Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, tak ada keuntungan apa pun yang diambil melalui fanfiksi ini
Warning: AU, typo, DLDR
.
.
.
Fajar mulai menampakkan wujudnya dari ufuk Timur. Sayup-sayup suara kicauan burung kembali terdengar. Mulai dari kicauan pelan sampai yang bersahut-sahutan. Kabut yang tadinya pekat perlahan mulai memudar. Rutinitas pada pagi hari di Bialowieza, taman nasioal yang terletak di sebelah timur Warsawa, ibukota Polandia dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, Belarus. Taman Nasional ini memiliki sebagian kecil wilayah yang belum dijamah manusia, wilayah yang sangat dilindungi.
Sakura yang telah bangun keluar dari tempatnya tidur semalam sambil merenggangkan otot. Awal musim semi yang cukup lembab, dia memandang langit di atas sana. Gadis itu merindukan awan-awan gemuk di angkasa yang akhir-akhir ini sulit ditemui, membayangkan mereka adalah biri-biri yang berlarian di padang rumput.
Sakura menghentikan khayalan singkatnya, menghirup napas yang dalam. Sinar-sinar yang menembus dedaunan, berlari di antara dahan-dahan pohon seolah membentuk panah cahaya yang tak terhingga banyaknya. Aroma humus, lumut, embun, dan suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin membaur bersamaan. Pun suara-suara serangga yang ikut menyambut sang raja siang yang kembali bertakhta.
Sakura melipat kembali kantong tidurnya, menggulungnya, bersiap memasukkannya ke dalam ransel. Hari ini adalah hari terakhirnya di hutan, kemarin sore Sakura telah selesai mendata jumlah serangga yang masih ada di daerah tersebut. Kecintaannya pada alam liarlah yang membuatnya memutuskan bertahan semalam lagi sebelum akhirnya kembali ke Warsawa.
"Kenapa cepat sekali waktu berlalu?" gerutunya yang masih enggan pergi.
Sekali lagi dia memperhatikan sekeliling. Ada sekelebat perasaan tak rela meninggalkan hutan tertua di Eropa tersebut. Terutama daerah yang dijaga ketat di Bialowieza adalah hutan perawan. Tempat ini adalah surga dunianya.
Tiba-tiba terdengar suara asing, seperti suara langkah sesuatu di dekatnya. Sakura menajamkan telinganya, bisa saja ada hewan yang cukup besar berkeliaran di sekitarnya. Sakura mempercepat aktivitas membereskan kantong tidur yang menjadi tempatnya bernaung semalam. Setelah itu, gadis itu bergegas. Bukannya takut, Sakura malah mencari sumber suara tersebut. Perlahan dia mendekati sebuah pohon tumbang yang kini menjadi rumah bagi serangga, lumut, jamur, dan individu lain yang memanfaatkan unsur hari dari pembusukan pohon tersebut.
Suara itu menjauh seiring Sakura mendekatinya. Dia berusaha meredam suara langkah kakinya sekecil mungkin, tapi masalahnya bukan hanya pada suara tadi. Jika hewan tersebut memiliki indera penciuman atau pendengaran yang baik, maka dia bisa saja langsung kabur.
Semoga saja hewan itu tidak lari karena cemas, dan yang lebih krusial, semoga bukan hewan buas.
Semakin berhati-hati, Sakura mengintip dari balik batang pohon itu. Seekor anak elk—rusa besar dengan tanduk mengagumkan—sedang berputar mencari asal ancamannya. Dia tahu rusa memiliki indera penciuman yang sangat tajam, mereka bisa mencium aroma asing sampai bermil-mil jauhnya.
"Rusa cilik, aku bukan ancaman," bisiknya pelan, sangat pelan. Menganggap anak rusa yang berjarak sekitar tak kurang dari dua puluh meter jauhnya itu mengerti.
Dia mengambil rumput dan dedaunan muda yang sekiranya disukai objek ketertarikannya itu. Rusa itu mengamati Sakura yang mendekatinya, telinganya mengarah ke belakang. Tanda penolakan dari kebanyakan hewan.
"Rusa kecil, ini makanan untukmu," bujuknya tak mau menyerah.
