Seorang laki-laki bersurai pirang keemasan berdiri di dekat pembatas jembatan yang dibangun di atas ngarai.

Angin malam bertiup, membuat mantel hitamnya berkibar pelan.

Raut mukanya terlihat tenang, mata birunya tampak bersinar seolah kegelapan takkan mampu meredupkan cahayanya.

Dari sudut pandang manapun dia terlihat luar biasa.

‹—sebagian dari mereka pergi setelah menyergap seorang Dewa dari Utara yang baru muncul bersama peliharaan nya —Loki!›

"…Tetap awasi situasinya."

‹Dimengerti. Haruskah saya mengawasi yang di dalam juga?›

"Tidak. Itu terlalu beresiko."

‹Baik. —Disini tidak terlalu jauh dari tempatmu, Bos. Saya harap Anda dapat mengantisipasinya.›

"Yah, ini variabel yang benar-benar tak terduga. Akan merepotkan kalau sampai menarik perhatian mereka. Beritahukan juga kepada yang lainnya."

‹Akan saya lakukan. Kalau begitu, selamat bersenang-senang, Bos! Saya undur diri!›

Klik!

Kedua alisnya saling bertautan, cahaya di matanya kian bersinar terang.

Pria itu memikirkan kata-kata yang disampaikan salah satu orangnya melalui sihir komunikasi tadi.

Dia memang menduga akan muncul variabel yang bisa menggangu rencananya yang sudah dia susun jauh-jauh hari. Hanya saja dia sedikit tidak menyangka akan ada pertemuan diantara para Dewa, tidak jauh dari tempatnya, dan bertepatan dengan waktu saat dia akan beroperasi.

Kerutan di keningnya bertambah dalam saat memikirkan hal lain.

"Sial..."

.

.

.

.


—Disclaimer—

Masashi Kishimoto X Ichiei Ishibumi

Naruto-X-Highschool DxD


Specter of Death : DxD-Verse

Present by @Mizkevna


Chapter : 2


.

.

Kelopak mata itu terbuka menampakkan sepasang mata beriris ungu dengan pupil vertikal keemasan. Wanita itu merentangkan kedua tangannya, kemudian merubah posisinya yang sebelumnya tidur terlentang menjadi duduk.

Dia sedikit menguap.

Matanya menyipit, wajahnya yang ditutupi masker sulit untuk ditebak, ekspresi apa yang dia miliki disana.

Ia menjulurkan kedua kakinya ke depan lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. Surai hitam kelamnya acak-acakan.

"Tama. Kamu sudah bangun?"

"Ah, yah. Berapa lama aku tidur?" dia—Tama, bertanya balik. Dia menggaruk perutnya yang tidak gatal sama sekali. Keningnya sedikit mengernyit melihat orang yang dia tanyai sedang melakukan sesuatu yang menurutnya sangatlah tidak biasa.

"Sudah dua puluh tiga hari."

Wanita berpakaian ala maid itu menuangkan cairan kehijauan ke dalam cangkir dimana ada seorang wanita berambut hitam dengan pakaian 'aneh' duduk menunggu cangkirnya terisi penuh.

'Burung?' adalah pikiran pertama Tama yang terlintas dalam benaknya. Dia melihat wanita bersurai hitam itu menyesap teh dengan penuh gaya. Bak wanita bangsawan terhormat, meski pakaian yang dikenakannya tidak mencerminkan tingkahnya.

Tama bergidik ngeri.

Diam-diam melirik kearah sang maid, sedetik kemudian dia membuang muka.

"Kamu mau?"

Tama menggeleng cepat.

"Tuanku sebelumnya bilang sesuatu seperti 'kamu harus menemuinya terlebih dulu sebelum memulai tindakan'."

"Ah!? Ahhhh!"

Tama buru-buru berdiri. Rambut hitamnya yang semula acak-acakan langsung berubah menjadi lurus. Dia berjalan mendekati wanita bersurai hitam tersebut.

Wanita yang sedang menikmati secangkir teh itupun terlihat bingung, dia bingung sejak awal melihat gelagat Tama yang aneh.

"Hey, Birdy. Kau mau ikut?" Tama bertanya tanpa basa-basi.

"Tama. Nona ini bernama Raynare." sang maid dengan tenang memberitahukan nama wanita itu. Matanya terpejam.

Raynare, yang jadi subjek obrolan keduanya terlihat bingung. Namun, setelah mendengar kata-kata Tama berikutnya, seketika Raynare mematung.

"Ah, yah. Akan kuingat, Aneki."

Dan begitu saja, Raynare pun diseret keluar secara paksa.

#—#—#

Raynare melihat Tama yang wajahnya tertutup masker, meski tidak ada ekspresi berarti, tetapi Raynare bisa merasakan perubahan suasana dari auranya.

Tama sepertinya jadi serius setelah menerima informasi yang disampaikan melalui sihir komunikasi.

Sebenarnya Raynare terkejut, walau dirinya tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi dia berhasil menyembunyikannya dengan baik.

Yang membuatnya terkejut adalah, dia melihat bentuk [Magic Circle] sihir komunikasi yang digunakan Tama.

Magic Circle itu tersusun dari persilangan garis-garis berwarna ungu membentuk octagram, dan di setiap sudut garis terdapat rupa samar kepala naga, setiap dua kepala naga akan saling berhadap-hadapan. Ditengah-tengah Magic Circle tersebut terdapat delapan pedang yang terlihat seperti jarum jam dimana setiap ujungnya saling bersentuhan. Sementara empat baris aksara-aksara kuno mengelilingi disekitaran luarnya.

Raynare tidak bodoh, sejak insiden di gereja tak terpakai di kota Kuoh, dia jadi lebih berhati-hati. Dia tidak mau melakukan kesalahan yang sama karena salah menganggap sesuatu.

Sejak aura Tama bocor walaupun hanya sedikit, ada sesuatu yang langsung mengganjal di pikiran Raynare; dia tidak bisa menemukan aura yang familiar atau tanda-tanda adanya Sacred Gear di dalam diri Tama.

Otaknya berputar dengan liar, dia memikirkan segala kemungkinan yang ada, dan memang, ada satu yang terlintas dalam benaknya yang mana dia sendiri tidak berani memikirkannya lebih jauh.

Selain itu, Raynare seperti pernah melihat Magic Circle milik Tama, tetapi dia tidak ingat itu milik siapa atau eksistensi macam apa yang dilambangkan Magic Circle tersebut.

Seperti yang diketahui. —Bila diibaratkan, Magic Circle itu seperti tanda tangan seseorang. Ketika kamu mempelajari teknik sihir yang berbeda-beda, atau apapun sihirnya, pada akhirnya Magic Circle milikmu akan tetap sama. Itulah Magic Circle Original. Faktanya sangat jarang ada yang memiliki lebih dari satu Magic Circle, sekalipun ada, biasanya orang-orang tersebut bukanlah eksistensi biasa!

Dari apa yang barusan Raynare lihat, Magic Circle yang digunakan Tama berhubungan dengan Naga.

Naga—. Dia hampir berakhir karena berurusan dengan Naga. —Sekiryutei!

"Birdy, wajahmu terlihat jelek."

"A-Benarkah?" Raynare gugup. Belakangan ini dia jadi terlalu banyak berpikir. Dia bahkan tidak tahu sejak kapan Tama memperhatikannya dengan tatapan penasaran.

Tiba-tiba mata Raynare membulat.

'Oh sial! Aku bahkan tidak memperhatikan bentuk matanya!'

