruto yang melihat itu langsung berinisiatif untuk menghapus air matanya.

Kemudian Naruto memberikan senyuman menenangkannya sambil terus mengusap-usap pucuk kepalanya, membuat Ino pun mulai bisa mengontrol emosinya.

Naruto pun memutuskan melanjutkan sisa ceritanya.

"Setelah kejadian itu, hubunganku dengan Menma yang biasanya selalu dekat langsung berubah layaknya orang asing. Di setiap waktu yang aku punya kugunakkan untuk meminta maaf kepadanya hanya saja ia tidak pernah menggubrisku, seakan-akan aku itu tidak pernah ada".

"Hal itu membuatku kecewa dan kembali marah dengan diriku yang dengan bodohnya memukul adikku sendiri demi perempuan asing yang bahkan tidak menyukaiku. Ayah, Ibu dan Naruko mengatakan kalau mereka kecewa padaku, membuatku benar-benar merasa kalau perkataan Shion itu benar".

"Aku hanyalah bajingan idiot tolol, sekaligus sampah masyarakat yang tahunya cuma berkelahi dan memukul orang seenaknya saja".

"Itu tidak benar Naruto, itu tidak benar!" Ino lagi-lagi menangis tidak terima dengan perkataan itu. Naruto yang melihat Ino menangis seperti itu merasa tersentuh sekaligus merasa tidak enak, ia pun secara tidak sadar langsung memeluknya, mencoba menenangkannya kembali.

"Terimakasih karena sudah membelaku, Ino-chan, itu sangat berarti bagiku. Tapi sepertinya kau akan kecewa jika mendengar sisa ceritaku ini, karena sebenarnya aku tidak sebaik yang kau pikirkan" ujar Naruto dengan suara yang pelan.

"Tidak akan, aku tahu kau bukan tipe orang yang seperti itu" ujar Ino yang sesekali sesenggukan.

"Kuharap begitu" Naruto yang masih memeluk Ino pun kembali melanjutkan ceritanya.

"Aku yang merasa tidak memiliki lagi tempat di rumah memutuskan untuk pergi, selama beberapa hari aku kabur dari rumah aku mulai bertindak liar dengan memukul siapapun yang berani menghalangiku, termasuk orang-orang yang sangat kupercayai seperti Chōji dan Shikamaru yang saat itu mengajakku untuk pulang".

"Perbuatanku yang seenaknya itu pun tentu memiliki konsekuensi yang besar, perbuatanku itu secara tidak langsung menghasilkan suatu kejadian yang benar-benar buruk, kejadian yang benar-benar kusesali yang sampai detik ini kuharap bisa mengulang waktu untuk mencegahnya,-

- yakni memicu perang antar murid SMP-SMA se-Jepang, perang yang memakan banyak sekali korban, dari yang luka-luka sampai meninggal, membuat banyak Ibu yang harus kehilangan anaknya".

Naruto menyudahi ceritanya.

"Terdengar seperti playing victim, huh? Tapi sayangnya itulah yang memang terjadi, sampai detik ini pun aku masih marah dan kecewa kepada diriku sendiri" Naruto menjeda perkataannya.

"Dan seperti yang tadi kubilang, aku tidak sebaik yang kau pikirkan Ino, maafkan aku karena sudah mengecewakanmu" sambung Naruto sambil melepaskan pelukannya dari Ino.

"Tidak, kau salah, perkataan perempuan itu lah yang mempengaruhimu untuk melakukan hal itu".

"Kenapa kau berbicara seperti itu, Ino? Itu semua jelas salahku, aku lah yang harusnya bertanggung jawab dengan kelakuanku, bukan dia".

"Aku berani berkata seperti itu karena aku sudah tahu kau dari dulu Naruto! Aku tahu kata-katanya saat itu mampu merusak pola pikirmu!".

"Kau tidak akan pernah memulai perkelahian kecuali kau lebih dulu diusik, kau adalah tipe orang yang sangat tidak suka melihat orang lain kesulitan dan kau pasti akan membantu orang itu sampai masalahnya selesai selama orang itu benar, tidak peduli jika kau akan dicap buruk sekali pun oleh orang lain!".

"Kau juga selalu melindungi orang yang lebih lemah darimu tidak peduli jika mereka pernah memfitnahmu bahkan mencoba melukaimu, selama mereka benar kau akan terus menolong mereka walau sampai harus berdarah sekalipun!" perkataan Ino membuat hati Naruto bergetar.

"Juga soal peperangan, itu semua diluar kendalimu, karena dari ceritamu itu kau sama sekali tidak pernah berniat untuk menciptakan peperangan, dan juga soal murid-murid yang terluka sampai ada yang mati saat perang itu terjadi, itu salah mereka karena memilih untuk ikut terlibat dalam peperangan tersebut dengan kehendak mereka sendiri, bukan karena perintahmu!" perkataan Ino membuat Naruto tertegun.

"Ino kenapa kau membenarkan hal yang sala-".

"Ya karena memang kau tidak salah! Aku nonton di TV kok beritanya, juga korban yang tewas itu memang adalah anak-anak yang bermasalah dan sudah pernah masuk di penjara remaja, aku membaca riwayat mereka dari segala sumber, dari website maupun koran, bahkan dari Ayahku yang sempat menangani kasus salah satu dari mereka yang pernah mengedarkan obat-obatan terlarang, jadi mereka itu bukan anak yang baik-baik!".

"Tapi-".

"Jadi intinya, peperangan itu benar-benar diluar kendalimu! Jadi berhentilah untuk sok-sokan memikul semua kesalahan dan penderitaan yang memang bukan milikmu, dasar bodoh!" teriak Ino meluapkan emosinya sambil terengah-engah.

"Dan juga lupakan segala hal tentang perempuan menjijikan itu! Gara-gara dia lah kau melakukan hal-hal yang buruk!" tambah Ino yang menatap Naruto tepat di matanya.

"Ino . . ." Naruto menatap Ino dalam-dalam. Perkataan Ino benar-benar mampu menyentuh hati Naruto yang paling dalam, semua perkataan Ino benar-benar mampu merasuk ke dirinya yang selama ini selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Naruto memegang kedua bahu Ino, dan kemudian kembali memeluknya.