Dia juga memperhatikan sekeliling, mencari di mana induk anak elk itu. Tubuhnya masih kecil, dugaan sementara Sakura anak elk itu baru saja dilahirkan.
Aneh, induk elk jarang meninggalkan anaknya yang baru lahir, pikirnya.
Sakura mengendus-endus aroma tubuhnya sendiri. Sudah hampir seminggu dia melakukan pendataan tanpa sekalipun kembali ke untuk mandi, bisa saja aroma tubuhnya semakin tajam. Rusa biasanya menganggap yang memiliki aroma tubuh berbeda dengan kaumnya sebagai ancaman.
Anak elk tadi bukan pengecualian.
Rusa kecil itu berbalik, berlari meninggalkannya dengan sedikit tertatih. Sakura mengejarnya. Ada yang tak beres, induknya harus segera ditemukan.
Dan Sakura berhasil menangkap anak rusa itu. "Nah, bayi kecilku, di mana ibumu?" tanyanya pada rusa kecil yang sudah berada dalam dekapannya. Dia lalu menurunkan rusa kecil itu, mengelus-elus kepala sampai badannya sebentar, lalu membiarkan rusa itu makan rerumputan dari tangannya. Beberapa kali Sakura membelai, mendekap rusa itu, berbagi aroma tubuh agar mereka saling terbiasa.
Sakura membiarkan anak rusa itu bermain lagi, berlari-larian sesukanya, kakinya yang masih kecil membuat lajunya tak terlalu cepat. Mata gadis itu mawas pada keadaan sekeliling, induk rusa harus segera ditemukan, bisa berbahaya kalau keadaan ini dibiarkan saja.
Elk kecil itu berhenti sebentar untuk makan, sesekali dia berputar gelisah.
Kini Sakura sedikit kepayahan mengejarnya. Elk kecil tersebut berlari semakin masuk ke dalam hutan.
Dan—
—sekali lagi anak elk itu tertangkap, tapi kali ini bukan Sakura yang menangkapnya. Sempat meronta kecil, elk kecil itu akhirnya pasrah dalam rengkuhan kuat seorang lelaki.
"Jangan biarkan elk kecil ini masuk semakin ke dalam," ucap pria itu.
Dia tinggi. Sangat tinggi, Sakura yang terpisah tidak begitu jauh dari posisi pria itu bahkan bisa langsung memprediksi tingginya paling-paling hanya sebahu pria itu saja. Rambutnya hitam dengan mata sekelam malam, memakai rompi hijau dan tas ransel besar seperti Sakura.
"Saya mengejarnya sejak tadi. Maaf, apa Anda orang Jepang juga?" tanya Sakura. Ciri pria itulah yang membuatnya cukup yakin. Apalagi Sakura mengenal rompi hijau terang yang dikenakan pria itu.
"Ya." Pria itu mendekat, tak lagi berbicara dalam bahasa asing, keduanya memakai Bahasa Jepang sekarang. "Sekitar dua belas kilometer dari sini ada bangkai elk betina."
"Jangan-jangan—"
"Bangkainya sudah tidak begitu berbentuk, sepertinya dimakan kawanan serigala," sambung pria itu sembari berjalan mendekati Sakura.
Baiklah, kalau pria itu benar maka jalan keluar yang paling tepat memang mereka harus menyingkir. Hal terakhir yang ingin Sakura temui adalah kawanan serigala lapar, terutama serigala abu-abu yang memiliki tubuh besar.
"Namaku Uchiha Sasuke, aku bekerja untuk UNESCO," kata pria memperkenalkan diri.
Benar kan, Sakura melirik lengan kanan pemuda itu. Ada lambang dan tulisan UNESCO di sana. Itu tempat impianku untuk bekerja! Sakura membatin.
"Haruno Sakura, saya sedang melakukan pendataan serangga di sini," timpalnya, berusaha tak terlihat terlalu penasaran.
"Kau perwakilan NGO[1] dari Belarus?" Sasuke mengamati gadis itu sebentar. Seingat Sasuke, rekannya pernah berbicara tentang ada perwakilan dari Belarus yang sedang melakukan observasi serangga.
Sakura mengangguk-angguk mantap. "Ya, tapi saya sudah selesai, hari ini akan ke Warsawa lalu kembali ke Belarus."
