HONOR
1
"the world is in your hands"
Pagi yang cerah, udara segar dan kicauan burung yang indah. Semua kegiatan rutin selalu dilakukan oleh mereka para manusia, manusia dewasa melakukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan remaja serta anak-anak melakukan kewajiban mereka menuntut ilmu. Salah satunya remaja yang sedang berjalan bersama dua wanita di sampingnya, dua wanita saling adu argumen dengan laki-laki bermuka masam karena kelakuan mereka. Rutinitas yang hampir setiap hari ia jalani penuh dengan keirian bagi para jones dan hawa berbunga dari para suami istri.
"Akeno, bisakah kau lepaskan dada besarmu yang terlalu menempel pada Issei?"
"Ara~ara, bagaimana dengan dirimu yang menghimpit lengan Issei di antara gunung Everest mu itu, bochou?"
"Bisakah kalian melepaskanku?"
"TIDAK" ucap mereka kompak dengan semakin mempererat pelukan mereka pada lengan pemuda itu.
"Hahh... lakukan sesuka kalian." ucap pemuda itu dengan wajah masamnya karena memikirkan nilai yang semakin menurun, memikirkan soal nilai dia juga memikirkan bagaimana dia bisa masuk ke lantai 3 di dalam tower. Tower, sebuah bangunan misterius yang telah muncul di seluruh negara 50 tahun yang lalu, sebuah tower yang menghilangkan ketenangan saat kemunculan pertamanya dan membuat dunia gempar akan kehadirannya. Saat semua kebingungan, muncul di setiap manusia sebuah buku bertema HONOR, menjelaskan apa itu tower dan apa yang bisa di dapatkan di dalamnya. Di saat semua manusia membaca buku tersebut, di saat itu pula mereka mendapatkan kekuatan entah dari mana.
Berbagai ilmuan terus mencoba mengungkap misteri dari buku honor dan tower, namun tujuan dan maksud dari kemunculannya tidak pernah terjawab hingga saat ini, mereka sepakat dalam kebingungan untuk menamai tower itu sebagai The Honor. Meneliti setiap sudut tower dan menemukan pintu yang mereka namai portal untuk memasukinya, menjelajahi dan di dalamnya memiliki tingkatan.
Hero, julukan bagi manusia yang menaiki tower. Menjelajahi dalam tower, mereka menemukan berbagai benda dan makhluk hidup yang tak pernah ada dalam sejarah dunia... Artefak dan... Monster. Generasi pertama yang pernah memanjat tower hanya mampu mencapai lantai 59 dari tinggi tower yang tak melebihi burj Khalifa, mengidentifikasi dan hasil dari semua yang manusia kumpulkan adalah data dari setiap artefak dan monster yang sudah di ketahui keberadaannya.
Pemuda yang bernama Issei hanya menatap bosan keluar jendela saat pembelajaran sedang berlangsung, tak sekalipun dirinya memperhatikan apa yang sedang gurunya jelaskan dengan muka kesal karena menatap satu satunya pemuda berambut coklat yang tak menyimak ajarannya. Issei terlalut dalam pikirannya yang hanya berdiam di rank elite, Rank ... sebuah status yang menandakan tinggi rendahnya seorang hero bagi manusia, di mulai dari Warrior, elite, Granmaster, mythic, dan rank tertinggi yang hanya bisa di tembus oleh 3 manusia yang pernah terdata... Conqueror.
Jam sekolah berakhir, dengan para siswa-siswi berjalan menuju rumahnya masing-masing. Issei berjalan bersama dua wanita yang selalu menempel padanya hingga mereka berpisah di persimpangan jalan, melambaikan tangan dia terus berjalan hingga berakhir di kedai ramen yang sangat terkenal di seluruh jepang.
Dia menatap sebentar kedai itu lalu masuk kedalamnya dan melihat seorang pria sedang bersih bersih menandakan tokonya sudah mau tutup.
"Oh Issei, bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya pemilik toko sembari membawa tumpukan mangkuk kotor kedalam troli yang penuh akan tumpukan mangkuk kotor lainnya.