"Terimakasih!" suara Naruto terdengar bergetar, seperti menahan tangis. Ino tersenyum sambil balas memeluk Naruto.

"Kau tahu, sejak kita kembali bertemu, aku benar-benar merasa senang dan entah kenapa setiap kali aku bersamamu aku merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang mungkin baru kali ini kurasakan" ujar Naruto yang masih memeluk Ino.

"Namun aku tidak mau mencaritahu perasaan apa yang kurasakan itu, karena aku masih takut kalau kejadian yang kualami dengan Shion akan terulang, maaf telah berpikir begitu tentangmu" Ino mengangguk memaklumi.

"Selain itu alasan lainnya adalah pada saat itu aku yakin kalau semua perbuatan baikmu kepadaku akhir-akhir ini tidak lebih dari sifat naturalmu. Kau memang selalu baik kepada siapa saja, terlebih kepada sahabatmu sendiri, ya walaupun kau tidak terlalu menunjukkannya tapi aku tahu kalau kau itu benar-benar orang yang sangat baik dan benar-benar peduli" Naruto melepas pelukannya, dan kini memegang kedua bahu Ino.

"Dan juga alasan yang terakhir kenapa aku tidak mau mencari tahu tentang perasaanku kepadamu adalah aku ingat kalau kau itu sukanya sama Sasuke, jadi sebisa mungkin aku bersikap biasa-biasa saja kepadamu, karena pada dasarnya aku bukan tipe orang yang suka mencampuri perasaan orang lain, terlebih lagi itu sahabatku sendiri" Naruto mengangkat satu tangannya menuju pipi Ino.

Ino bersyukur karena tidak melakukan rencana yang Sakura berikan padanya. Karena dia akhirnya tahu kalau Naruto adalah tipe orang yang tidak suka bersaing dengan sahabatnya jika melibatkan masalah hati (perasaan).

"Tapi ternyata aku salah" Naruto mulai membelai pipi Ino, Ino menutup matanya, menikmati perlakuan yang Naruto berikan kepadanya.

*Deg* *Deg*

Degupan jantung Naruto dan Ino sama-sama berdetak secara tidak beraturan. Sama-sama merasa gugup.

'Mungkin sudah saatnya aku mengatakannya' batin Naruto yang menghela nafas panjang.

"Ino-chan?".

"Iya, Naruto-kun?".

'Astaga astaga, jangan bilang kalau ini sudah saatnya? A- apakah dia akan menembakku? Aku tidak yakin kalau aku sudah siap dengan semua ini, oh Tuhan tolong aku!' batin Ino yang mulai gelagapan.

"Mungkin ini terlalu cepat atau mungkin juga sudah terlalu lambat, tapi yang jelas sekarang aku tidak akan melarikan diri lagi, aku akan mengatakan apa yang kurasa".

*Deg* *Deg*

Degup jantung Naruto dan Ino semakin memacu dengan cepat, raut wajah gugup terpampang semakin jelas di wajah mereka berdua.

"Yamanaka Ino, aku-"

"Nii-saaaaan!" sebuah teriakan menginterupsi perkataan Naruto.

'Salah apa aku ya Tuhan, kenapa ini kembali terjadi padaku?!' ringis Ino yang kembali menelan kekecewaan.

Naruto dan Ino menoleh ke asal suara, terlihat Nawaki yang sedang berlari ke arah mereka berdua, di belakangnya ada dua orang yang mengejarnya.

'Siapa mereka, temannya kah?' batin Naruto.

"Nawaki? Bukannya kau dan Temujin sedang main PS di rumah, kenapa kau tiba-tiba ada disini? Dan siapa dua orang di belakangmu itu?" tanya Naruto yang bingung sembari menjauh dari Ino. Terlihat jelas raut kekecewaan di wajah keduanya.

"Nanti kuceritakan, Temu-nii sedang dalam bahaya!" teriak Nawaki yang terus berlari.

"Oy jangan lari kau bocah sialan, akan kubalas perbuatanmu kepada teman-temanku!".

"Aku berjanji kalau kudapat kau akan ku patahkan kakimu, setelah itu akan kubunuh kau bersama kakakmu!".

Teriakan dari dua orang di belakang Nawaki membuat Naruto sadar kalau kedua orang itu bukanlah kawan.

Tatapan Naruto berubah tajam, tidak ada yang boleh menyakiti adik-adiknya.

"Ino-chan, tunggu disini sebentar" ujar Naruto yang sebenarnya merasa tidak rela untuk meninggalkan Ino hanya saja Nawaki membutuhkan bantuan.

Ino membalas perkataan Naruto dengan deheman pelan.

Mendengar balasan dari Ino membuat Naruto langsung berlari menuju tempat Nawaki, Nawaki yang melihat Naruto sudah dekat seketika memutar badannya dan langsung melepaskan pukulan kanan lurus ke rahang orang yang berada tepat di belakangnya.

Orang tersebut yang terkejut karena Nawaki tiba-tiba berbalik pun langsung mati langkah.

*Bugh*

"Ghk?!".

Pukulan lurus Nawaki mendarat di rahang orang tersebut dengan keras sehingga membuat orang tersebut terlempar ke belakang menabrak temannya.

Naruto yang sudah dekat langsung melompat tinggi dan melesatkan Superman Punch ke rahang orang yang barusan Nawaki pukul.

*Dugh*

"Uhk!".

Pukulan Naruto sukses menghantam orang tersebut dengan keras sehingga membuatnya pingsan seketika. Naruto yang sudah mendarat kembali melanjutkan serangannya kepada orang yang tersisa, ia kembali mengokang tinju kanannya ke belakang dan kemudian melepaskan Overhand kanan andalannya.

*Bugh*

"Ugh!".

Orang tersebut yang tidak sempat bereaksi apa-apa langsung jatuh pingsan setelah menerima bogeman keras Naruto yang menghantam dengan telak sisi kepala bagian kirinya.

