BoBoiBoy milik Animonsta Studios
Saya tidak menarik keuntungan materi apapun dari sini.
.
Untuk Event #Falltober Komunitas Edufiction BoBoiBoy
.
.
Hari 17
Senyuman
.
.
"Heh ... "
Taufan menoleh ketika mendengar suara kecil itu. Hampir saja tak terdengar jika Taufan tak berdiri di sisi Halilintar, ia menyaksikan si sulung mengepalkan tangan seraya tersenyum lebar. Taufan mengangkat alisnya tanpa sadar, sebuah reaksi murni dari keterkejutannya.
Jika ia renungkan lagi, ia hampir tak pernah melihat Halilintar tersenyum lebar, apalagi tertawa keras. Ia selalu serius dengan kening berkerinyit, kadang keseriusannya itu berakhir pada kemarahan. Taufan rasa Halilintar mampu menghibur dirinya dan melepas kepenatannya sendiri, tetapi tak pernah ia membuat ekspresi yang luar biasa. Ia seolah tak mampu menggerakkan otot wajahnya sesuai nuraninya, kecuali amarah tentu saja.
Tak aneh Taufan merasa sangat asing menatap senyum lebar Halilintar. Binar matanya bercampur jenaka, ia tampak sesuai usianya. Tak ayal Taufan tak bisa membendung perasaan terpukaunya.
"Kak Hali ... !"
Halilintar menoleh, senyumnya masih menghiasi bibir. Matanya menyorot Taufan dengan sisa-sisa kegembiraan yang sulit ia kendalikan. Taufan hendak membuka mulut mengomentari pemandangan di depannya, tetapi langsung ia urungkan. Ia tak mau merusak momen rapuh begini dengan kalimatnya, ia tak ingin Halilintar merasa harus menjaga ekspresi di keluarganya.
"Hm?"
"Ah," sahut Taufan, tak enak. "Aku mau ambil es, Kakak mau?"
"Oke, terimakasih."
Taufan beranjak pergi dari sofa, membiarkan Halilintar menatap ke arah televisi dengan seribu kata elevasi yang mati di lidah. Namun, meletup-letup di dadanya ketika ia melihat Solar dan Gempa diumumkan sebagai pemenang pertandingan bulu tangkis tingkat nasional.
.
.
End.