"Hn."
"Sasuke-san, sedang melakukan apa di sini?"
"Ada bison yang sedang sakit, kami mengurusnya dari kemarin."
Sakura kagum, keren sekali. Bukan hanya sangat tampan, tapi pengabdian Uchiha Sasuke sungguh luar biasa, nilai plus pria itu di mata Sakura semakin bertambah. Sorot kekagumannya tak lagi bisa ditahan-tahan mengingat kecintaan Sakura pada alam. Kemudian perhatiannya teralih pada anak elk tadi. "Apa tidak berat terus menggendong anak rusa itu?" Sejauh yang dia perhatikan, sejak tadi memang Sasuke belum menurunkan rusa kecil itu.
"Aku mau memeriksanya dulu."
Pria itu berjongkok, dia memeriksa gigi, kuku kaki, memastikan tanda-tanda fisik elk kecil itu masih sehat.
"Bagaimana?" Sakura mengikutinya berjongkok.
"Sepertinya dia baru lahir lima atau enam hari yang lalu. Elk betina memang selalu memisahkan diri dari kelompok mereka saat hendak melahirkan anak. Induk anak elk ini sepertinya masuk terlalu dalam. Wilayah Bialowieza yang dijaga ketat bukanlah wilayah elk. Tapi, keberadaan serigala abu-abu di wilayah ini juga bukan hal wajar, mereka hampir tidak pernah membuat sarang di sini."
Gadis itu mendengarkan penjelasan Sasuke dengan saksama. Memang aneh, akan tetapi dia tak heran. Pendataannya tentang serangga juga pasti memiliki hubungan dengan keanehan migrasi serigala abu-abu itu.
"Sasuke-san seorang dokter hewan, ya?"
Pria itu mengangguk.
"Aku lulusan kehutanan." Sakura salah tingkah sendiri karena Sasuke tak menanyakan apa pun terkait latar belakangnya. Tapi ya sudahlah, lagi pula hanya ada mereka berdua di sana. Setelah ini juga belum tentu mereka akan bertemu lagi.
Memang tak ada seorang pun—termasuk sahabat dekat, keluarga, mau pun kerabat Sakura—yang percaya ketika dia memutuskan untuk kuliah kehutanan. Semua orang berpikir dia tak akan jauh-jauh dari dunia kedokteran alih-alih menjadi rimbawan, mengingat kedua orangtuanya adalah dokter spesialis. Tapi, Sakura serius menekuni minatnya itu, dia malah berharap pasangannya nanti di masa depan juga seorang pecinta alam.
Ketika menginginkan sesuatu, Sakura selalu totalitas di dalamnya. Ketika Sakura gagal masuk UNESCO, mereka pikir dia akan menyerah. Namun bukan Haruno Sakura namanya kalau dia memikirkan cara lain. Sakura tetap berada pada jalur kecintaanya pada alam, dia berhasil masuk sebagai salah satu anggota NGO dari Eropa yang mendedikasikan diri menjaga hutan lindung.
"Sasuke-san, sudah berapa lama di UNESCO?" tanya Sakura semakin salah tingkah, berusaha mengalihkan topik mereka..
"Empat tahun."
"Anak elk ini mau diapakan? Kita cari kelompoknya atau?" tanya Sakura lagi. Gadis itu ikut bangkit dari posisi berjongkok, berusaha menutupi rasa tak nyamannya sendiri.
"Aku akan membawanya ke penangkaran, elk kecil ini tidak akan bertahan tanpa induknya."
Sakura membelai kepala elk yang masih berada dalam dekapan Sasuke. "Benar juga, dia butuh susu dan perlindungan dari binatang buas."
Sasuke kembali memeriksa fisik elk kecil itu. Beberapa kali membalik-balikan tubuhnya, tak kasar mengingat kondisi elk yang masih sangat kecil. "Dia betina, baguslah."
Sakura memperhatikan dengan serius bagaimana cara Sasuke menangani rusa kecil itu. Kata orang, sikap seorang pria bisa dinilai dari caranya memperlakukan hewan. "Saya pernah mendengar kalau lebih mudah bagi betina beradaptasi dalam kawanan. Bagaimanapun, pejantan selalu menerima betina baru, kan?"