"Kau tidak apa, Nawaki?" tanya Naruto.

"Hahh hahh, aku baik-baik saja, tapi Temu-nii, Temu-nii sedang dikeroyok di belakang kuil!".

"Hah?! Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?!".

"Ceritanya panjang, tolong Nii-chan-ku Ruto-nii, banyak sekali orang yang mengeroyoknya, yang tadi mengejarku adalah bagian kecil dari mereka, aku kemari karena Temu-nii menyuruhku untuk meminta bantuanmu".

"Baiklah, kalau begitu kau tunggu disini temani Ino-chan!" tanpa berbicara lagi Naruto langsung berlari menuruni bukit, menuju belakang kuil meninggalkan Ino yang menatapnya dari jauh.

Nawaki segera berbalik menatap Ino. Kemudian ia menundukkan kepalanya berkali-kali untuk meminta maaf.

Ino yang tadinya ingin marah langsung luluh setelah melihat Nawaki yang sepertinya benar-benar menyesali perbuatannya, Ino pun merasaa kalau ia sudah tidak memiliki alasan lagi untuk marah kepada adik sepupu Naruto tersebut.

Ya walaupun mungkin ia masih merasa kecewa, tapi itu tidak apa-apa, masih ada masalah yang lebih penting yang harus segera diselesaikan.

Ino pun mendekati Nawaki sambil menepuk-nepuk pucuk kepalanya, memaafkannya.


:-(ITK)-:


Di perjalanannya menuju belakang kuil, Naruto menemukan dua orang yang tergeletak tidak sadarkan diri, dia berasumsi kalau kedua orang itu mungkin sedang mabuk atau mungkin saja mereka habis berkelahi sampai kecapean, atau kemungkinan terburuknya bisa saja mereka telah saling membunuh?.

Lupakan yang terakhir, mereka berdua masih bernafas.

Setelah sempat mengecek keadaan mereka, sepertinya asumsi pertamanya salah karena ia tidak mencium bau alkohol dari mulut mereka. Lalu untuk asumsi keduanya, dilihat dari wajah dan tubuh kedua orang tersebut, mereka berdua juga masih baik-baik saja, hanya saja terdapat sedikit memar di rahang masing-masing dari mereka.

Hal itu membuat Naruto seketika teringat dengan perkataan salah satu dari dua orang yang mengejar Nawaki tadi, yang bunyinya kurang lebih seperti ini.

"Oy jangan lari kau bocah sialan, akan kubalas perbuatanmu kepada teman-temanku!".

Sebuah senyuman pun mengembang di wajah Naruto.

'Apa ini perbuatan Nawaki? Anak itu benar-benar ya, dia bisa mengalahkan kedua orang ini hanya dengan sekali pukul? Aku benar-benar bangga!' batin Naruto yang mulai berdiri, lalu setelah itu ia kembali berlari menuju ke tujuan utamanya, yakni.

Belakang kuil.

Terlihat Temujin yang sedang berkelahi melawan belasan orang yang diantaranya ada yang menggunakan benda tumpul.

Kepala Temujin berdarah setelah tadi terkena hantaman balok kayu yang membuat kepalanya terus menerus mengeluarkan darah segar yang kini membasahi bajunya.

Alasan dia dikeroyok adalah saat dia dan Nawaki sedang memata-matai Naruto, dia secara tidak sengaja menabrak orang yang cukup familiar baginya, kalau tidak salah namanya adalah Zori.

Orang yang pernah Temujin kalahkan saat hari kelulusan SD dulu, pertarungan yang membuat hidung Zori patah akibat terkena pukulan keras Temujin. Mengakibatkan Zori harus melakukan operasi untuk kembali meluruskan hidungnya. Dengan begitu Zori pun menyimpan dendam kepadanya.

Singkat cerita demi menghindari atensi yang berlebih, Zori yang ternyata bersama dengan anak buahnya yang berjumlah 19 orang langsung menggiring Temujin dan Nawaki menuju ke belakang kuil untuk dihajar sekaligus membalaskan dendamnya.

Baru saja mereka akan mengeroyok kakak beradik itu, Temujin dengan cepat membukakan Nawaki jalan untuk melarikan diri sekaligus untuk meminta bantuan kepada Naruto yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Mengakibatkan kepala Temujin bocor akibat terkena hantaman balok kayu yang baru saja anak buah Zori itu kumpulkan di sekitaran kuil.

Zori tidak bodoh, ia langsung memerintahkan 4 orang anak buahnya untuk menangkap adik Temujin itu. Sedangkan yang lain membantunya untuk mengeroyok Temujin.

Alasan Zori ingin menangkap Nawaki adalah ia tidak mau kalau anak itu melapor ke polisi, bisa-bisa mereka ditangkap.

"Hahh hahh, bahkan dengan orang sebanyak ini pun kau masih belum bisa mengalahkanku? Kau benar-benar lemah, Zori-chan!" Temujin tersenyum mengejek, di dekatnya terlihat ada tiga orang yang tergeletak pingsan. Membuat lawannya hanya menyisakan 13 orang termasuk Zori itu sendiri.

Perkataan Temujin membuat Zori geram. Namun dalam sekejap mata ekspresi Zori berubah, ia kini memasang senyum mengerikannya.

"Tutup mulutmu bajingan! Waktumu sudah tidak lama lagi, jadi nikmati selagi kau bisa dasar pecundang!" balas Zori yang balik mengejek Temujin.

Perkataan Zori disambut gelak tawa oleh anak buahnya.

Melihat mereka lengah membuat Temujin mengambil inisiatif untuk menyerang orang-orang di dekatnya.

*Dugh*

"Guhahh?!".

Temujin melepaskan tendangan kiri keras ke liver orang pertama sehingga membuat orang itu jatuh memegangi perutnya kesakitan.

1 T.K.O. Tersisa 12 orang.

Tidak berhenti disitu, Temujin dengan cepat melesatkan sebuah Uppercut kanan ke dagu orang kedua.

*Bugh*

"Ghk?!".