"Aku sudah mendengar ceritanya. —Apa kau ingin memukul si merah Ddraig?"

"Haa!?" itu pertanyaan paling aneh yang pernah Raynare dengar.

"Sebenarnya aku sudah tahu. Orang yang memukulimu salah satunya 'si tukang bakar' Ddraig, kan? Menyerahlah. Kau akan berakhir kalau melakukannya."

'Sejak kapan Heavenly Dragon, Red Dragon Emperor yang tersohor jadi 'tukang bakar'!?' Raynare tidak habis pikir, baru kali ini dia mendengar ada seseorang yang berani mengganti julukan Naga Langit dengan sebutan seaneh itu.

"Haha, tiba-tiba aku mengingat ingatan yang aneh."

Untuk pertama kalinya Raynare mendengar Tama tertawa, tawa geli.

"Di masa lalu, Aku pernah meracuni Ddraig habis-habisan. Mengutuknya berkali-kali. Itu sangat menyebalkan karena dia membakar semua minumanku!"

Tama menengadah, memandang langit biru, sorot matanya yang dalam menyimpan sejuta misteri.

"Oh, benarkah?"

Raynare menatapnya seolah sedang melihat orang bodoh, dan pembohong besar. Lagian, siapa yang tidak tahu Ddraig, Sekiryutei? Apa mungkin Sekiryutei membakar minuman seseorang? Kalau iya, apa alasannya? Memangnya Sekiryutei preman!

"Birdy, kau tidak asik."

Raynare memutar bola matanya.

"Aku sudah mengabari Karin kalau aku yang akan membawamu. Kita akan menemuinya di tempat lain. Sebaiknya kau merubah penampilanmu."

Tama menatap sang mantan malaikat jatuh dari atas sampai bawah. Celana pendek dan kaos polos tanpa lengan. —Setidaknya dia tidak sevulgar pertama kali Tama melihatnya.

Raynare mengernyit, salah siapa membuatnya memakai pakaian random begini? Ah, tapi sudahlah. Dia mengangguk dan menuruti perkataan Tama.

Jadi, dia mulai merapalkan mantra pendek.

Dan, tadaa~!

Dia merubah penampilannya, dia memakai seragam sekolah yang sama seperti saat dirinya menipu wielder Sacred Gear [Boosted Gear] —Sekiryutei saat ini.

Dia mengukir senyuman paling imut dan berpose genit. Meh, dia paling jago melakukan ini!

"Penipu handal."

Raynare tertohok! Senyuman imut di wajahnya luntur seketika!

"Yah, setidaknya ini lebih baik. —Ayo."

Lingkaran sihir muncul di bawah kaki mereka, sedetik kemudian keduanya pun menghilang.


Seorang wanita berambut biru sebahu yang diikat ponytail rendah bersandar pada batang pohon, bersidekap dada.

Kemejanya yang putih polos kontras dengan gelapnya malam, dimasukkan kedalam celana hitam panjang.

Mata merah muda keunguan itu tampak bersinar di kegelapan, memandang ke dasar ngarai di bawah sana.

Merasakan aura yang familiar, Karin menoleh ke kiri. Seulas senyuman mengembang di wajahnya ketika melihat sebuah lingkaran sihir keuangan.

Sedetik kemudian, Karin melihat kemunculan dua wanita yang salah satunya sangat dia kenali.

Itu adalah Tama-sama, dan Raynare yang berpenampilan baru. Karin terkekeh heran.

"Sudah berapa lama kau disini?"

"Mungkin satu jam?" Karin menjawab main-main.

"Begitu kah?"

Karin mengerti betul, meski Tama-sama tidak menunjukkan secara langsung, serta nada bicaranya yang terdengar acuh, dia bisa merasakan perubahan emosional dari gelagatnya yang samar-samar.

Karin pun mengangguk. Dia lalu menggeser atensinya ke Raynare, dan mengangguk kecil.

"Penipu handal."

Untuk kedua kalinya Raynare merasa tertohok.

Tama berdiri di samping Karin, yang menatap jauh kedalam dasar ngarai.

"Sudah dengar informasi terbaru?" tanyanya, seraya mengikuti arah pandang Karin.

Karin tertawa halus.

"Yah, tidak perlu khawatir. Saya sudah bersiap-siap untuk menyiasati semua kemungkinan. Ini bukan pertama kalinya kita bekerjasama."

"Kau benar."

"Tentu saja. Kali inipun akan Saya pastikan berjalan lancar seperti biasa." ujar Karin percaya diri.

"…Aku akan menemui Bos."

Dengan begitu, Tama menghilang dengan lingkaran sihir.

"Tama-sama memang sedikit..." Karin mengangkat kedua bahunya tanpa menyelesaikan kata-katanya. Dia menoleh sekadar untuk menatap sang mantan malaikat jatuh.

"Bagaimana menurutmu, Raynare?"

Raynare mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Ayo sedikit menjauh dari sini." Karin tanpa basa-basi berjalan, mencari posisi yang lebih tinggi. Namun ketika baru beberapa langkah diambil, dia berhenti saat mendengar perkataan Raynare.

"Apa kau tidak berpikir aku akan melarikan diri?"

Karin menghela nafas pendek, menggeleng pelan.

"Aku takkan menghentikanmu. Larilah sejauh yang kau bisa kalau itu maumu. Berharaplah tidak pernah bertemu salah satu dari kami lagi." dengan begitu, Karin melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Tak peduli apa yang sebenarnya dipikirkan mantan malaikat jatuh tersebut.

#—#—#

"Katakanlah. Apa yang sedang kita lakukan?"

'Kita, huh?'

Karin tersenyum tipis karena Raynare memilih untuk mengikutinya di belakangnya.

"Membunuh Dewa."

"Apa!?" Raynare hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, tapi dia hanya mendapat balasan berupa tawa pelan. "Kau… serius?"

Karin tak segera menjawab dan melanjutkan kakinya, tujuannya adalah puncak bukit ngarai itu.

"Kau tahu kisah tentang Hinokagutsuchi[1]?" Karin bertanya main-main.

Raynare tertegun, tentu saja dia tahu. Siapa yang tidak tahu kisah epik Dewa Api yang dibunuh oleh orangtuanya sendiri?

Hanya saja...

"…Kita akan membunuhnya? Hei, bukankah Dewa Api itu sudah mati?" tanya Raynare ragu-ragu.

"Benar dia sudah mati." Karin mengangguk pelan. "Hinokagutsuchi dipotong-potong jadi delapan bagian, kau tahu alasannya kenapa? Karena sulit untuk membunuhnya dengan cara biasa."

"Seharunya memang begitu, kan?" Raynare pikir itu hal yang wajar. Membunuh Dewa bukanlah perkara mudah sama sekali. Bahkan sekalipun itu bukan Dewa tipe tempur.

Karin tersenyum misterius.

"Entahlah. Kalau saja Hinokagutsuchi tidak dibunuh, mungkin dia akan jadi salah satu kekuatan terkuat di dunia. Bahkan, setelah dibunuh pun masih meninggalkan jejak-jejak luar biasa."

Karin menengok kearah Raynare sejenak hanya untuk memberi senyuman menggoda.

"Seperti yang diketahui; tubuhnya dipotong-potong menggunakan salah satu dari 'Delapan Pedang Totsuka[2]' dan yang terkuat dari kedelapannya, [Ama-no-Ohabari]. Benar. Yang sekarang ini adalah salah satu Sacred Gear Longinus terdaftar —[Canis Lykaon] yang berada di pihak Grigory… kan?"

