Chapter 15
Hermione meninggalkan rumah sakit setelah memastikan Draco makan malam dan meminum ramuannya. Ia segera kembali ke ruang rekreasi karena belum mengerjakan tugas hari ini. Ia tidak suka menumpuk pekerjaan rumah karena tidak ingin keteteran.
Suasana ruang rekreasi membaik dan seakan mereka tidak peduli dengan insiden antara Ginny dan Draco. Beberapa murid mengajaknya bercengkerama tapi ia menolaknya dengan sopan. Setidaknya, kali ini ia tidak berbohong.
Hampir tengah malam Hermione selesai mengerjakan tugasnya. Merasa suntuk, ia keluar dari kamar dan duduk di depan perapian setelah mengganti pakaian tidur.
Ia sendirian di sana selama hampir setengah jam saat Ginny masuk ke dalam ruang rekreasi. Dia masih mengenakan seragamnya hanya tanpa dasi dan jubah. Dia tampak lelah dan sangat berantakan. Wajah cerianya tidak terlihat sama sekali meskipun dia melihat Hermione.
"Kau terlihat lelah," kata Hermione simpati.
"Memang," kata Ginny singkat. Dia tidak berkata apa-apa lagi lalu meninggalkan Hermione sendiri.
Tidak jadi soal, pikir Hermione. Jika dia memang ingin bercerita padanya, dia akan melakukannya dan Hermione akan mendengarkannya.
Tidak ada waktu 10 menit dan Hermione kembali melihat Ginny, kini turun dari kamar dengan wajah penuh amarah; masih mengenakan pakaian yang sama. Di undakan tangga terakhir, dia bersedekap dan bertanya pada Hermione dengan nada yang sama sekali tidak ramah.
"Apa hubunganmu dengan Malfoy sebenarnya?"
Hermione berdiri tapi tidak mendekati Ginny. "Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya." Hermione tahu ia telah berbohong pada Ginny. Draco memang mengatakan kalau dia menyukai Hermione. Mereka juga berciuman beberapa kali tapi tidak ada kejelasan akan hal itu. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
Tampang Ginny menyebalkan sekali. Baru kali ini dia menatap Hermione penuh dengan kebencian. "Aku merasa ada sesuatu antara kau dan Malfoy. Dia mengatakan padaku kalau bertemu denganmu jauh lebih penting daripada meladeniku. Kenapa? Kenapa kau bisa penting baginya?"
"Aku pikir seharusnya kau bertanya padanya, bukan padaku," jawab Hermione kesal. Sungguh tidak masuk akal menanyakan apa yang Draco Malfoy pikirkan padanya. Ia juga tidak tahu kenapa ia bisa menjadi penting bagi Draco.
"Jangan membalikkan pertanyaan!" Ginny membentak Hermione.
"Aku tidak membalikkan pertanyaan!" Hermione tidak terima jika harus dibentak seperti itu. Ia merasa tidak melakukan kesalahan pada Ginny. Dia tidak punya hak membentak Hermione. Ia tidak merasa melakukan kesalahan jadi buat apa ia takut aku menahan diri. "Aku tidak tahu kenapa Malfoy menganggap aku penting baginya.
"Kau lebih sering menghabiskan waktu dengannya daripada denganku atau yang lainnya."
"Aku. Detensi. Dengannya." Hermione menekan setiap kata, berharap kalau Ginny mengerti.
"Jika memang tidak ada hubungan apa-apa, kenapa dia mengikutimu ke hutan terlarang?"
Hermione gusar. "Oh yang benar saja. Kau benar-benar harus bertanya padanya karena aku tidak tahu alasannya!"
"Mungkin kau bisa menjawab yang ini," kata Ginny dingin. "Kenapa kau memberikan kesaksian untuknya?"
Kini Hermione kesal. Sepertinya Ginny sedang mencari-cari kesalahan Hermione. Dia sudah tahu alasannya. Satu hari sebelum persidangan, Hermione memberitahunya. "Kau sudah tahu alasannya, Ginny. Aku memberitahumu semuanya."
"Kau tidak punya alasan untuk membelanya. Dia tidak menyelamatkan hidupmu sama sekali. Apa kau melakukannya karena kau menyimpan perasaan padanya?"
"Omong kosong macam apa itu?!"
"Sikapmu berubah selama musim panas. Ron mengatakan padaku hubungan kalian berakhir."
Hermione melongo dan merasa bodoh padahal ia tahu yanh bodoh adalah gadis berambut merah di depannya. Ginny sedang tidak waras. "Itu karena dia yang memintanya. Hubunganku dan Ron berakhir karena Ron yang menginginkannya. Kau tahu semuanya, Ginny. Kenapa kau bertanya lagi? Jika kau memang marah padaku karena hubunganku dengan Ron berakhir, kenapa kau baru mempersalahkannya sekarang? Kau tidak seperti ini saat itu."
Ginny mengabaikan pertanyaan Hermione. Alih-alih dia malah memperburuk keadaan. "Kau yakin? Bukan karena kau sudah memiliki perasaan pada Malfoy?"