Membuat orang itu seketika terangkat dari pijakannya dan langsung pingsan akibat telaknya pukulan yang mengenai dagunya.

1 K.O. Tersisa 11 orang.

Lalu untuk gerakan terakhir, Temujin melompat sambil mengangkat lutut kirinya (Flying Knee) menuju ke rahang orang yang ketiga.

*Dugh*

"Hrk?!".

Serangannya lagi-lagi sukses mendarat, akibat kerasnya hantaman dari lutut Temujin membuat orang itu terhempas jauh ke belakang dan menabrak pohon dengan kepala lebih dulu, membuat orang itu juga ikut pingsan.

1 K.O. Tersisa 10 orang.

Zori menggeram marah ketika melihat ketiga anak buahnya telah dijatuhkan hanya dalam waktu beberapa detik saja. Sedangkan anak buahnya yang lain hanya bisa diam mematung, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Sialan! Oy kalian, apa yang kalian tunggu, bunuh si bedebah itu!" perkataan dari Zori membuat anak buahnya kembali maju menyerang Temujin. Temujin yang melihat itu mendecih kesal.

*Tap* *Tap* *Tap*

Bersamaan dengan itu, derap langkah kaki cepat mendekat ke arah kerumunan tersebut, Temujin yang mendengar itu langsung tersenyum sinis.

"Mati kalian semua!" ujar Temujin dengan senyuman sinisnya, perkataannya itu sukses menyulut emosi anak buah Zori yang ingin mengeroyoknya.

"Kau yang mati bodoh!" salah satu anak buah Zori yang berada paling depan mengayunkan balok kayunya mengincar kepala Temujin.

*Dugh*

"?!".

Sebuah Flying Side Kick dari seseorang yang baru datang mendarat tepat ke wajah pemegang balok kayu tersebut, membuatnya langsung terlempar ke belakang menabrak teman-temannya dan pingsan.

1 K.O. Tersisa 9 orang.

Belum sempat mereka bereaksi, pelaku penendangan tersebut dengan cepat melepaskan kombinasi pukulan yang kuat dan cepat ke arah rahang, sisi kepala dan dagu dari anak buah Zori yang berada di dekatnya, membuat 3 orang kembali terjatuh ke tanah tidak sadarkan diri.

3 K.O. Tersisa 6 orang.

Zori beserta anak buahnya yang masih tidak tahu dengan apa yang terjadi mulai panik, bagaimana tidak? Tiap detik yang berlalu jumlah mereka yang terjatuh terus bertambah. Belum lagi mereka tidak terlalu bisa melihat siapa sosok yang menyerang mereka, yang mereka lihat hanyalah sesosok siluet hitam dengan sepasang mata biru dingin yang terus-terusan bergerak dengan ganasnya menghabisi mereka semua.

Belum lepas dari keterkejutan mereka, si pendatang bermata biru itu kembali menyerang mereka dengan melepaskan rentetan pukulan dan tendangan ke orang yang tersisa.

*Bugh*

Jab kiri keras menghantam rahang orang pertama, membuat orang itu seketika jatuh pingsan akibat pukulan tersebut mampu membuat otaknya bergetar dan menghantam tengkoraknya.

*Bugh*

Kemudian disambung dengan Hook kanan yang juga sama kerasnya menghantam belakang telinga orang kedua yang membuatnya terhempas ke samping dan langsung pingsan akibat pukulan tersebut mengenai syaraf sensitifnya.

Dan yang terkahir, sebuah tendangan Body Kick mendarat ke liver orang ketiga dengan sangat keras sehingga membuatnya terlempar ke samping, meringkuk sambil berteriak kesakitan.

*Dugh*

"AAAAAHKH!".

2 K.O. dan 1 T.K.O. Tersisa 3 orang.

Sosok bermata biru tersebut berjalan ke arah Zori dan 2 orang anak buahnya yang tersisa dengan langkah yang pelan, membuat suasana menjadi semakin mencekam bagi Zori dan kedua anak buahnya. Bahkan ada salah satu dari mereka yang tanpa sadar sudah mengompol di celana.

"H- HIIII, T- TOLONG, SIAPA SAJA TOLONG KAMI!" teriak anak buah Zori yang ngompol.

"Z- Zori-san, a- apa yang harus kita lakukan?" suara bergetar karena ketakutan jelas terdengar dari anak buah Zori yang satunya. Zori yang ditanya seperti itu hanya bisa diam ketakutan sambil terus berjalan mundur bersama kedua anak buahnya.

"K- Kau, siapa kau?! Kenapa kau menyerang kami?!" tanya Zori yang memberanikan dirinya.

"Aku? Itu tidak penting, aku menghajar kalian karena kalian telah menyakiti adik-adikku!" suara dingin dari sosok itu membuat mereka merinding.

Seketika cahaya kembang api membias dan menyinari sosok yang membantai mereka tersebut.

Mereka bertiga pun membulatkan matanya tidak percaya.

Ternyata orang yang membantai mereka adalah sang legenda sekolah (SD) mereka. Namikaze Uzumaki Naruto.

Seorang monster ganas yang mampu menghancurkan 10 anak SMP dalam waktu yang sangat cepat. Tidak hanya itu, saat masih kelas 5 dulu, orang itu pernah mengalahkan salah satu Bos SMP dari kota sebelah hanya dengan satu serangan saja, dan masih banyak lagi cerita yang menakutkan dari legenda sekolah mereka ini.

Memikirkan itu membuat mereka semakin ketakutan.

Mereka bertiga yang melihat Naruto terus berjalan mendekat mau tidak mau langsung berbalik untuk melarikan diri.

Persetan dengan menang jumlah, itu tidak ada gunanya jika melawan monster itu, mereka masih mau hidup.

*Duk*

Saat berbalik mereka bertiga tiba-tiba terhalang oleh sesosok siluet lain yang berdiri menatap mereka dengan datar.

Lagi, biasan dari kembang api menyinari sosok tersebut.

"U- Uchiha Sasuke?!" ujar Zori bersama kedua anak buahnya yang kembali dibuat terkejut ketika melihat kehadiran senior SD-nya yang namanya juga ikut melegenda bersama Naruto.