Raynare terkejut mendengar penjelasan panjang lebar itu. Tapi dia masih belum menemukan intinya, apa tujuan semua pembicaraan itu.

"Ini sangat penting untuk Tama-sama."

"Hah?"

Karin tak mengindahkan kebingungan Raynare. Dia menatap sebuah batu besar tidak jauh di depannya kemudian melompat ke atas batu tersebut. Raynare sedikit kagum melihat gerakannya yang tampak seringan bulu.

Karin berdiri di sana, lalu berbalik. —Selembar kertas keemasan tiba-tiba muncul tepat di depan wajahnya. Tak berselang lama kertas itu hilang setelah Karin melihat isinya.

"Itu pesan surat." Karin tiba-tiba mengatakan hal itu kepada Raynare. Melihat wanita bersurai hitam tersebut tampak heran, Karin pun berkat. "Aku tidak suka menggunakan transmisi suara kecuali mendesak. Jadi… Yah, seperti yang kau lihat. Aku mengubah pesan suara menjadi surat."

"Aku tidak tahu apa maksudmu." dengan kata lain, Raynare tidak peduli. Dia masih memikirkan percakapan mereka sebelumnya.

'Apa hubungannya 'membunuh Dewa' dengan Tama?'

"Kau juga. Naiklah kesini."

Raynare sempat ragu, tapi dia berubah pikiran saat melihat keseriusan di wajah Karin. Dia pun menurut.

Setelah keduanya berdiri bersebelahan—.

Raynare, yang berada tepat di sebelah Karin, terkejut saat merasakan wanita bersurai biru itu mulai melepaskan aura yang dahsyat dari tubuhnya. Tekanannya jauh lebih besar dari pertama kali. Juga, dia bisa merasakan aura mengerikan lain di beberapa titik puluhan kilometer jauhnya dari tempatnya berada.

Kemudian…

Di bawah mereka muncul Magic Circle ungu dengan pola unik seperti astrolabe dengan huruf-huruf kuno dan angka-angka kuno dari berbagai bahasa berwarna keemasan, yang mana terdapat empat baris skrip-skrip kuno melingkar, berputar pelan, dan berkedip-kedip seiring bergantian huruf.

Karin, yang berdiri di pusat lingkaran sihir, bergumam pelan dan tak terdengar jelas.

Daratan sejauh puluhan kilometer tiba-tiba tertutup jutaan barisan skrip-skrip kuno berukuran besar, dan cahaya ungu keemasan menyelimuti gunung, bukit dan sungai, serta apapun yang ada dalam jangkauan skrip-skrip kuno.

Tak sampai disitu.

Skrip-skrip kuno tampak menggeliat seperti makhluk hidup dan terlihat berlomba-lomba memanjat ke langit. Hingga akhirnya, dari setiap ujung barisan bertemu, saling bertukar tempat, dan baris berbaris tersusun rapi di langit.

Raynare kehabisan kata-kata.

Di atas daratan seluas puluhan kilometer, langit keunguan seolah-olah selembar kertas yang berisi catatan-catatan kuno yang ditulis menggunakan tinta emas.

Warna langit malam pun berubah menjadi terang benderang.

Tak terhitung skrip-skrip kuno transparan menjulang tinggi dari daratan mencakar langit, seolah-olah ratusan ribu tangga sengaja diturunkan dari langit, disediakan untuk siapapun yang mau naik ke surga.

Kejutan belum berakhir.

Raynare merasakan kepalanya berdengung saat pandangannya terasa menjauh, dia seperti sedang bergerak mundur. Dia merasa sangat akrab dengan fenomena itu.

Sama seperti saat dia berada didalam ruangan serba putih sebelumnya.

Lanskap ruang melebar, memperluas daratan.

Skrip-skrip kuno bagai tangga yang menembus langit terlihat semakin transparan, sampai akhirnya benar-benar tidak terlihat sama sekali.

Namun tampaknya langit keunguan masihlah sama dengan barisan skrip-skrip yang memenuhinya.

"Apa… kamu masih… manusia!?"

Raynare melihat pemandangan luar biasa itu takjub. Meski sudah banyak teknik ruang yang pernah dirinya lihat, kebanyakan teknik selalu mengandalkan perpindahan ruang.

Apa yang disaksikannya sekarang berbeda. Ini sama sekali baru.

Seolah-olah, wanita berambut biru sebahu itu bisa membagi sebagian dari dunia menjadi suatu ruangan khusus.

Karin yang mendengar ucapan Raynare pun tersenyum miring. Wanita itu mengetuk-ngetuk udara hampa di dekat wajahnya dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah.

Bagai permukaan air tenang yang disentuh, siapa sangka, kehampaan pun terlihat beriak akibat ulah wanita itu.

"Apa semuanya sudah siap?" Karin bertanya, entah kepada siapa, lebih terlihat seperti dia sedang berbicara sendiri.

‹Aku siap kapanpun!›

‹Yah, aku rasa.›

‹Ayo. Aku sudah tidak sabar.›

Ada suara namun tanpa rupa, suara-suara itu terdengar dekat. Karin tersenyum miring, sedangkan Raynare menengok kiri-kanan, tapi dia tidak menemukan siapa-siapa.

Karin tiba-tiba mengernyit, menyadari sesuatu.

"Ada yang salah."

‹Sebentar, Karin.›

"Bos?" tidak mungkin Karin tidak mengenali suara itu. Dari nadanya yang terdengar lelah, Karin jadi yakin memang ada yang salah saat ini.

‹…Tama ketiduran lagi.›

("….….….…."›‹))

.

.


.

.

#(1 Jam kemudian)

Berjongkok sambil menggigit kuku, ekspresi tampak tidak sabar, tangan kanan mengetuk batu besar di bawahnya adalah yang saat ini Karin lakukan.

Tidak, lebih tepatnya dia sudah melakukan itu sejak satu jam lalu.

Di sisi lain Raynare yang semula memandang heran kelakuan aneh Karin, saat ini dia juga mulai bosan diam tanpa melakukan apa-apa.

Kedua wanita itu sibuk dengan dunianya masing-masing.

‹Naruto-sama. Haruskah kita mundur dulu?›

Suara yang terdengar monoton tiba-tiba muncul dalam 'room obrolan', atau begitulah Raynare menyebutnya. —Sejak terbentuknya ruang khusus dan langit yang dipenuhi skrip kuno, selama seseorang ada di dalam lingkup ruang tersebut bisa saling bertukar kata dari jarak jauh dengan santai.

Tak perlu berteriak!

Tapi…

Sejak berita Tama yang ketiduran muncul, tak ada satupun yang berbicara selama hampir dua jam. —Dengan suara pertama memecah kesunyian itu, mengusulkan sebuah saran yang cukup masuk akal, terdengar gumaman dan bisikan dimana-mana.

"Kamu gila!?" —hanya Karin lah satu-satunya yang meninggikan suaranya.

‹Aku tidak—›

"Apa kamu mau mengabaikan perasaan yang lain!? Mereka datang kesini untuk menambah wawasan dan pengetahuan umum. Kalau kita pergi begitu saja tanpa melakukan apapun, astaga…. Bukankah itu sangat disayangkan?"

‹Hei! Kau berlebihan!›

‹Bajingan rakus yang menggiring opini publik hanya untuk bersenang-senang sepertimu tidak layak berbicara moral.›

‹Karin. Kamu yang terburuk.›

Suasana yang sunyi selama hampir dua jam langsung pecah. Mulai banyak suara-suara entah milik siapa, menggumamkan berbagai macam reaksi.