"Apa? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Hermione berang. "Kau berpikir aku mempunyai perasaan untuk Draco Malfoy? Kau tahu benar aku tidak pernah berinteraksi dengannya. Kau tahu benar kalau perasaanku pada Ron tulus dan tidak berubah sepanjang musim panas. Bagaimana mungkin kau berpikir aku mempunyai perasaan untuk Malfoy sejak saat itu? Itu tidak masuk akal."
"Ron memberitahuku hal lain. Dia memberitahuku alasan yang sebenarnya kenapa kalian tidak tidur bersama hari itu."
Hermione juga sudah memberitahu Ginny kenapa mereka gagal melakukan seks hari itu. Ron memang menyentuhnya tapi Hermione tidak merasakan apa-apa karena Ron terlalu terburu-buru dan gerakannya kasar dan juga karena Ron mencapai orgasme terlebih dahulu bahkan Hermione belum menyentuhnya sama sekali.
"Kau menyebut nama Malfoy saat Ron menyentuhmu."
Hermione seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Ronald Weasley benar-benar berada di level paling atas sebagai pembohong di dunia.
"Dia pasti gila dan berbohong karena memberitahumu hal itu. Dan kau lebih gila darinya karena mempercayainya."
"Tentu saja aku percaya padanya. Dia kakakku. Dia keluargaku. Kau pikir aku lebih percaya ucapanmu ketimbang ucapannya?"
Ucapan Ginny barusan membuat hati Hermione teriris. Ginny selalu percaya ucapannya. Kenapa kali ini dia tidak percaya?
"Dia berbohong padamu. Kau tidak perlu mempercayai setiap ucapannya hanya karena dia keluargamu."
"Kenapa? Ahh.. aku tahu," Ginny menyeringai. "Kau tidak punya keluarga untuk kau percaya. Kau tidak pernah menganggap keluargaku dan Orde sebagai keluargamu."
"Kau tahu benar aku tidak pernah beranggapan seperti itu."
"Jika kau menganggap kami adalah keluargamu, maka kau akan meminta bantuan pada kami untuk melindungi orang tuamu. Kau takut Orde akan disusupi atau seseorang dari kami akan membocorkan rahasia keberadaan orang tuamu. Apa kau lupa kalau Orde melindungi paman dan bibi Harry? Kau tidak sepenuhnya percaya pada Orde, Hermione. Jika kau percaya pada kami, kau mungkin bisa bersama dengan orang tuamu saat ini."
Hermione terlalu terkejut mendengar ucapan Ginny. Seseorang yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri, mengucapkan kata-kata yang begitu menyakiti hatinya. Dugaannya tepat: Ginny memang sedang mencari kesalahan Hermione. Ia tidak tahu alasannya dan sepertinya ia tidak ingin mencari tahu.
"Jika kau marah dengan Malfoy, kenapa kau juga harus marah padaku? Apa aku pantas mendapatkan semua ucapanmu barusan hanya karena Malfoy berpikir aku lebih penting dari pada meladenimu?"
"Kau banyak menghabiskan waktumu dengan dia, Hermione. Apa kau lupa? Dia itu Pelahap Maut. Dia dan pasukannya membuatku kehilangan kakakku. Apa kau lupa? Apa kau melupakan semuanya?"
"Apa yang membuatmu juga marah padaku?" Hermione tidak mengindahkan pertanyaan Ginny. Harga dirinya terluka karena dibentak dan dihina oleh seseorang yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri. "Kau marah padaku karena aku banyak menghabiskan waktu dengan Malfoy? Atau karena aku memberikan kesaksian untuknya? Atau karena aku jadi alasan Malfoy tidak mau meladenimu?"
"Kau tidak menjawab pertanyaanku," kata Ginny. "Sepertinya kau memang melupakan fakta bahwa salah satu kakakku tewas karena Pelahap Maut. Kau melupakannya karena kau terlalu sibuk berduaan dengan Malfoy. Kau menikmati waktu detensimu dengannya dan melupakanku, Ron, dan Harry. Apa yang dilakukannya? Apa dia juga menyentuhmu seperti yang Ron lakukan? Apa kau menikmati sentuhannya dan bisa mendesah menyebutkan namanya?"
"Kau harus berhenti."
"Apa dia benar menyentuhmu? Apa benar kau detensi dengannya? Apa kau membiarkannya bersetubuh denganmu? Apa kau –"
"Kau harus berhenti atau aku akan –"
"Membunuhku? Apa dia juga mengajarimu kutukan tak termaafkan?"
Hermione menodongkan tongkatnya dengan tangan gemetar. Ia refleks mengeluarkan tongkat untuk membuat Ginny diam dan tidak melanjutkan kata-kata yang teramat menyakitinya.
Hermione menurunkan tongkatnya dan membalas tatapan penuh kebencian Ginny.