"Mati kita!" tiba-tiba Zori bersama kedua anak buahnya jatuh lemas tidak sadarkan diri. Membuat Sasuke yang melihat itu mengangkat satu alisnya bingung.

3 K.O. (?) Tersisa 0.

"Hm, bau pesing" gumam Sasuke.

"Mereka kenapa?" Tanya Sakura yang berdiri di sebelah Sasuke. Sasuke hanya mengangkat bahunya acuh.

Naruto yang melihat sisa mangsanya sudah pingsan pun langsung berbalik dan mendekati Temujin yang ternyata sudah tidak sadarkan akibat kekurangan darah.

Naruto pun dengan cepat melepas Obi/ sabuknya dan langsung mengikatkannya ke kepala Temujin untuk mencegah pendarahan yang berlebih.

"Biar aku yang tangani, Naruto" Sakura berlari menuju tempat Naruto dan Temujin, Naruto yang melihat kedatangan Sakura langsung mengambil jarak, membiarkan Sakura melakukan tugasnya.

"Terimakasih" ujar Naruto, Sakura membalasnya dengan anggukan pelan. Kemudian Sakura mengeluarkan kotak P3K kecil dari dalam tasnya.

"Kalian, kenapa kalian bisa ada disini?" tanya Naruto yang sudah menegakkan kembali tubuhnya.

"Ino dan Nawaki memanggil kami, katanya Temujin sedang dalam bahaya, jadi aku dan Sakura cepat-cepat kemari" jawab Sasuke yang berjalan mendekat ke arah Naruto dan yang lainnya.

"Terus mana mereka berdua?" tanya Naruto lagi.

"Mereka sedang menjemput Chōji, sebentar lagi mereka akan-".

"Hahh hahh, maaf membuat kalian menunggu!" ujar Ino yang terengah-engah, di belakangnya ada Chōji dan Nawaki yang ikut berlari.

Nawaki tanpa berbicara langsung mendekati kakaknya, kemudian menawarkan bantuan kepada Sakura yang sedang mengobati kakaknya yang sudah tidak sadarkan diri.

"Hahh hahh, ternyata kau sudah membereskan semuanya, Naruto, syukurlah" ujar Chōji yang melihat-lihat belasan orang di sekelilingnya yang tidak bergeming dari tempatnya.

"Ya, mereka tidak sekuat yang kukira, mereka hanya beruntung karena telah melukai Temujin terlebih dahulu, jika tidak aku yakin kalau Temujin pasti bisa mengatasi mereka sendirian" ujar Naruto yang juga ikut menatap ke sekelilingnya.

"Teman-teman, Temujin harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit, jika tidak kondisinya akan semakin buruk" perkataan Sakura membuat Naruto kembali mendekatinya.

"Baiklah, aku dan Nawaki yang akan membawanya. Sasuke, Chōji atau siapapun, tolong antar Ino pulang" ujar Naruto.

Sasuke dan Chōji saling bertukar tatapan. Ino yang mendengar itu terkejut, dia tidak mau pulang, dia masih ingin menemani Naruto.

Chōji mengangguk paham, karena dilihat dari tatapan Sasuke Chōji sepertinya tahu kalau sahabatnya itu masih ingin berduaan dengan Sakura.

"Baiklah biar aku yang antar" ujar Chōji.

"Tapi bagaimana dengan kedaimu, Chōji?" tanya Sakura.

"Tidak usah dipikirkan, kan aku punya dua asisten, kau lupa ya?" Chōji menoleh ke arah Sakura.

"Oh iya kau benar" Sakura tersenyum kikuk.

"Aku tidak mau pulang, aku mau ikut!" ujar Ino yang kini berdiri di hadapan Naruto yang sedang membelakangi Temujin, bersiap untuk menggendongnya.

"Maafkan aku, tapi kau tidak boleh ikut, karena kemungkinan aku dan Nawaki akan menginap di Rumah Sakit malam ini" ujar Naruto yang membuat Ino menautkan alisnya, tidak suka.

"Tapi kau belum-"

"Ino, kumohon" ujar Naruto dengan tatapan memelas, membuat Ino menghela nafas panjang.

"Baiklah" Ino menoleh ke arah lain sambil mengusap lengannya, kecewa. Naruto yang merasa tidak enak pun mendekati Ino dan mengusap pucuk kepalanya.

"Maafkan aku" ujar Naruto dengan senyuman tipis. Rona merah tipis kembali menghiasi pipi Ino ketika melihat senyuman Naruto yang ditujukan padanya.

"Hm".

Perlakuan Naruto ke Ino membuat Sakura dan Chōji bertanya-tanya. Ada apa ini? Kenapa interaksi mereka terlihat sangat natural layaknya sepasang kekasih? Apa mereka sudah pacaran? Kok bisa?.

Berbeda dengan mereka berdua, Sasuke hanya menatap Naruto dan Ino datar, sama sekali tidak peduli.

Dengan raut cemberut Sakura melirik kearah Sasuke yang masih setia dengan wajah datarnya.

'Seharusnya kau juga menembakku tadi, kan aku jadi iri melihat si Ino pig dan Naruto seperti itu. Sasuke-kun benar-benar tidak peka, Shannaro!' batin Sakura yang gemas dengan kelakuan Sasuke.

"Nawaki bantu aku".

Nawaki pun bantu menaikkan kakaknya ke punggung Naruto. Setelah itu tanpa berbasa-basi lagi mereka pun berpamitan dan langsung berjalan menuju ke Konoha Hospital yang untungnya jaraknya tidak terlalu jauh dari kuil ini.

Sasuke dan yang lainnya menatap mereka dari jauh, sorot mata sedih menghiasi mata Ino.

Setelah sosok Naruto yang bersama Temujin dan Nawaki luput dari pandangan, Sasuke dan yang lain pun berbalik menuju ke kedai Chōji untuk beristirahat sejenak, lalu setelah itu mereka akan pulang.

Diperjalanan mereka, Sasuke terlihat tengah sibuk bercerita dengan Chōji, entah bercerita tentang masalah apa.