"Benar," timpal Sasuke. "Siang ini temanku akan menjemput di pintu masuk wilayah yang dijaga ketat ini, kau mau ikut atau masih ada kegiatan lain?"
"Aku juga sudah selesai."
Sakura tahu kalau pria itu memang tulus. Hewan memiliki naluri yang sangat kuat untuk mengetahui maksud hati makhluk lain. Anak elk itu sangat nyaman dalam gendongan Uchiha Sasuke. Jika dia hanya ingin pamer aksi, Sakura tak yakin anak elk itu bisa sangat tenang.
"Sasuke-san, benar kalau UNESCO tak bisa menahan pemerintah yang mengizinkan penebangan?" tanya Sakura, tiba-tiba teringat topik yang sedang ramai di kalangan NGO di Eropa.
"Pemerintah Polandia sudah menyetujui penebangan hutan di Taman Nasional Bialowieza, kita tak bisa melakukan apa pun selain melancarkan protes dan mengadakan petisi. Pihak UNESCO hanya memiliki hak sebesar enam belas persen wilayah taman nasional ini. Binatang yang terusik mulai mencari tempat aman, kita lihat sendiri, serigala abu-abu mulai memasuki wilayah yang sangat dijaga ketat, wilayah yang tadinya hanya tempat lewat mereka."
Sakura mendengus. Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi? "Manusia dan keserakahannya."
Miris. Itulah yang Sakura rasakan. Hutan Bialowieza sempat rusak parah pada awal abad ke dua puluh karena perang. Kenapa orang-orang tidak belajar dari masa lalu? Sekarang mereka kembali melakukan hal yang serupa! Pendataan serangga yang dia lakukan juga menunjukkang hasil yang mencenangkan. Banyak spesies mengalami degenerasi[2]. Bukan hanya satu atau dua persen penurunannya, tapi menginjak puluhan persen. Itu baru serangga, belum jenis hewan dan tumbuhan lain.
Wilayah Bialowieza yang dijaga ini untungnya berada dalam klaim UNESCO. Sakura tak bisa membayangkan wilayah yang belum pernah terjamah manusia itu rusak. Ada banyak pohon berusia ratusan tahun dengan ukuran yang sangat besar, hewan-hewan langka seperti kucing hutan, serangga merah, dan spesimen lainnya.
Itu akan menjadi kehilangan yang luar biasa!
Sayang sekali, wilayah yang dijaga ketat luasnya tidak sampai sepertiga dari luasnya taman nasional. Untuk masuk ke dalam wilayah ini saja sudah sangat sulit, harus dengan izin khusus.
Kalau sampai wilayah itu rusak juga ….
Tidak, tidak, Sakura tak mau terlalu berpikiran negatif.
"Aku bisa melihatnya," pria itu berujar, melepaskan formalitas di antara keduanya. "Hutan tertua di Eropa ini menuju eksploitasi massal."
Menyedihkan memang, akan tetapi Sakura mengamini. Memang itulah kenyataannya, bukan rekayasa belaka.
Sedih rasanya melihat orang lain berjuang menyelamatkan sesuatu yang berharga, sedangkan pihak berkuasa malah berusaha mencari untung, tak peduli usahanya menyebabkan kerusakan.
Pembicaraan keduanya terhenti karena geraman kuat yang menghadang.
Oh, tidak ... lamunannya terhalang sesuatu yang buas! Tiga serigala abu-abu besar menghadang mereka!
Tiga!
Taring-taring mereka dipamerkan dengan sengaja, bermaksud untuk menekan lawannya.
Gugup, Sakura bisa menghitung detak jantungnya sendiri. Kakinya mendadak kaku. Seumur hidupnya berada di dalam hutan, ini pertama kalinya dia berhadapan dengan serigala abu-abu secara langsung. Dia pernah berhadapan dengan ular, kucing hutan, rusa jantan yang marah, tapi tak pernah dengan serigala kelaparan. Pernah juga dengan singa atau cheetah, tapi keadaaan saat itu berbeda. Waktu itu dia bersama rombongan tim, bukan sendirian seperti ini!
Ralat. Dia memang tidak sendiri, dia bersama seekor anak elk dan seorang pria.