"Aman seperti biasa paman, walau setiap hari mereka selalu saja menempel pada diriku" gerutunya sembari duduk di kursi yang dekat dengan lobby.
"Ahahaha, ayahmu pasti bangga jika mendengar hal itu"
"Hahh... jangan yang aneh-aneh paman, satu ramen ya paman?"
Memberikan jempol kemudian pria itu masuk kedalam membuat pesanan Issei yang sekarang sedang menatap keluar tertuju pada tower yang menjulang tinggi, hingga tak sadar pesanannya sudah ada tepat di meja dengan aroma yang mengunggah rasa lapar. Dengan lahap dia memakan ramen tak memperhatikan pria yang memasak makanannya tersenyum tulus kearahnya.
"Apa rank mu sekarang Issei?" pria itu bertanya dengan kopi yang dia minum perlahan menghilangkan rasa lelah karena bekerja.
"Elite... entah aku akan bisa menaikan rank ku ke granmaster dengan cepat atau tidak, padahal banyak teman temanku sudah berada di granmaster bahkan minggu depan ada yang akan kembali mengetes dirinya untuk menuju mythic."
"Hmm... semangatlah, percaya bahwa usaha tidak akan menghianati hasil Issei. Aku tau dirimu menaiki tower bukan untuk status tapi untuk mencari uang agar kau tidak perlu merepotkan lagi ayahmu, namun... memiliki sebuah ambisi untuk menjadi yang teratas bukanlah hal yang tidak mungkin bagi dirimu."
mendengar ucapan dari pria didepannya entah kenapa selalu membuat Issei bersemangat entah apapun itu, itulah kenapa dirinya selalu datang berkunjung kesini untuk mendengarkan pelajaran hidup dari pria yang sudah hidup lebih lama darinya.
"Untuk sekarang kau tak perlu membayar, itu bonus dariku karena kau sudah menjadi pelanggan setia."
"Terimakasih paman, sampai jumpa." dengan senyuman lebar Issei keluar dari toko pria itu berjalan semangat untuk menjadi orang yang berguna bagi nusa dan mangsa.
Pria pemilik toko ramen menatap kepergian Issei dengan senyuman tulus yang perlahan menjadi datar, dirinya bangkit dari duduk lalu menuju pintu dengan tatapan tajam mengarah pada tower yang selalu di selimuti aura tak menyenangkan.
"Sepertinya kau menyukai pemuda yang penuh akan ambisi itu... Naruto" suara lembut berbisik di telinganya, sosok yang tak terlihat jelas karena diselimuti bayang bayang berada tepat di belakang pria yang bernama Naruto sembari memeluknya dari belakang.
"Dia memiliki sesuatu yang tak dimiliki manusia di dunia ini, bisa di bilang manusia yang hidup di permukaan."
"Kenapa dirimu tidak membantunya?"
"Tidak untuk hari ini Hime, namun saat dia dalam kesulitan... dia tau harus kemana dia berjalan." ucap Naruto dengan memegang tangan yang memeluknya dari belakang walau tak lepas pandangannya dari tower.
"Hihi... itulah yang aku suka darimu, selalu membantu orang yang dalam kesulitan di balik bayang. dirimu memang tidak berubah Naruto... atau bisa ku sebut... master dari lantai 70, tiga dari dewa yang di pilih olehnya.. Dewa Shinobi."
.
.
DUAKKK
Pukulan dari orc tepat mengenai muka Issei hingga membuatnya terbang menghantam tembok, erangan sakit dia keluhkan sembari berusaha bangkit dengan pedang sebagai penopang. Menatap tajam orc di depannya yang siap meninju dirinya namun kepala dari orc itu terputus oleh serangan dari kawan petualangnya. Helaan nafas keluar dari mulut Rias yang telah membunuh orc yang hampir membunuh Issei, walau terlihat angkuh namun Rias sungguh khawatir akan keadaan Issei, luka di sekujur tubuhnya, darah yang mengalir deras dari kepalanya yang sekarang sedang di rawat oleh Akeno, dan tatapan penuh kekecewaan dari sorot mata Issei yang begitu menyedihkan. Dirinya tau Issei sangat begitu ambisi untuk menaikan ranknya agar penghasilan yang dia dapat bisa membantu ayahnya dalam membiayai hidup.