Di samping mereka ada Sakura yang hanya diam sambil melirik-lirik Sasuke, masih merasa kesal karena Sasuke tidak mau menembaknya. Ia lupa kalau Sasuke belum tentu mempunyai rasa yang sama dengannya, salahkan Ino dan Naruto yang membuat Sakura terbawa suasana.

Sakura yang kesal langsung membuang muka, tidak sengaja melihat Ino yang berada di sebelahnya yang anehnya sedari tadi hanya diam tidak berbicara apa-apa, seperti sedang melamun dengan wajah yang terlihat sedih.

Sakura yang melihat itu pun berinisiatif untuk mengajak Ino bicara.

"Ciee ciee, tidak usah sedih begitu ditinggal Naruto, kan kau masih punya lain waktu untuk berduaan dengan Honey Bunny-mu itu. Oh iya jangan lupa PJ-nya ya, Ino pig!" goda Sakura menyenggol bahu Ino. Membuat Ino menoleh menatap Sakura dengan tatapan sedih.

"Sakura huaaa~" rengek Ino yang tiba-tiba memeluk Sakura.

"Eh kau kenapa? Ah pasti kau terharu karena akhirnya perasaanmu terbalaskan, benarkan?" tanya Sakura yang menerima pelukan Ino.

Ino menggeleng pelan.

"Terus kenapa?" tanya Sakura lagi.

"Naruto, dia belum sempat menembakku".

"Hah?!".


:-(ITK)-:


Konoha Hospital, Friday at 7:55 pm.

Sesampainya di rumah sakit, Temujin langsung dilarikan ke UGD, Tsunade yang kebetulan masih di Rumah Sakit langsung mengambil alih untuk merawat anak sulungnya.

Kemudian menanyakan apa yang terjadi, Nawaki pun bercerita kalau ia dan sang Kakak sedang berjalan-jalan di kuil untuk melepas penat sekaligus melihat kembang api setelah bermain PS cukup lama.

Tanpa sengaja Kakaknya menabrak seseorang yang ternyata adalah lawannya sewaktu SD dulu, singkat cerita ia dan Kakaknya pun dibawa ke belakang kuil oleh orang itu bersama dengan anak buahnya untuk membalaskan dendam orang itu.

Namun sebelum mereka dikeroyok, Kakaknya menyelamatkan dirinya (Nawaki) dengan membukakan jalan untuk meminta bantuan kepada Naruto yang ternyata berada tidak jauh dari mereka.

Nawaki sebenarnya ingin berkelahi bersama sang Kakak hanya saja kata Kakaknya ia akan kesulitan jika harus bertarung sambil melindungi. Nawaki yang paham mau tidak mau harus mengikuti keinginan sang Kakak dengan meminta bantuan Naruto.

"Dan whoosh, dalam waktu sekejap Ruto-nii berhasil mengalahkan mereka semua. Jadi begitu ceritanya Ma" Nawaki menutup penjelasannya.

*Twitch*

Tsunade menjewer telinga putra bungsunya.

"Awawawaw".

"Sudah berapa kali Mama bilang, kalau mau keluar bilang dulu sama Mama, untung saja ada Naru-chan yang membantu kalian, jika tidak apa yang akan terjadi dengan kalian, hm?".

"Maafkan aku Ma" perkataan Nawaki yang memelas berhasil membuat sang Mama melepaskan jewerannya. Kemudian ia menatap Nawaki dan Naruto secara bergantian.

"Hahh, ya sudah kalau begitu kalian berdua pulang lah".

"Eh kenapa Bibi? Kami kan ingin bermalam disini menemani Temujin, benarkan Nawaki?" tanya Naruto yang diberi anggukan oleh Nawaki, setuju.

"Apa kau lupa kalau kau akan pulang ke Kyōto besok pagi? Aku yakin jika kau bermalam disini kau pasti akan terlambat besok karena aku yakin kau dan Nawaki akan begadang semalaman" ujar Tsunade.

Mendengar itu membuat Naruto tertawa kikuk.

"Hehe, Bibi benar" ujar Naruto yang menggaruk belakang kepalanya.

"Oh iya Nawaki, kau juga ikut pulang dengan Naru-chan ya?" ujar Tsunade yang kini menatap anak bungsunya.

"Eh, tapi siapa yang akan menemani Nii-chan kalau aku juga ikut pulang?".

"Terus Mama ini kau anggap apa? Patung? Sudah cepat pulang sana, nanti besok datang kesini lagi" perkataan sang Mama membuat Nawaki menghela nafas pasrah.

"Hahh iya deh" Nawaki memasang wajah cemberut, Tsunade yang melihat itu tersenyum tipis sambil mencubit pipi putra bungsunya gemas.

"Jangan mencubit pipiku terus, nanti tambah besar!" protes Nawaki.

"Makanya jangan cemberut begitu, kalau kau masih cemberut Mama tidak akan melepaskannya" Tsunade tersenyum jahil.

"Iya iya iya, nih udah senyum nih" Nawaki mengeluarkan senyum lebarnya, Tsunade yang melihat itu pun tertawa pelan, kemudian ia melepaskan cubitannya.

Nawaki sontak mengusap-usap kedua pipinya, merasa malu karena Mamanya masih memperlakukannya seperti anak kecil, padahal dia kan sudah kelas 1 SMP!.

Disisi lain, Naruto yang melihat Nawaki diperlakukan seperti itu juga ikut tertawa.

Adik sepupunya itu benar-benar lucu dan polos, namun dibalik sifatnya itu ada kekuatan yang benar-benar luar biasa, ia kembali mengingat adegan dimana Nawaki melepaskan pukulan yang sangat kuat sampai-sampai membuat lawannya terpental ke belakang.

Juga ia juga teringat dengan dua orang yang pingsan saat Naruto akan menyelamatkan Temujin. Naruto tahu kalau kedua orang yang pingsan itu akibat ulah dari Nawaki. Kenapa dia bisa tahu? Ya karena ketika ia dan Nawaki menuju kesini Naruto sempat menanyakan kedua orang itu kepadanya.