Karin, sang pelaku awal keributan, tersenyum miring.

"Sekarang jadi sedikit seru, fufuu."

Raynare berkeringat dingin. 'Orang ini gila!'

"Kau tahu, Raynare? Tama-sama kehilangan 'sekeping' kesadarannya." Karin mengetuk-ngetuk batu besar di bawahnya.

"Itu gawat, bukan!?"

Karin terkekeh dan mengangguk pelan.

"Tama-sama sering tiba-tiba 'tidur' tanpa peduli tempat. Pernah sekali aku menemukannya 'tertidur' di pinggir sungai. Siklus tidurnya tidak teratur. Dua tahun lalu, dia benar-benar 'tidur' hampir sepanjang tahun."

Karin ingat bagaimana ketika dirinya melihat Tama-sama tergeletak di pinggiran sungai, tertutupi rumput ilalang yang tumbuh di sekelilingnya.

Dia juga ingat bagaimana Tama-sama jatuh tak sadarkan diri di depan kantor tempat Karin bekerja saat sedang menunggunya selesai bekerja.

Tama-sama terlalu sering tiba-tiba 'tidur' dan waktu yang dibutuhkan untuk bangun benar-benar sulit ditebak. Karena sudah terlalu sering, pada akhirnya Bosnya akan memerintahkan seseorang untuk selalu menemani Tama-sama kemanapun dia pergi, jaga-jaga kalau wanita itu tiba-tiba 'tidur'.

'Itu situasi yang benar-benar gawat.' Raynare hanya berani memikirkannya. Tak bisa dia bayangkan apa yang akan terjadi kalau dirinya yang berada diposisi Tama.

"Tenang saja. Aku menutup arus di sini. Jadi mereka tidak akan bisa mendengar kita."

Karin memberi tanda 'OK' dengan tangannya kepada Raynare.

"Mungkin aku harus mengatakan ini padamu. Raynare. Tama-sama itu seperti adik kandungnya Bos. Meski Tama-sama…. Ah dia lebih menggunakan kepalanya daripada tenaga. Tama-sama jugalah yang mengusulkan untuk menyembuhkanmu saat itu."

"….….!?"

Karin menengok, menatap Raynare dengan seringai di wajahnya.

"Kau tahu kenapa Bos menanyakan bajingan Satanael?"

Raynare terbelalak. "Jangan bilang kalau…!?"

Karin mengangguk.

"Yup, bajingan itulah yang mencuri 'kepingan' kesadaran Tama-sama."

Ekspresi Karin tampak cerah, namun aura yang keluar dari tubuhnya benar-benar… luar biasa menyeramkan bagi Raynare.

Akhirnya Raynare mengerti. Semuanya jadi masuk akal sekarang! 'Kenapa dia ingin menyelamatkanku?'

"Tama-sama dinyatakan 'mati' sejak lama dan sisa-sisa 'kesadaran'-nya disegel ke suatu benda agar tidak terjadi 'kelahiran' kembali. Itulah yang tercatat dalam sejarah. Faktanya, Tama-sama lebih menggunakan akalnya daripada kekuatannya, tidak seperti 'jenisnya' yang lain. Dia lebih cerdik dari kelihatannya."

"Jadi. Artinya, yang dinyatakan 'mati' hanyalah sekeping kesadarannya saja!?"

"Kau menebaknya dengan baik. —Karena itu, sebuah solusi akhirnya muncul. Kau tahu apa itu?"

Raynare mengangkat alis tertarik. Melihatnya seperti itu, Karin tersenyum miring.

"Mendapatkan sisa-sisa 'Esensi Dewa' yang sudah tiada untuk menggantikan yang hilang dan mempertahankan kesadaran."

Karin berdiri, mengabaikan Raynare yang terlihat sangat terkejut saat ini. Bukannya dia tidak tertarik melihat tampang wanita mantan malaikat jatuh itu yang menurutnya lucu.

‹Karin Nanase!›

"Y-Ya, Bos!?" Itu karena Bos memanggilnya dengan nama lengkap, itu membuatnya agak sedikit terkejut dan gugup.

‹Kau bisa memulainya sekarang.›

'Ah—!?' dia kira Bosnya ingin mengomelinya karena ulahnya yang berhasil membuat gaduh tadi.

Mendengar Bosnya sampai memerintah, tak seperti gayanya, sepertinya dia harus dengan serius melakukan tugasnya cepat-cepat.

"Inilah yang saya tunggu-tunggu!"

Dengan begitu, Karin melepaskan aura ungu kehitaman menyelimuti sekujur tubuhnya. Tekanannya benar-benar mengesankan karena mampu menyebabkan ruang hampa di sekitarnya terdistorsi.

—Raynare tidak tahu lagi harus berkata apa. Untuk kesekian kalinya dia dibuat bungkam dengan perasaan kagum.

Karin mengangkat tangannya ke depan, dan mulai merapalkan mantra.

«Aku, Specter's Servant—!»

Sebuah Magic Circle ungu raksasa muncul di titik paling tengah daratan ruang khusus. Skrip-skrip kuno di sekelilingnya berputar-putar dengan kecepatan luar biasa.

«Tidaklah Hidup. Bukanlah Kematian—»

Magic Circle kedua yang dua kali lebih kecil muncul di atasnya dengan celah jarak cukup lebar. Cahaya yang dilepaskan bahkan lebih dahsyat.

«Dengan nama 'Specter' yang Agung, Aku memanggil [Evil Deity] pelahap dunia—»

Magic Circle ketiga, keempat, sampai kedelapan muncul satu demi satu, dengan berbagai ukuran yang berbeda-beda, tersusun dengan baik hingga Magic Circle terakhir berada pada ketinggian ratusan kaki.

«Bintang-bintang Berjatuhan. Cahaya Bintang Menyinari Tatanan. Memotong Jalan. Membunuh Keabadian. Menarik Tangan Kematian—!»

Kedelapan Magic Circle mulai berputar pelan saling berlawanan, detik demi detik putaran pelan berubah signifikan.

Putarannya menjadi semakin cepat dan cepat. Dedaunan kering baik di seluruh daratan maupun yang masih menggantung pada rantingnya terhempas akibat angin kencang yang dihasilkan perputaran kedelapan Magic Circle.

Hewan buas, bintang vegetarian, dan berbagai jenis ekosistem lain, serta makhluk nokturnal berlarian kemana-mana. Burung-burung yang sedang menikmati tidurnya terbang berhamburan tak tentu arah. Insting mereka mengatakan kalau sesuatu yang mengerikan akan terjadi!

Fenomena luar biasa dari langit keunguan yang dipenuhi catatan kuno, segera berubah menjadi pemandangan suram.

«Astèrestial Arrive!!!» [3].

Karin, mengakhiri rapalan mantranya dengan suara setengah berteriak.

Segera setelah itu, cahaya yang tidak terhitung jumlahnya ditembakkan dari langit mengarah pada Magic Circle yang berada di tempat paling atas. Cahayanya menembus ke Magic Circle ketujuh, dan seterusnya.

Satu menit, dua menit, sampai beberapa menit kemudian, langit keunguan berhenti menembakkan cahaya.

Kedelapan Magic Circle pun perlahan berhenti berputar hingga akhirnya menjadi benar-benar tenang.

Di tengah-tengah ruang khusus, delapan lingkaran sihir berdiri tegak bagaikan menara legendaris. Cahaya keemasan yang dipancarkan terlihat agung, sedangkan aura ungu kegelapan membuat siapapun yang melihatnya merasakan perasaan yang mengancam jiwa.