"Lebih baik?" ungkapan singkat Akeno di jawab oleh anggukan Issei yang membuat kedua wanita itu bernafas lega.
"Sungguh Issei, jika kau memerlukan uang aku maupun Rias bisa membantu akan hal itu", bukan satu dua kali Akeno maupun Rias menawarkan hal ini, sudah beberapa kali mereka menawarkan kebutuhan finansial kepadanya agar dia tak perlu terluka parah seperti ini. Sudah bukan rahasia lagi di antara kalangan siswa/i jika Issei adalah satu di antara semua murid yang tak memiliki bakat dalam sihir maupun berpedang, dia adalah orang benar benar hanya mengandalkan fisik dalam bertarung.
"Aku... sangat berterima kasih atas kebaikan kalian... namun aku hanya ingin mendapatkan uang dari hasil kerja kerasku, bukan hasil dari kerja keras orang lain"
"Cih, sungguh..." berdecak kesal dan membalikan badan pergi meninggalkan Issei, Rias terus berjalan menjauh mencari dari tubuh para mayat orc apa yang bisa di jual. Senyum kecil terpancar di mukanya, itulah apa yang dia suka dari Issei... orang yang penuh akan perjuangan dan pertanggungjawaban.
"Rias" panggilan dari Akeno membuat dirinya teralihkan menatapnya yang berjalan kearah dirinya, melihat kebelakang Akeno... Issei terbaring mengistirahatkan tubuhnya.
"Bagaimana?"
"Luka dari serangan para orc sudah berlangsung membaik, pendarahan yang dia alami sudah berhenti sepenuhnya dan sekarang dia sedang di pulihkan oleh sihir pemulihan yang aku beli dari shop."
"syukurlah" Rias bernafas lega setelah Akeno menjelaskan keadaan Issei, namun dirinya gelisah saat Akeno menunjukkan wajah penuh kecemasan.
Akeno membisikan sesuatu kepadanya yang membuat melebarkan matanya penuh ketidakpercayaan, sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, sesuatu yang dia selalu takutkan apa yang akan terjadi pada Issei jika dia terus memaksakan tubuhnya. Rias menghampiri Issei lalu mengelus pipi kasar penuh luka, air matanya tak kuasa menahan tangis dengan keadaan pujaan hatinya ini... dan dia hanya berharap Issei dapat menerimanya saat dirinya sadar.
Portal terbuka, Akeno dan Rias membopong Issei keluar dari tower tanpa menyadari kehadiran sosok dalam bayang yang telah mengamati pertarungan mereka sebelumnya. sosok itu berjalan di antara para mayat orc, lalu menyerap mereka sekaligus tanpa meninggalkan jejak dari pertarungan.
"Hoo... jadi dia manusia yang menarik minat daripada tiga dewa yang terpilih hm..." ucapnya dengan menatap datar portal yang perlahan tertutup rapat.
"Anata, without form mengadakan pertemuan." satu lagi sosok di balik bayang perlahan keluar memperlihatkan bentuk kecantikan dari seorang wanita, walau tak keseluruhan terlihat namun rambut ungunya menjadi khas dari penampilannya.
"Tak biasanya aku terlibat dalam pertemuan, bukankah aku hanya pelengkap dalam tower?" ucapnya dengan menatap para orc yang telah respawn berjalan melewati dirinya dan berkeliaran memburu hewan yang ada di lantai ini untuk makan.
"lima raja pun terlibat dalam pertemuan ini, dan dari lima raja... dirimu akan paling berpengaruh dalam hal ini anata, atau bisa saya sebut... One Eyed King"
.
.
Tempat yang tak pernah ada di dunia, ruangan cerah namun gelap bak istana... di tengah terdapat meja bundar yang melingkar dengan beberapa kursi kosong dan terisi. Hawa yang memancarkan permusuhan dan persahabatan saling bertolak belakang di tempat ini. Lima kursi telah terisi menyisakan empat yang masih kosong, lima kursi telah di tempati oleh lima raja, mereka saling menatap dalam bayangan kegelapan... memberikan dominasi dari siapa yang paling kuat diantaranya.