Nawaki berkata kalau ia hanya melepaskan pukulan sekuat tenaganya mengincar kepala kedua orang itu ketika hampir menangkapnya.

Naruto dibuat cukup terkejut mendengar itu, bagaimana caranya dengan teknik asal-asalan Nawaki bisa melepaskan pukulan yang seakurat dan sekuat itu? Bahkan pukulannya itu mampu membuat kedua orang itu sama-sama pingsan hanya dengan sekali pukul.

Naruto tidak bisa membayangkan jika Nawaki benar-benar mengembangkan kemampuan berkelahinya, ia yakin jika Nawaki benar-benar mengembangkan kemampuannya maka anak itu akan menjadi seorang monster yang sangat mengerikan.

Kalau kata Kakeknya (Hashirama) sih DNA Senju memang semengerikan itu. Jadi tidak usah heran kalau Nawaki yang polos dan cinta damai akan mampu mengeluarkan potensi tersembunyinya ketika dalam keadaan terjepit seperti tadi (mengharuskan untuk menggunakan kekerasan).

Naruto tersenyum tipis, ia yakin jika Kakek dan Nenek Nawaki (Senju Tobirama dan Dimaria Yesta) melihat cucu kecil mereka memiliki kemampuan seperti ini, pasti mereka akan terkejut.

"Tunggu apalagi? Sana cepat pulang" perkataan Tsunade membuat Naruto tersadar dari lamunannya.

"Ya sudah kalau begitu, selamat malam Bibi" Naruto pun beranjak dari tempatnya, di belakangnya ada Nawaki yang sudah tidak cemberut lagi, malah kini memasang senyuman lebar.

"Selamat malam Ma!" Nawaki menyempatkan untuk mencium pipi Mamanya, karena jika tidak maka Mamanya akan marah.

"Iya iya, pulang nanti kalian berdua langsung tidur ya" Tsunade balas mencium Nawaki tepat di keningnya.

"Siap Nyonya!" jawab Naruto dan Nawaki secara bersamaan. Dengan begitu mereka pun pergi meninggalkan Tsunade dan Temujin yang masih belum siuman.

'Kerja bagus Nawaki!' batin Temujin yang ternyata sudah siuman ketika tadi dahinya dijahit oleh sang Mama. Ia sengaja berpura-pura pingsan sampai sekarang karena ia takut kena marah oleh Mamanya.

Berbicara soal Nawaki, Temujin merasa senang dan bangga karena adiknya itu tidak keceplosan saat ditanya kenapa mereka tiba-tiba ada di kuil, dengan begini misi yang diberikan Bibi Kushina sepertinya berhasil.

'Eh tunggu dulu, apa Ruto-nii sudah menembak Ino-nee? Kalau belum berarti usahaku dan Nawaki akan sia-sia, tapi masa sih Ruto-nii belum menembaknya? Kan tadi dia lama banget di atas bukit bersama Ino-nee? Daripada aku pusing sendiri, mending nanti kutanyaan saja kepada Nawaki ' batin Temujin.


:-(ITK)-:


Rumah Keluarga Nara (Shikaku) - Kolam renang, Friday at 5:30 pm.

Dipinggir kolam renang, Yoshino (Ibu Shikamaru) sedang berbaring di kursi pantai sambil meminum minuman kaleng rasa lemon di tangannya sambil menatap langit sore yang sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.

Oh iya hampir lupa, dia tidak sendiri, di belakangnya ada Shikaku yang sedang memijat pundaknya dan di bawahnya ada Shikamaru yang memijat kakinya.

"Kalian berdua, pijat yang benar!" ujar Yoshino menatap suami dan anaknya secara bersamaan.

"Siap Nyonya" jawab Shikamaru dan Ayahnya secara kompak.

Kenapa Shikamaru dan Ayahnya bisa berada diposisi seperti ini? Well, bisa dibilang kalau mereka sedang dihukum karena perbuatan mereka.

Sebenarnya sih tadi hanya Shikamaru saja yang dihukum, hanya saja Ayahnya ikut dihukum akibat mencoba membela perbuatan anaknya yang menurut Yoshino sangat buruk untuk ditiru.


Flashback On

Mulai dari pagi Shikamaru terus diberikan 'tugas' oleh sang Ibu tanpa ada hentinya. Ibunya itu melakukan itu supaya Shikamaru berhenti melakukan hal-hal yang menurutnya bersifat amoral yang merujuk pada tindakan premanisme. Alias tawuran.

Juga agar membuat Shikamaru menjadi lelaki yang lebih disiplin dan tidak malas.

"Cepat cuci piring, harus bersih ya!".

"Iya Nyonya".

"Rapihkan ruang tamu sekaligus bersihkan perabotan yang ada di sana, ingat jangan sampai ada debu yang masih menempel di satu barangpun!"

"Waduh, baik Nyonya".

"Sudah selesai? Siram tanaman sana! Ingat, siram semuanya jangan sampai ada yang terlewat dan pastikan kau juga menyiram dengan tanahnya!".

"Hahh hahh, Siap Nyonya".

"Sudah selesai? Bagus, sekarang kumpulkan semua pakaian kotor, habis itu langsung cuci, jangan pakai mesin cuci, nanti boros!".

"Lah, tapi cuciannya kan banyak?".

"Kau berani membantah?!".

"Siap, tidak Nyonya".

Beberapa menit kemudian setelah menyelesaikan tugas lainnya. Shikamaru kini tengah berjalan gontai menuju ke kolam renang, tempat dimana Ibunya berbaring dengan santai.

"Sudah selesai? Ya sudah, sekarang cuci semua sepatu dan sandal yang kotor, pastikan tidak ada satupun kotoran yang menempel!" ujar Yoshino yang mulai melumuri dirinya dengan sunblock.

"Hahh hahh, siap Nyonya tapi bisakah aku minum dulu? Aku haus" ujar Shikamaru yang terlihat setengah hidup (pucat).