Banyak pasang mata yang bersembunyi dalam kegelapan bergetar ketakutan.

Mendadak—

Celah diantara ke delapan Magic Circle mulai runtuh dan mempersempit. —Pada akhirnya itu membentuk lingkaran sihir berlapis! Lingkaran sihir raksasa berlapis!

Kemudian...

KABOOOOOOOMMMMMM!!!!

Dari Magic Circle berlapis, seperti gerbang neraka yang bocor, api dalam jumlah yang sangat-sangat besar menyembur dengan ganasnya yang membuatnya terlihat seperti pilar, api membumbung tinggi dan menyebar menutupi langit.

Untuk kedua kalinya langit berganti warna, dari hitam ke ungu keemasan lalu berganti lagi menjadi merah membara.

Gelombang panas yang dihantarkan sangat terasa.

Daun-daunan menguning dengan cepat.

Oksigen mulai terbakar, hawa panas semakin meningkat.

Untuk manusia biasa, andaikan mereka ada disini, pastilah akan kesulitan untuk bernafas.

Lalu tiba-tiba—

KABOOOOOOOMMMMMM!!!!

—ledakan lain yang tidak kalah dahsyat pun terdengar.

Dari tempat Karin dan Raynare, ledakan kedua itu berasal dari arah barat daya.

Sekali lagi, ledakan energi magis berwarna ungu kehitaman meroket, melesat dengan kecepatan luar biasa menembak ke langit.

Pilar raksasa kedua muncul, kali ini warnanya sedikit suram dari yang pertama. Namun, jika dilihat lagi, perasaan tidak menyenangkan itu tidak lebih lemah dari yang pertama.

‹Kalian dengar! Lindungi diri kalian! Tontonan terbaik akan segera dimulai!›

Dengan seruan suara wanita yang terdengar sangat bersemangat itu, sesuatu yang besar lainnya pun terjadi. —Bak badai pasir dahsyat yang mampu menyapu daratan, kabut atau asap gelap tiba-tiba muncul dari satu titik dan bergulung-gulung dengan cepat menyebar ke segala arah.

Entah apapun yang dilalui oleh kabut suram tersebut langsung berubah.

Daun-daunan yang menguning berguguran.

Abaikan rerumputan dan semak-semak yang langsung hangus tak bersisa, pohon-pohon langsung mengering dan membusuk, batu-batuan terkikis, air jernih di sungai dan danau berubah warna menjadi gelap dan kental yang menguarkan uap beracun mematikan!

Situasinya benar-benar mencekam.

Di atas, langit tertutupi api. Di bawah, kabut suram menyebar ke seluruh daratan.

"Sialan! Bekerja sendirian memang sulit tapi rasanya sungguh mantap! Hahahaha!"

Karin berkeringat, terlihat agak kewalahan. Ia dengan sibuk menggunakan dua jarinya dan menggerak-gerakkannya, menulis sesuatu di udara hampa.

Meski begitu, wanita berambut biru tersebut terlihat tertawa kesenangan!

Kabut ungu kegelapan menyebar ke arahnya.

Raynare panik. Tapi, begitu kabut kegelapan hendak menyentuh dirinya dan Karin, muncul skrip-skrip kuno, membentuk kubus, menghalangi laju kabut dan melindungi keduanya.

‹Begitukah caramu mengeluh? Jelek sekali.›

"Kamu pikir mengekang ruang dan menahan dua orang berkekuatan gila itu mudah, hah!?" Karin mengomel membalas komentar yang menurutnya tak berguna itu. "Terserah! Jangan lupakan kesepakatan kita. Kalian harus membayar tiga kali lipat! Ingat!?"

‹Hei! Sialan!›

‹Bajingan rakus! Sejak kapan naik jadi tiga kali lipat!"

‹Aku tidak peduli. Kerja yang bener. Kalau ada satu saja murid magangku yang terluka, aku takkan membayarnya.›

"Oh diamlah, berengsek! Kalian orang-orang pelit dan kapitalis memang suka ingkar janji bisa dan tidak menghargai orang lain."

Disela-sela percakap mereka, sesosok makhluk himanoid mulai tampak di tengah-tengah kobaran api.

‹Sepertinya ini akan dimulai.›

Kobaran api yang membakar langit perlahan murai padam, intensitas semburan berkurang banyak. Tapi, hawa panas luar biasa masih terasa.

Semburan api mulai surut.

Semakin surut, dan surut, hingga akhirnya lingkaran sihir benar-benar berhenti menyemburkan api, lalu kemudian menghilang.

Ratusan kaki di udara —sesosok makhluk api kemerah-merahan berbentuk humanoid melayang. Tinggi tubuh apinya mencapai tiga meter. Itu memiliki sepasang lengan tebal, mata besar berkobar dengan sudut tajam. Rambut panjangnya berdiri dan bergoyang dengan ganasnya. Dibalik punggungnya terdapat sebuah 'Halo' api berdiameter sekitar satu meter yang berputar-putar dengan ganasnya hingga menciptakan suara bising.

Tubuhnya yang sepenuhnya terbuat dari api dilapisi jubah berapi-api.

Ruang hampa di sekitarnya terdistorsi!

Tekanan yang dimilikinya benar-benar terlalu ganas! Hawa panas yang berasal darinya pun mampu dirasakan dari jarak bermil-mil.

Matanya yang tajam memandang ganas kearah pilar ungu di kejauhan, —seperti melihat musuh lama.

‹Karin. Beberapa murid magangku langsung dehidrasi. Kamu pikir apa yang kamu lakukan?›

Karin kesal mendengarnya, tetapi dia tidak berniat membalas. Fokusnya benar-benar tak bisa dialihkan. Dia harus serius mengerjakan tugasnya sekarang.

Raynare—? Dia bungkam dan tanpa disadari sudah mundur satu langkah, lagi, ketakutan merasakan tekanan serta hawa panas dari sosok humanoid api jauh di sana. Itu bukan sesuatu yang bisa dia tangani! Selain itu, ada apa dengan aura Naga menakutkan berasal dari pilar keunguan itu!?

‹Jadi, itu adalah Dewa Api —'Kagutsuchi'!?›

‹Aku tidak pernah menghadapi yang seperti itu, meski hanya 'Perwujudan' sementara, itu masihlah sekuat yang tercatat di dalam data.›

"Kalian pikir berapa banyak dari mereka yang mau berkeliaran diluar wilayahnya? Daripada itu, apa tidak ada satupun dari kalian yang mau membantu meringankan bebanku!?"

‹Itu masalahmu!›

‹Urus urusanmu sendiri.›

‹Kamu mau tidak dibayar?›

"Dasar kalian…!" Karin merenggut sebal. Tak satupun dari rekan-rekannya yang bisa diandalkan. Mereka kompak mengerjainya.

———Pilar keunguan menyusut tajam!

Sesuatu melesat dengan kecepatan tak manusiawi, saking cepatnya sampai-sampai meninggalkan jejak berekor berupa energi magis berwarna ungu, menuju sosok humanoid api.

Perwujudan sementara —'Kagustuchi', meraung keras!

Dia menanggapi kedatangannya.

Ruang hampa terdistorsi hebat! Tubuhnya melepaskan gelombang panas luar biasa! Dia merentangkan kedua tangannya ke depan.

Halo Api dibalik punggungnya berkobar gila!

Dari kedua tangannya, partikel-partikel aura berkumpul dan menyatu membentuk sebuah bola panas seukuran kepalan tangan.