Demi Tuhan, jangan sampai pria ini tak punya nyali. Dia tak mau mati di sini!
Oh, Tuhan, bagaimana ini? jeritnya dalam hati. Putus asa.
Serigala itu tetap menggeram, liur mereka beberapa kali menetes.
Jangan sampai mereka melolong bersahut-sahutan. Itu adalah panggilan buat serigala lainnya. Dan itu berarti tingkat bahayanya naik berkali-kali lipat.
"Jangan tatap mata mereka, tandanya kau menantang. Beranikan dirimu, jangan gemetar." Sasuke memberi instruksi. "Ambil ransel besarmu, angkat ke atas kepala, mereka akan melihat ukuran kita jauh lebih besar."
Sakura pelan-pelan mengukuti petunjuknya. Beruntung di dekat mereka ada batang kayu yang cukup besar, tak membuang waktu, Sakura segera meraihnya.
"Kalau aku bilang 'sekarang' kau harus menggoyang-goyangkan ransel itu, berteriak atau mengaum, terserah. Tunjukkan pada mereka kau tidak takut."
"APA!?"
"Aku akan melempar salah satunya dengan tasku, dan kita akan menakuti yang dua lagi. Kalau berhasil, mereka akan menyadari kalau mereka kalah jumlah dan kalah kekuatan."
Ini seperti pertaruhan. Tak pernah terbayangkan sekalipun dalam hidupnya, dia, Haruno Sakura, akan berusaha menakut-nakuti serigala—kenyataannya dialah seperti sedang berada di tiang gantungan se—
"SEKARANG!"
BUG!
Pria itu benar-benar melempar tasnya ke salah satu serigala. Isi di dalam tas itu sepertinya cukup keras, suara benturan yang tak terelakan dengan kepala serigala abu-abu terdengar kencang sehingga membuatnya sempoyongan.
"AARGHHH! HHRRR!" Sakura tak peduli sekonyol apa gayanya sekarang. Dia berteriak kencang bersama Sasuke, dia mengayun-ayukan tasnya ke depan.
Pria itu juga sigap mengambil dahan pohon kering yang terletak tak jauh dari posisi mereka berdiri.
Mengibaskan ke depan, seekor serigala melompat ke depan, tak mau kalah Sasuke menyambut tantangannya.
Sasuke berhasil memukul badan serigala itu dengan dahan kayu, lalu memukul-mukul tanah, semakin memberi intimidasi tanpa melepaskan anak elk itu sama sekali! Pukulan dahan pohon ke tanah semakin kencang, seiring dengan teriakan mereka berdua. Dalam hati keduanya berdoa agar dahan pohon itu tak patah.
Keduanya terus berteriak seperti binatang buas. Sakura terus memberanikan diri—memaksakan diri berani lebih tepatnya.
Ayo pergilah kalian!
Pergi!
Pergi!
Kami bukan makananmu!
Anak elk itu juga bukan!
Pergilah ... kenapa kalian masih di sini?
oOo
Tak lama ... ketiga serigala itu pun kabur.
Oh, lega sekali rasanya. Bertambah jauh ketiga serigala ini, bertambah ringan pula kesesakan di dalam paru-paru Sakura.
"Hhh ... kita selamat." Kaki Sakura melemas drastis. Tubuhnya masih gemetar hebat. Dia melirik sebentar pada Sasuke. "Eh?" Dia baru sadar kalau tubuh rusa kecil yang dipeluk Sasuke juga menggigil hebat.
Sekali lagi, Sasuke berhasil mengendalikan situasi dengan menenangkan hewan tak berdaya itu. Anak elk yang mereka selamatkan sudah kembali tenang.
"Kita selamat, berkat kau," ucap gadis itu tulus.
"Kerja sama kita," balas Sasuke.
Benar juga, andai tak kompak mengusir ketiga serigala tadi, maka beberapa hari lagi kematian mereka berdua sudah masuk berita online mau pun tv.
"Sebaiknya kita pergi sekarang. Lebih cepat kita sampai di pintu perbatasan, lebih baik."
Sakura mengangguk setuju.
oOo
Akhirnya ... akhirnya! Setelah hampir empat jam berjalan kaki, akhirnya mereka tiba juga di pintu untuk masuk ke dalam wilayah yang dijaga ketat itu. Kali ini untuk lebih berhati-hati sekaligus berjaga, mereka berdua mengambil batang kayu kering yang cukup besar, yang sekiranya bisa dipakai untuk melindungi diri.