"Ya sudah cepat ya, setelah itu kembali kesini! Oh iya dan tolong ambilkan Ibu dua kaleng soda rasa lemon" ujar Yoshino yang mulai menggosokkan sunblock ke bagian tubuhnya yang terekspos.

(Yoshino mengenakan pakaian biasa, sama seperti di anime).

"Iya iya" Shikamaru pun pergi ke dapur dan langsung membuka kulkasnya, setelah itu ia mengambil satu- tidak, dua botol air mineral dingin dan kemudian langsung meminumnya secara rakus. Setelah itu ia mengeluarkan dua minuman kaleng rasa lemon pesanan Ibunya.

Melihat Shikamaru pergi membuat Shikaku yang tadi menonton TV di ruang tengah beranjak untuk menghampiri Istrinya, setelah sampai ia langsung memeluk leher Yoshino dari belakang dan kemudian mencium pipinya. Yoshino membalasnya dengan membelai dan mencium lengan berotot suaminya.

"Sayang, bukankah itu terlalu berlebihan?" gumam Shikaku pelan.

"Ck, karena sifat lembekmu itu lah yang membuat Shikamaru suka berbuat seenaknya. Lihat saja, beberapa hari kita pergi dia malah ikut tawuran sampai harus masuk Rumah Sakit!" Yoshino balik menatap suaminya, menautkan alisnya tidak suka.

"Jadi daripada kau mengeluh seharusnya kau malah bersyukur karena masih ada aku yang mau mendisiplinkannya!" ujar Yoshino kembali.

"Tapi tidak usah terlalu berlebihan seperti itu kan? Ingat dia itu laki-laki jadi dia harus bisa membela dirinya dan melindungi orang-orang terdekatnya, lagipula apa kau tidak kasihan dengan dia yang sudah sejak pagi kau suruh-suruh?" Shikaku mencoba merayu istrinya.

Shikamaru yang ternyata menguping pembicaraan Ayah dan Ibunya langsung berdoa agar upaya Ayahnya untuk merayu Ibunya berhasil. Dia sudah capek untuk disuruh melakukan hal yang seharusnya tidak dikerjakan oleh satu orang, dia itu butuh istirahat (tidur) untuk mengisi tenaganya kembali.

Dan sepertinya upaya Ayahnya berhasil, lihat saja Ibunya kini tersenyum- tunggu dulu, senyum itu?! Shikamaru menghela nafas pasrah.

"Oh ow" .

Yoshino tersenyum 'manis' menatap suaminya, Shikaku yang melihat itu langung menelan ludahnya dengan susah payah.

"Hoo~, jadi kau membenarkan tindakan Shikamaru yang suka tawuran sana sini, hm?! Kemari kau dan pijat aku! Kalau tidak kau akan kuhukum dan tidak akan kukasih jatah!" Yoshino melepaskan pelukan Shikaku.

Shikaku yang mendengar itu pun bergegas mengikuti kemauan Istrinya.

"B- baik Nyonya".

"Pijatkan pundakku!" Shikaku dengan sigap memijat pundak Yoshino.

"Shikamaru, mana kau?! Mencuci sepatu dan sandalnya besok saja, sekarang kemari kau dan pijatkan kakiku!" Shikamaru pun datang sambil menenteng minuman yang tadi Ibunya pesan. kemudian ia meletakkannya di meja kecil yang berada di sebalah Ibunya.

"Terimakasih sudah membantuku Ayah, walaupun tidak berhasil" bisik Shikamaru sebelum ia pergi ke posisinya untuk memijat kaki Ibunya.

"Maafkan Ayah" balas Shikaku yang juga ikut berbisik.

Flashback End


"Huahh, enaknya!" Yoshino menggerak-gerakkan tubuhnya. Kemudian ia berdiri dan menatap Shikaku dan Shikamaru secara bergantian.

"Kalian pasti laparkan? Ayo masuk, Ibu akan memasakan makanan kesukaan kalian!" Yoshino melenggang masuk menuju dapur sembari bersenandung kecil.

"YESSSS!" teriak Shikaku dan Shikamaru yang saling tos-tosan, kemudian mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam rumah, menuju meja makan.

Well, dibalik sifat Ibunya yang keras terdapat sisi lembut yang benar-benar membuat Shikamaru dan sang Ayah tidak bisa untuk tidak menyayangi dan mencintai Ibunya, tidak peduli sekeras apapun didikannya kepada mereka, karena mereka tahu kalau dia melakukan semua itu hanya karena ingin membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi lebih disiplin lagi sebagai seorang laki-laki, agar bisa menjadi lelaki yang bisa diandalkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued~.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh!.

Dengan begini chapter transisi saya nyatakan selesai.

Bagaimana, apa sudah bagus atau masih jelek? Kalau masih jelek ya maaf karena saya memang lemah kalau menulis cerita yang memiliki unsur romance yang kental seperti ini.

Oh iya saya mau kasih tahu kalau di cerita ini Istri Tobirama yakni Dimaria Yesta merupakan karakter dari anime Fairy Tail.

Kenapa tidak saya pasangkan dengan karakter yang ada di anime Naruto saja? Ya karena sebenarnya cerita ini adalah cerita Crossover yang sudah lama saya rencanakan. Dan sosok Dimaria Yesta hanyalah sebagai awalannya saja, karena masih banyak lagi karakter dari anime lain yang masih saya simpan untuk cerita ke depannya.

List Crossover yang diketahui saat ini adalah:

- Fairy Tail.

- ?.

- ?.

- ?.

- ?.

- ?.

Yang terakhir, sayana hanya ingin kasih tahu kalau setelah sekian purnama kita akhirnya akan beralih ke Arc baru yang kemungkinan akan menjadi Arc penutup dari tahun pertama cerita ini.

Dan nama Arc-nya adalah . . .

CIVIL WAR!

Hohoho, kira-kira apa ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi di Arc selanjutnya?.

Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya!.

Mungkin itu saja yang bisa ku sampaikan, terimakasih telah menyukai dan mengikuti cerita ini, semoga kita dipertemukan lagi di chapter-chapter yang selanjutnya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Sekian dan Terimakasih~.