"Jadi... ada yang tau apa isi dalam pertemuan ini?" ucap one eyed king, Kaneki dengan julukan lainnya sebagai raja daripara ghoul... manusia yang memiliki genetik kanibal yang selalu memakan manusia selain dari ras mereka sendiri.
Heningnya suasana mempertandakan bahwa mereka juga tidak ada yang tau kenapa mereka di kumpulkan disini. Keheningan mereka terhenti tak kala tiga portal terbuka dan membuat mereka berlima tertekan akan auranya, ketiga makhluk agung itu berjalan keluar dari portal dan duduk di kursi yang telah di sediakan untuk mereka.
"Hoo... rupanya floor kings hadir, akhirnya kalian di anggap hm hahaha."
BRAKKKK
"BAJINGAN... bukan hanya kau tiga dewa aku akan takut padamu, sekarangpun akan ku penggal kepala busukmu itu." mengacungkan kampak besarnya, tubuh besar berotot berwarna hijau itu berdiri dengan pancaran aura membunuh yang begitu pekat.
"Tenanglah Orc king, mau bagaimanapun kita dendam padanya, disini... kita perlu menghormatinya." ucap manusia dengan style abad pertengahan, sang pemimpin pasukan roma, Leonidas, King of Sparta.
"Tenanglah Orc king, dan untukmu berhentilah membuat permusuhan... Ainz-san." ucap salah satu dewa yang selalu membawa aura kehangatan, hal itu akhirnya meredakan amarah para raja yang entah kenapa bila berhadapan dengan dewa ini... entah seburuk apa mereka di masa lalu maupun dunia mereka, mereka selalu tenang dan segan terhadapnya.
Benar, mereka yang berada di sini bukanlah mahkluk asli dunia yang sekarang mereka huni. Mereka hanyalah mahkluk yang dipilih langsung oleh yang berkuasa atas takdir mereka... bisa di bilang dunia asli mereka tergantung akan hasil dari apa yang mereka lakukan.
"Jadi... untuk apa kau mengumpulkan kami?" dewa yang selalu memancarkan kecantikan namun mematikan berbicara entah pada siapa, membuat para raja bingung namun tak lama sebuah wujud hitam bertengger di kursi yang masih kosong, wujud hitam yang meniru sang burung legenda Phoenix. Semua raja yang baru pertama kali melihat sosok itu terkejut karena tidak merasakan sedikitpun kehadirannya, pikiran mereka sungguh bermain sekarang... mungkinkah dia sudah ada disini sebelum mereka sampai, atau bagaimana... tanda tanya besar masih tergambar jelas di raut wajah mereka.
"Salam untuk para dewa dan raja, segala hormat ku ucapkan untuk mereka yang telah berada di puncak kejayaan, kekuasaan, dan kekuatan." mata putih dari perwujudan Phoenix hitam itu tak lepas dari mereka yang berada di sini, menatap intens penuh kemisteriusan.
"Aku mengumpulkan kalian disini untuk memberitahukan bahwa hal besar akan segera di mulai setelah lantai 60 ditaklukan oleh mereka para manusia yang ada di bumi."
"Itu berarti setelah aku ditaklukkan, hal itu akan terungkap?" tangan kecil hijau dari pecinta emas mengepal erat, menahan segala emosi yang membludak di dirinya... dia tau di antara lima raja di sini, dia adalah yang terlemah. Namun apakah harus dengan cara yang tak terhormat seperti ini, memberitahu akan kehancuranku di depan mereka? kenapa?
"Benar Goblin king, namun hal itu bukan akan terjadi oleh para manusia yang sekarang telah memegang gelar conqueror, dirimu akan di kalahkan oleh manusia yang terpilih." sosok itu kembali berucap dengan wujud yang sekarang menjadi gagak, bertengger di bahu dewa yang memiliki rambut putih dengan mata yang menyeramkan namun indah.
"Bukankah mereka juga adalah manusia yang terpilih? bahkan mereka adalah tiga manusia yang langsung di pilih oleh tiga dewa ini?" raja berambut merah bermata merah akhirnya berbicara setelah diam cukup lama.