Tak lupa untuk menghemat energi, sesekali mereka bergantian menggendong rusa kecil itu.
Detakan jantung Sakura, tanda kelegaan, baru bisa kembali normal setelah mereka melewati gerbang yang dituju sejak tadi. Pengalaman baru berhadapan dengan serigala, tapi itu tak akan membuatnya kapok. Malah dia mendapat lebih banyak pengalaman untuk diceritakan.
Sasuke menjauh untuk menelepon sebentar, setelah itu dia kembali pada Sakura, "Kurang dari empat puluh lima menit lagi temanku akan ke sini untuk menjemput beberapa orang dari rombongan kami, aku akan memintanya mengantarmu juga."
"Terima kasih, Sasuke-san. Kurasa aku butuh berendam dalam air hangat sesegera mungkin." Sakura mengendus tubuhnya diam-diam, berusaha agar Sasuke tak curiga kalau dia belum mandi selama seminggu. Untung saja temperatur udara sangat sejuk sehingga Sakura tak pernah sekalipun merasa gerah.
Ah, perpisahan mereka sebentar lagi memang patut disayangkan. Baru juga bertemu, sekarang mereka sudah akan kembali ke jalan masing-masing. Padahal pria itu, walaupun dia kaku, adalah orang yang cukup menyenangkan dan bisa diandalkan.
Kenapa aku seperti sedang bertentangan dengan diri sendiri? Sakura menggeleng pelan, sekali lagi berusaha agar Sasuke tak menyadarinya.
"Sakura."
"Ya," Sakura menjawab cepat.
"Mulai musim gugur nanti UNESCO akan mengadakan proyek penelitian tentang beruang kutub di Alaska. Kebetulan pemimpin proyek nanti adalah profesorku di universitas, apa—"
"Aku bersedia!"
Argh, Sakura bodoh! Dia bahkan belum menanyakan apa pun.
"Maksudku, bulan Juli nanti kontrakku dengan NGO tempatku bekerja juga selesai. Jadi …."
Makin parah saja, kau, Sakura! Kenapa kau malah menjelaskan hal yang tak perlu?
"Boleh gantian aku yang menggendong anak elk itu?" Tanpa menunggu jawaban, gadis itu langsung meraih rusa kecil tadi, fokusnya diberikan pada anak rusa itu, berharap Sasuke tak menangkap perubahan ekspresinya.
"Aku akan mengajakmu bertemu dengan profesorku."
Ah, wajah Sakura memanas hebat. Sakura menggangguk, berpura-pura tak melihatnya.
"Kita pasti akan menjadi partner yang hebat," ucap Sasuke, menyeringai tipis melihat reaksi gadis merah jambu itu.
"Kuharap begitu," jawab Sakura malu-malu.
Ambil sisi positifnya, Sakura akan bekerja sama dengan orang-orang dari UNESCO seperti impiannya selama ini. Yang tadi pasti hanyalah ketertarikan biasa karena dia membantu Sasuke menjaga anak elk dengan baik dan mereka sukses mengusir serigala abu-abu. Ya, pasti karena itu.
Tak lama kemudian beberapa orang dengan rompi yang sama dengan Sasuke mulai terlihat dari kejauhan, sebentar lagi mobil yang menjemput mereka pun pasti akan tiba. Sakura mengembalikan anak elk dalam dekapannya kepada Sasuke, menyembunyikan rasa berat hatinya untuk berpisah. Sesuatu yang tak seharusnya dia rasakan. Paling tidak itu yang Sakura pikirkan karena mereka sedang berada dalam proyek pekerjaan masing-masing.
"Kuharap kita bisa segera bertemu lagi," ujar Sakura salah tingkah. "Maksudku, bertemu dengan profesormu."
Sasuke mengangguk.
Sakura tersenyum.
.
.
End
A/N:
1 NGO: Non Government Organization aka organisasi non pemerintah atau organisasi yang pendanaannya tidak bergantung pada pemerintah.
2 degenerasi: penurunan atau kemunduran
Terima kasih
