Sasori dan Deidara lagi-lagi diberi misi oleh Pain, Sasori sudah sempat protes karena akhir-akhir ini mereka terus yang disuruh melakukan misi sementara yang lain cuman ongkang-ongkang kaki di markas, masalahnya Pain tidak menerima protesan Sasori, Deidara belum sempat membuka mulut sudah sempat kena deathglare dari leader kesayangan Akatsuki dan sekarang mereka sedang berjalan mengikuti jalan setapak dan di samping kanan mereka ada ladang bunga matahari.

"Nee ... danna jarang baget bisa nemuin ladang bunga seperti ini saat sedang melakukan misi dari leader, un." Deidara mengatakan kalimat itu sembari melirik Sasori, jarang-jarang juga Deidara melihat Sasori keluar dari Hirukonya.

Ada kebahagiaan tersendiri untuk Deidara melihat Sasori keluar dari Hirukonya, seperti rasa senang karena akhirnya Sasori ada keinginan untuk langsung merasakan dunia yang cerah ini tanpa memikirkan melindungi diri dari musuh sebagai seseorang pengguna kugutsu?

Ucapan Deidara tidak digubris oleh Sasori, ekspresi wajahnya yang selalu datar menandakan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan perkataan Deidara, pandangan lurus ke depan, Deidara memaklumi tingkah danna-nya itu. Walaupun perkataannya tidak digubris Deidara masih setia bercuap-cuap tentang bunga matahari yang begitu indah.

Ini pertama kalinya mereka melihat ladang bunga matahari, biasanya yang mereka lihat itu pohon sejauh mata memandang, musim panas kali ini berbeda, Sasori juga tidak tahu tujuan Pain meminta mereka untuk melakukan misi ini. Terpaksa menerima tanpa tahu tujuannya, Sasori sempat nanya tentang itu tetapi Pain malah menyuruhnya untuk bertanya pada Konan.

Karena dilempar seperti itu, Sasori memutuskan untuk tidak lanjut mempertanyakan tujuan misi ini.

Sasori terus jalan menyusuri jalan setapak, melihat Deidara yang berjalan di depannya, mungkin sisi manusianya yang masih ada merasa jalan santai seperti ini tidak menghabiskan waktu, memandangi bunga unik yang selalu bergerak menghadap langit tidaklah buruk. malahan dengan berjalan-jalan santai seperti ini dia bisa menemukan pemandangan yang sungguh indah dan memperhatikan Deidara yang mulai bertingkah seperti anak kecil.

Ah iya, Sasori lupa Deidara jauh lebih muda darinya, ditambah dengan rambut pirang Deidara yang cocok bersanding dengan bunga matahari. Sasori tidak bisa membenci tingkah Deidara yang kekanak-kanakkan, toh Deidara sudah dari umur 9 tahun dipaksa untuk masuk Akatsuki.

Deidara membalikkan badannya ke belakang menghadap Sasori. "Danna."

"Hn."

Deidara cemberut, dia sengaja memangil Sasori untuk mengecek aja, apakah Sasori mendengarkan perkataannya atau tidak, kemungkinan besar perkataannya ini tidak didengarkan sama sekali.

"Danna."

"Apa?" sahut Sasori malas.

"Cuman manggil aja, un."

Deidara tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya. Sasori masih melihatnya tanpa ekspresi, mata coklatnya tidak lepas dari Deidara, dia melihat partnernya berlari kesana kemari, bersinar layaknya mentari, Sasori tidak mengerti mengapa Deidara memiliki banyak sekali energi di musim panas seperti ini. Kepalanya mendongak sedikit ke atas, sepasang mata coklatnya menyipit.

"Oi, Deidara."

"Apa danna? Un."

"Kamu dan bunga matahari ini mirip ya?"

Deidara melipat kedua tangannya di depan dada, tubuhnya miring sedikit, dahinya berkerut. "Maksudnya? Un."

"Maksudku ...," Sasori diam sejenak, lalu tersenyum tipis, "lupakan saja."

"Heee? Danna jangan bikin aku penasaran, un."

"Sudah kubilang lupakan saja, lagipula apa yang ingin aku katakan tidak penting."

"Danna kebiasaan nih." Ekspresi kesal Deidara memudar perlahan, senyum kembali menghiasi wajah Deidara. "Yaudah deh kalau gitu, yang penting danna menikmati pemandangan ini, yang nyaranin kita lewat sini itu Konan, un."

Kedua tangan Deidara bergerak ke belakang punggung, saling bertaut. "Indah kan? Un."

"Ya, sangat indah ..." Sepertimu Deidara. Sasori memotong satu tangkai bunga matahari, lalu dia berjalan mendekati Deidara, Sasori memberikan bunga itu pada Deidara.

"Emang boleh ya? Ini pasti punya orang ..."

Sasori tidak membalas, dia juga tahu kalau ladang bunga matahari ini punya orang, kalau misalnya ketahuan mencuri oleh yang punya, mereka bisa langsung lari. Udah jadi Akatsuki ini, jadi kriminal engga usah setengah-setengah.

"Peduli amat sama yang punya, ini buatmu."

Deidara melihat bunga matahari beberapa saat, lalu tangan kanannya meraih tangkai bunga matahari, sebuah senyum mengembang. Tangkai bunga matahari itu dia dekap.

"Terima kasih danna."

Meskipun matahari telah terbenam, kau akan terus menerangi, berkilau, dan bersinar.


NOTE:

Flower meaning Sunflowers symbolize unwavering faith and unconditional love. It's perfect to send to your loved one if you want to express exactly how much you adore him or her.

Sunflowers have a deep love meaning, a person who has loved with sincerity and purity never forgets and truly loves until the end. The flowers that most express fidelity are sunflowers. Sunflowers symbolize love and admiration