"Kau benar, namun bukan berarti merekalah yang terkuat. Banyak dari manusia yang masih pantas berada d puncak kejayaan, namun kebanyakan dari mereka tak mengerti arti dari perjuangan." wujud itu kembali berucap dengan wujud yang sekarang menjadi kucing hitam sedang di elus oleh dewa yang memiliki paras cantik dengan rambut biru Sepinggang.
"Aku mengatakan hal ini bukanlah bualan semata, sifat manusia itu beragam... keserakahan, iri dengki, dendam, ramah, jahat, solidaritas, rasisme, naif, munafik, polos, bermuka dua, dan bahkan iblis seburuk buruknya iblis di masing-masing dunia kalian kalah buruknya dengan sifat iblis yang di miliki manusia" ucapnya kembali membuat para raja terdiam, mungkin di antara mereka ada yang hidup lebih dari puluhan ribu bahkan jutaan tahun... namun tak terpikirkan di dalam diri mereka bahwa manusia bisa lebih daripada itu.
"Maka dari itu, walau tiga manusia terpilih langsung oleh tiga dewa, mereka hanyalah pilihan pribadi... karena sosok yang akan benar benar di pilih oleh kalian semua akan bangkit tidak lama lagi. Walau sekarang kalian menentang keras dan tidak akan menyetujui ucapanku ini, saat hal itu tiba... kalian akan tau... apa arti dari sebuah kehormatan dari manusia yang di pilih langsung oleh dia sang *"
sontak para raja bahkan dewa yang berada di sana menutup kuping mereka yang berdengung keras, sakit kepala yang hebat bahkan darah keluar dari mulut dan hidung mereka saat mendengar ucapan akhir dari mahluk yang sekarang duduk dengan wujud tak berupa.
.
Pertemuan berakhir dengan mahkluk yang selalu berubah ubah bentuk tadi pergi, mereka masih duduk termenung setelah apa yang di obrolkan, ada yang diam duduk santai, merokok dan bermain dengan rambutnya.
"Jika boleh aku bertanya, apakah para dewa tau siapa sebenarnya beliau tadi?"
Tiga dewa menatap satu sama lain, dan akhirnya dewa dengan perwujudan tengkorak membuka suaranya menjawab pertanyaan dari sang raja sparta
"Jika kalian bertanya soal ras apa dia, lebih baik hilangkan pikiran itu. Dia adalah mahkluk yang tak pernah memiliki keberadaan, dia adalah entitas yang tidak terikat dengan dunia ini, dunia kami para dewa... maupun dunia kalian para raja."
Terkejut? tentu... untuk pertama kalinya, dalam hidup mereka... mereka dapat melihat langsung sosok yang tak pernah ada maupun tercatat sejarahnya.
"Saat aku bertarung dengannya untuk menolak perjanjian yang dia bawa, dia sudah menghilangkan setengah keberadaanku hanya dengan ucapannya."
Dewa dengan paras cantik itu mengatakan hal yang kembali membuat para raja terkejut bukan main, ucapannya saja bisa membunuh mahluk tingkat dewa... lalu bagaimana jika dia menggerakkan tubuhnya? walau hanya satu jari saja?
"Kalian tau? kita sekarang sedang duduk santai disini dengan ruangan yang begitu megah nan nyaman? semua ini adalah keberadaan dia. Bisa ku bilang, semua bangunan mewah ini masihlah wujud daripada dirinya."
Mengigil, merinding, dan syok... sungguh...sungguh... jika harus memohon, mereka sungguh tak ingin mencari ataupun terlibat dengan semua ini, walau mereka tau mereka sudah menari dalam telapak tangannya. Pikiran kata yang terucap dalam hati mereka hanyalah satu.
'inikah dia? sang Without Form?'.
Hallo, bagaimana dengan cerita pertamaku? apakah kalian para readers menyukainya? jika iya terima kasih dan jika tidak tolong komen dimananya serta kasih aku saran oke?
Untuk kelanjutan cerita aku tidak bisa berjanji untuk cepat, namun jika perlahan sudah pasti ku lanjutkan ehehe.
see you next time.