Suara berdesing tajam!

Fwiiinnnggg!

'Kagutsuchi'—melepaskan sebuah tembakan lightbeam! Itu sangat cepat sesuai namanya! Lightbeam melesat dengan kecepatan cahaya.

Targetnya adalah sesuatu, atau sesosok siluet yang melapisi tubuhnya dengan aura ungu kegelapan yang menerjang ke arahnya.

Siluet itu berhasil mengimbangi kecepatan lightbeam 'Kagutsuchi' dan menghindarinya. Setelah berhasil menghindar, itu berhenti di tengah jalan. Menoleh ke belakang.

Lightbeam tetap melesat tak terhentikan! Itu mampu menembus gunung-gunung setinggi ribuan, dan terus melaju hingga ujung cakrawala!

KABOOOMMMM!!!

Siapa yang menyangka, apapun yang dilalu lightbeam terbakar hingga menyisakan debu. Gunung-gunung yang ditembus lightbeam meledak dan hancur berkeping-keping.

Hanya dalam sekali tembakan!

Seandainya itu jatuh ke sebuah kota, dampak kehancuran bisa terjadi lebih parah. Kota akan rusak. Kekacauan akan melanda. Korban tewas sudah pasti takkan terhitung.

Jika serangan itu tidak berada dalam lingkup ruang khusus yang mempunyai penghalang kuat serta mampu memperlebar luasnya, itu sudah dipastikan akan mencapai perkotaan diluar sana.

Siluet itu memutar kepalanya. —Dia seorang wanita muda dan cantik, meski seluruh tubuhnya dilapisi aura ungu kegelapan tetapi tetap tidak mampu menyembunyikan sosoknya yang cantik.

Tatapannya tajam. Mata beriris ungu dengan pupil keemasan berbentuk vertikal itu bersinar. Bulu-bulu matanya lentik. Kedua alisnya menukik tajam. Bibir mungil merah muda alami itu membentuk garis lurus.

Pita yang digunakannya untuk mengikat rambutnya hangus terbakar, anehnya rambut hitam panjangnya baik-baik saja, lalu tergerai bebas.

Kulit wajahnya putih bak porselen tampak sangat oriental.

Ia benar-benar kecantikan nomor satu, ketegasan yang terpancar dari wajahnya menambah nilai plus tersendiri.

Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta!

Ia bahkan tidak terlihat takut samasekali pada adegan mengerikan yang terjadi beberapa saat lalu—.

Satu wanita teramat cantik berlapiskan aura ungu kegelapan, dan sesosok humanoid api setinggi tiga meter berjubah api, 'Kagutsuchi', saling berhadap-hadapan.

Jarak diantara mereka terpaut puluhan meter.

Keduanya melepaskan aura mengerikan! Tak satupun dari mereka bergerak.

Masing-masing dari mereka tidak bertarung secara langsung, dan memilih mengetes aura mereka. Diam-diam saling mengobservasi.

Sosok humanoid api, 'Kagutsuchi', tersenyum lebar hingga menampakkan gigi-giginya dari ujung ke ujung. Saat 'Kagutsuchi' membuka mulutnya bahkan pemandangan di dalamnya dipenuhi dengan api.

'Kagutsuchi' mengangkat tangan kanannya ke depan. Partikel-partikel cahaya nan panas pun terkumpul sekejap mata, menciptakan sebuah bola panas.

Wanita cantik yang melihatnya pun langsung bersiaga.

Sebuah lightbeam sekali lagi ditembakkan. Kecepatannya benar-benar gila!

Wanita itu menghilang. —Lightbeam melesat begitu saja, tanpa mengenai targetnya untuk kedua kalinya.

Wanita cantik itu muncul tepat di sebelah kiri 'Kagutsuchi'.

BAAANNGG!!!

Ledakan keras pun terdengar sekali lagi, menggema dimana-mana!

Bersamaan dengan itu, sebuah kepalan yang mungil namun berlapiskan aura terkompresi tinggi menghantam wajah api 'Kagutsuchi'!

BAAANNGG!!!

Pukulan telak mengenai wajah 'Kagutsuchi'!

Ruang hampa bergetar hebat!

'Kagutsuchi' yang wajahnya terkena pukulan telak, terpental keras hingga ribuan meter, dia jatuh bagai rudal.

Daratan meledak dan terbakar. Sebuah kawah raksasa tercipta secara instan.

#—#—#

Karin, menonton pertempuran dua entitas superior di kejauhan dari tempat tinggi ditemani Raynare, yang sejak pertarungan dimulai hanya dapat melihat dalam diam.

Ini baru beberapa saat dimulai, tetapi sudah sangat kacau.

Hutan-hutan kering dan layu disekitar kawah raksasa berdiamater hampir seribu meter itu terbakar, api pun mulai merambat kemana-mana, kabut ungu kegelapan pun hampir menutupi delapan puluh persen ruang khusus buatannya.

Hal itu benar-benar merepotkan baginya. Dia menjadi satu-satunya yang paling bekerja keras saat ini. —Cukup sulit untuk menahan dua entitas superior dalam satu ruangan agar tidak jadi 'kebocoran' keluar.

"Bisakah Tama-sama mengalahkan 'Kagutsuchi' dengan cepat?" ia bertanya-tanya berharap ada yang mau menjawab.

Dia sejak awal sudah mengaktifkan teknik 'Astèrestial' dua jam lebih lamanya, sendirian. Yah, mau bagaimana lagi, karena hanya dirinya yang bisa melakukan itu. Itu agak melelahkan.

‹Akan kulakukan!›

"Eh? Tama-sama?"

Belasan lightbeam meluncur lurus, meliuk-liuk, dan meledak beruntun dengan keras. Sekali lagi langit ditutupi adegan terbakar api.

#—#—#

Di udara, dia melayang dengan bebas, tetapi tingkat kewaspadaannya meningkat. Wanita cantik itu melihat-lihat sekitar, iris ungunya bergerak-gerak dengan cepat. Ia mencari jejak 'Kagutsuchi' yang menghilang setelah jatuh dan kemudian menembakkan belasan lightbeam.

——Tama, hampir saja disergap seandainya dia terburu-buru tadi. Dia masih sedikit mengantuk.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Yang jadi lawannya adalah 'Dewa Api' yang terkenal pada era 'Dragons and Gods', meski Dewa Api yang dimaksud hanyalah perwujudan sementara serta tidak memiliki sejarah yang terlalu panjang, namun dikatakan kalau 'Kagutsuchi' sangatlah kuat bahkan sejak 'kelahiran'-nya.

Kawah raksasa itu seperti tungku dengan api ganas yang berkobar-kobar dengan gila.

Di dasar kawah raksasa, Tama tidak merasakan keberadaan 'Kagutsuchi' sementara api ganas mulai merambat ke hutan. Hampir keseluruhan hutan, pegunungan dan sungai-sungai serta danau sudah dia selimuti dengan kabut kegelapan. Kabut kegelapan berfungsi sebagai penghalang, kekuatan offensive, dan juga untuk mendeteksi keberadaan apapun. Akan tetapi, Tama tidak merasakan keberadaan 'Kagutsuchi' di dalam kabut kegelapan juga.

Di data yang mereka miliki, 'Kagutsuchi' sangat kuat. Meski demikian, karena saat ini hanya perwujudan sementara dari keberadaan aslinya, 'Kagutsuchi' memiliki insting bertarung yang tinggi, dan sebagian kesadaran tersisa karena rasa dendam.

'Itu mudah.' Tama melihat permukaan kabut kegelapan terkena sinar yang sangat terang. Namun tampaknya cahaya tak mampu menembus ke dalam kabut kegelapan. Dia juga merasakan panas yang luar biasa di balik punggungnya.

Tama mengalihkan atensinya ke belakang, lalu memutar tubuhnya.

'Kagutsuchi' melayang di langit, mengangkat kedua tangannya ke atas. Terdapat sebuah bola api raksasa di atasnya. Itu sangat padat, besar ukurannya mencapai diameter ratusan meter.

Itu keterlaluan!

'Kagutsuchi' terlihat seperti sedang mengangkat matahari berukuran mini dengan kedua tangannya.

Walaupun cahaya yang dihasilkan oleh bola api raksasa itu sangat terang, Tama masih bisa melihatnya; senyum kejam 'Kagutsuchi', dan geraman jahatnya pun terdengar.

Bola api raksasa itu dilemparkan.

Kalau itu sampai mendarat dampaknya akan sangat merusak. Jika itu jatuh ke sebuah kota, seluruh kota dipastikan hangus terbakar dan musnah menjadi debu.

Tama terdiam, berpikir dengan tenang.

Jika dia menerobos, dipastikan tubuhnya akan dipenuhi luka bakar. Bola api itu bukan sembarang api. Itu Api Dewa dari Dewa Api, yang dilihat saja mampu melukai bahkan membunuh makhluk sekelas Dewa.

Tama tidak akan melakukan itu, menerobos bukanlah gayanya.

Bisa saja Tama menghindar. Tapi...

Lalu bagaimana kalau dia menahannya, atau melawan balik dengan melakukan gerakan yang sama kuatnya? —Bukankah itu akan berakhir menjadi kehancuran total? Nah, dia juga tidak akan melakukan itu karena dia bukan orang yang akan berkeras kepala pada saat-saat yang diperlukan.

‹Tama-sama. Percayakan saja kepadaku!›

Tama mengangkat alisnya, sedikit heran, tapi tak berselang lama kemudian dia tersenyum tipis.

"Terimakasih, Karin."

Dengan demikian, Tama memandang bola api yang tinggal puluhan meter jaraknya.

Ia memejamkan mata. Ketika ia membuka mata, dalam sekejap ekspresi wajahnya berubah. Tatapan matanya menjadi ganas dan liar, senyumnya melebar dari sudut ke sudut menampakkan gigi-giginya yang putih.

Rasa kantuknya menghilang.

Auranya meningkat tajam. Itu berbau kekejaman dan kejahatan.

Tama melesat, meluncur bagai roket menuju bola api raksasa itu seolah hendak melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Ia terlihat seperti akan menabrakkan dirinya sendiri pada bola api raksasa itu. Namun yang terjadi berikutnya adalah…. siluetnya menghilang.

Bola api mulai mendekati daratan, seketika pepohonan dalam radius ribuan meter mulai terbakar, kemudian hangus akibat tak sanggup menahan teriknya bola api raksasa itu. —Kabut kegelapan tersebar bagai ombak laut, tersebar kemana-mana.

Dalam hitungan detik, adegan mengerikan terjadi.

——————!!

Suara dentuman keras memekakkan telinga, saking kerasnya suara ledakan sampai-sampai telinga tak mampu menanggungnya, dan akhirnya hanya suara keheningan mutlak yang dapat diterima.

Kepala terasa berdenging menyakitkan!

Pohon-pohon musnah menjadi debu, air di sungai-sungai dan danau langsung menguap seketika.

Bersamaan dengan gelombang ledakan pertama mencungkil tanah dan bebatuan, serta pohon-pohon tercabut dari akarnya dan terbang sebelum kemudian gelombang ledakan kedua pun datang, memusnahkan semuanya sampai tak tersisa.

Cahaya menyilaukan menutupi kemampuan pandang, daratan dalam radius ratusan mil jauhnya tenggelam dalam lautan cahaya yang terasa panas menyengat dan destruktif!

Ledakan berkekuatan megaton itu benar-benar mencekam, tanah pijakan bergetar tak karuan, gelombang demi gelombang kejut pun tak henti-hentinya datang silih berganti.

Adegan itu berlangsung selama bermenit-menit.

BANG!! BANG!! BANNGG!!

Selama itu pula ledakan-ledakan lain terjadi di berbagai titik. —Langit pun terdengar riuh!

Bahkan bagi makhluk supernatural yang memiliki indra pengelihatan jauh lebih peka dari manusia pun, cahaya tadi cukup untuk membuat mereka kelimpungan.

Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kemampuan netra masih tak dapat digunakan dengan baik, bisa dibilang, untuk sementara waktu terjadi kebutaan akibat cahaya ledakan yang teramat menyilaukan sebelumnya.

Cahaya meredup, daratan tertutup debu dan asap tebal.

Ketika asap tebal serta debu yang menghalangi pandangan mulai bertebaran, terlihat daratan luas jatuh dalam pemusnahan total.

Tak ada lagi pegunungan, atau bukit, apalagi pohon-pohon. —Tanah kemerahan, gersang, bahkan menguarkan asap panas. Jika dilihat dari atas, akan tampak seperti sebuah lubang raksasa muncul di bumi, dengan kedalaman mencapai ratusan meter.

Itu terlalu mengerikan untuk manusia biasa saksikan!

Sebuah pemandangan memukau lainnya pun terlihat jelas saat ini.

—Awan jamur besar nan pekat membentang lebar hampir menutupi di seluruh langit disertai sambaran petir menggelegar menyambar kemana-mana.

Sekelebat lightbeam muncul dari kedalaman awan pekat, menembus keluar, kemudian berputar 360 derajat. —Untuk beberapa saat awan jamur tampak terpotong, namun sesaat kemudian itu bergumul kembali.

Begitupun banyak balok-balok energi suram menembus keluar, ada yang menguap di temgah jalan, ada yang menghilang ke ujung cakrawala, ada pula yang jatuh ke tanah dan membuat daratan hancur berantakan.

Suara-suara ledakan menggelegar terjadi di dalam awan jamur raksasa. Lightbeam, balok-balok energi ungu kegelapan, bola-bola api, sudah tak terhitung jumlahnya keluar dari dalam awan jamur.

GRRAAGRRAAAAAAAAA!!!!!!

—Bahkan mulai terdengar suara-suara raungan monstrous dari dalam kabut.

Mereka[4] bertanya-tanya; apa sebenarnya yang sedang terjadi di dalam awan jamur sana!?

Seketika, sebuah jawabn kecil pun datang—.

Siluet kolosal menonjol keluar. —Itu tampak bergerak cepat dan bergulung-gulung. Kilau ungu kehitaman memukau, yang terdiri dari susuna plakoid, terlihat bagai segerombolan berlian kasar yang berkilauan, dan duri-duri tajam.

BAAANNGG!!!!

Sebuah ledakan keras lainnya pun terdengar.

Sebuah lubang menganga besar muncul pada bagian bawah awan jamur.

Petir masih menyambar tak henti-hentinya.

Lalu, sesuatu, atau sesosok yang tidak dapat dikenali muncul—keluar dari dalam awan jamur. Sekujur tubuhnya tampak menghitam, tubuhnya besar tidak seperti manusia, dengan asap hitam menguar dari tubuhnya.

Saat itu jatuh, kepulan asap 'condensation trail' hitam mengikuti jejaknya.

Tak berselang lama, sesuatu yang besar pun muncul dari dalam awan jamur.

Mulutnya menganga lebar, di dalam mulutnya penuh sesuatu yang tajam meneteskan cairan mengerikan. Kepalanya besar, dengan dua pasang tanduk di atasnya dan sepasang tanduk di depan telinganya.

Itu meraung keras!

Dengan mulut penuh gigi bergerigi dan taring tajam, itu melesat ke depan kemudian menerkam sosok yang tampak menghitam—.

Itu adalah Naga! Naga bersisik ungu kelam kehitaman! Bagian atasnya dipenuhi bulu-bulu hitam pekat. Apa yang menjulur keluar hanya sebagian dari lehernya yang panjang dipenuhi duri tajam. Meskipun begitu, panjang leher yang tampak saja mencapai puluhan meter.

Dari sepasang mata besar beriris ungunya terdapat air mata darah hitam yang mengalir.

Sosok menghitam pun digigit dengan ganas!

Sekali lagi, dari awan jamur muncul satu lagi kepala Naga. Tidak. Bukan hanya satu, tetapi satu persatu muncul kepala Naga berleher panjang bermunculan!

Sejumlah tujuh kepala Naga berleher panjang dengan air mata darah di matanya muncul! Kesemuanya membuka lebar-lebar mulut berisi gigi bergerigi. Menempatkan sosok menghitam tersebut di depan mulut ganas mereka.

Hingga akhirnya, kepala Naga yang terakhir muncul. Apa yang tak disangka-sangka ialah, seseorang terlihat berdiri di atas kepala Naga kedelapan tersebut.

Itu seorang perempuan, pakaiannya terlihat compang-camping, bekas terbakar dan robekan dimana-mana. Ada sepasang tanduk mungil dan bercabang tumbuh di kepalanya. Rambut hitamnya tergerai panjang, seolah-olah terlihat menyatu dengan bulu-bulu hitam di punggung Naga tersebut.

Mata beriris ungu, pupil emas vertikal, warna skleranya hitam. —Air mata darah mengalir melewati pipinya.

Kepala Naga ke delapan merendah kemudian berhenti tepat di hadapan sosok menghitam yang tersangkut diantara celah-celah gigi kepala Naga lainnya.

Sosok menghitam, dikerumuni delapan kepala Naga dengan masih-masing air mata darah mengalir dari mata mereka, dan salah satunya terdapat seorang perempuan berdiri di atas kepalanya.

Wanita itu mengangkat tangan kirinya ke depan. Mulut dari Naga yang menggigit sosok menghitam terbuka lebah, dan dengan sekali ayunan, sosok menghitam itupun terlempar ke dalam mulutnya.

Suara-suara gelegak yang menjijikkan pun terdengar.

‹Finishing yang luar biasa, —Tama.›

Dia —Tama, bergumam tak jelas mendengar suara seorang laki-laki yang sangat-sangat dikenalnya itu.

Haaah, dia mulai mengantuk lagi. Lawannya kali ini benar-benar luar biasa sampai-sampai dirinya dipaksa menampilkan 'wujud lainnya' yang selalu ia sembunyikan.


Di bawah—.

Orang-orang menyaksikan adegan kekerasan yang terjadi di langit.

Mereka yang sebelumnya bersembunyi kini muncul di permukaan. Tak ada lagi pepohonan. Tak ada lagi pegunungan, apalagi perbukitan. Daratan yang mencapai ratusan mil benar-benar rusak parah. Sebuah kawah raksasa yang menganga terpampang di depan mereka.

Sementara itu, di langit, ada delapan kepala naga yang sang sangat besar dengan leher panjang puluhan meter. 'Mereka' meliuk-liuk gemulai. Di atas salah satu kepala naga itu, berdiri seseorang wanita cantik dengan sepasang tanduk tumbuh di kepalanya.

Setelah meliuk-liukan leher 'mereka' sebentar, kedelapan kepala naga itu bergulung-gulung dan berbalik lalu masuk ke dalam awan jamur yang mulai menyebar. Dan wanita itu melompat, rambut hitamnya yang panjang tergerai bebas, berdiri terbawa arus.

Orang-orang sudah berkumpul di bawah, mereka siap menyambut kedatangan wanita tersebut dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang kagum, ada yang tampak berbinar-binar, suka cita, segan, hormat, dan takut.

Mereka takut karena betapa mengerikan dampak pertarungan wanita itu melawan 'Kagutsuchi'. Mereka juga takut mengetahui kenyataan bahwa wanita berparas cantik itu sebenarnya adalah sesosok monster mengerikan dengan kekuatan luar biasa pun bisa-bisanya 'memakan' Dewa!

Salah satunya adalah Raynare.

Raynare akhirnya mengerti, dia harus mulai berhati-hati dari sekarang. Dia sudah sadar setelah menghubungkan semua pengetahuannya. —Mulai dari perilaku, Magic Circle, aura, dan fakta kalau wanita yang dia ketahui bernama "Tama" itu ternyata monster legendaris.

Naga legendaris.

Salah satu dari sekian [Evil-dragon] yang melegenda.

Naga dengan ciri-ciri memiliki delapan kepala——.

'Tama' akhirnya mendarat. Banyak pasangan mata menatapnya. Salah satunya ialah Karin, yang tertawa senang.

"Seperti yang diharapkan dari si Gila 'Ethereal Devouring[5]' Tama-sama!"

——[Venom Blood Dragon]! Yamata no Orochi!

.

.

.

—TBC—


[1]. Kenapa pakai 'Hinokagutsuchi'? Karena saya ingin membedakan antara Hinokagutsuchi dan Homusubi(?).

[2]. Delapan Pedang Totsuka — adalah jenis pedang-pedang 'suci' dari Shinto. Totsuka sendiri bukan ditujukan khusus untuk 'sebuah' nama pedang. Tiga diantara delapan pedang totsuka yang paling terkenal adalah;

——1. Ama no Ohabari: yang digunakan Izanagi sewaktu membunuh Hinokagutsuchi!

——2. Ama no Habakiri: yang digunakan Susano'o untuk memotong-motong Yamata no Orochi. #_Berbeda dengan Pedang Totsuka yang diserahkan kepada Amaterasu(?).

——3. Ama no Murakumo. Satu-satunya Pedang Totsuka yang bukan dari 'pembuatan' melainkan muncul dari salah satu potongan tubuh Yamata no Orochi.

[3]. Astèrestrial: dari gabungan kata "Astères" dan "Terrestrial/Terestrial". Astères diambil dari dan dalam bahasa Yunani yang artinya "Star-Taker".

[4]. Mereka: yang saya maksud adalah, seperti 'mereka' yang dimention Karin dan yang dikatakan salah satu suara berbunyi 'murid-murid magangku' dan kalian para readers yang nggak saya kasih tahu scene fight Tama vs Kagutsuchi di dalam kepulan awan jamur, wkwkwkwk!!! Saya paling kelimpungan, rasanya syulit buat nulis adegan fight!!!

[5]. [Ethereal Devouring Mad Dragon: Julukan lain Yamata no Orochi!

.

.

P.S: Maap baru update karena banyak hal yang terjadi dan kesibukan. Apalagi seminggu terakhir ini bener-bener chaos! Segala Kakak kena gigit ular lah. Ujug-ujug sepupu ngajakin ngelamar calon istrinya di provinsi sebelah lah. Dan berbagai pekerjaan serta kesibukan pribadi saya yang ga penting-penting amat sebenarnya. Sekian!

Satu lagi. Untuk beberapa typo yang tidak sempat saya koreksi dan mengganggu kenyamanan readers, harap disampaikan keluhannya.

See yaa soon~!