"Kau dan Ron telah menyakiti hatiku. Aku tidak menyangka akan mendapatkan perlakukan seperti ini dari kalian. asal kau tahu, aku tidak melakukan semua yang kau tuduhkan padaku dengan Malfoy. aku tentu juga tidak melupakan kalau Fred tewas karena Pelahap Maut. Aku selalu berpikir mungkin suatu hari nanti aku bisa benar-benar menjadi bagian dari keluargamu. Aku selalu membayangkan akan menikah dengan Ron. Tapi, selama aku menghabiskan musim panas di rumahmu, sikap Ron berubah. dia ingin mengakhiri hubungan kami. Dia mengatakan akan menulis surat untukku tapi surat itu tidak pernah datang."
"Ron masih berduka dengan kepergian Fred. Kami semua berduka. Kenapa kau tega sekali memaksakan hubungan kalian? Apa kau tidak punya perasaan?"
"Aku tidak pernah memaksakan hubungan kami dan, untuk kesekian kalinya, aku beritahumu, aku juga berduka." Hermione menahan diri untuk tidak menangis. Ini sudah malam sekali. Ia terlalu lelah untuk menangis. "Aku merasakan hal yang sama denganmu dan keluargamu."
"Tidak, kau tidak merasakannya," kata Ginny tanpa perasaan dan penuh kebencian. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang keluarga. Kau tidak tahu rasanya karena tidak satu pun keluargamu tewas dalam perang! Orang tuamu masih hidup."
"Oke," hanya itu yang bisa Hermione katakan. Otaknya tidak bisa berpikir setelah mendapatkan penghinaan seperti itu dari Ginny. Ia juga tidak mau berdebat atau meminta belas kasihan dengan meralat kondisi orang tuanya yang memang masih hidup tapi tidak mempunyai ingatan tentang Hermione sama sekali. Namun, ia tidak bisa terima dirinya dihina seperti itu. Ia mungkin akan menyesalinya di kemudian hari tapi setelah ini, ia akan menganggap Ginny, Ron, dan mungkin, keluarga mereka tidak ada di dunia ini.
"Aku mungkin juga menjadi alasan kenapa kau dan keluargamu kehilangan Fred. Jika kau lupa, aku akan mengingatkanmu, Harry tidak akan pernah bisa mengalahkan Voldemort tanpaku. Mungkin, jika aku tidak pernah membantu Harry, Fred masih ada bersama kalian tapi di pihak lain, Voldemort masih berkeliaran. Hanya soal waktu dia akan membunuh semua pihak yang tidak sejalan dengannya. Pilihannya ada dua jika dia masih hidup, kau kehilangan keluargamu atau keluargamu kehilangan kau."
Alih-alih berjalan menuju kamar, Hermione berjalan pelan menuju pintu keluar. Ia tahu ini sudah tengah malam dan mungkin jika ketahuan, ia akan mendapatkan detensi lagi. lebih baik mendapatkan detensi dari pada harus berjalan melewati Ginny.
"Satu lagi," Hermione berbalik dan Ginny masih berada di posisi yang sama. "Jika kau dan keluargamu memang tidak setuju dengan hukuman yang Malfoy dapatkan, kalian seharusnya mengajukan keberatan saat persidangan tempo hari. Kau dan keluargamu mempunyai akses istimewa saat itu tapi kalian tidak menggunakannya sama sekali. Sudah terlambat untuk menyalahkan Malfoy sekarang. Aku bukan satu-satunya orang yang memberikan kesaksian untuknya. Kekasihmu dan Luna, mantan pacarmu, penyihir yang membuat tongkat sihirmu dan ada banyak penyihir yang tidak kau kenal memberikan kesaksian untuknya."
"Tapi kau orang pertama yang melakukannya."
"Aku tahu," ucap Hermione tidak peduli. "Selain itu, jika memang kau tidak terima Malfoy mengalahkanmu saat pertandingan, kau tidak sepatutnya menghina dia seperti itu. Aku memang tidak mengerti quidditch tapi kurasa sikapmu padanya tidak menunjukkan kebijaksanaanmu sebagai kapten."
"Terserah."
"Dan juga, Malfoy memang tidak mengajarkan Kutukan-Tak-Termaafkan padaku tapi aku bisa mempelaiari kutukan-kutukan tersebut. Jika kau kembali melontarkan perkataan yang menyakiti hatiku atau menghinaku, maka kau akan menjadi orang pertama yang merasakan kutukan itu dariku, Weasley."
halo. apa kabar?
sepertinya baru kali sekarang saya akhirnya menyapa teman-teman pembaca semua yang sudah baik hati sekali mampir ke sini.
terimakasih banyak karena sudah membaca, menyukai, dan mengikuti cerita ini. jika berkenan, saya ingin sekali teman-teman menuliskan ulasan untuk cerita ini.
sedikit info aja, cerita ini sebenarnya milik LumosAvis di AO3 dalam Bahasa Inggris. yes, she's my friend and we've been in love with Draco and Hermione for such a long time.
dengan kesibukannya sebagai ibu anak dua, dia tidak punya waktu untuk melanjutkan cerita ini di AO3 (karena harus kerja dua kali), belum lagi dia masih punya cerita on-going jadi, dia "menyuruh" saya untuk melanjutkan cerita ini dengan banyak perubahan sesuai dengan keinginan saya.
alasan lain karena akan ada adegan lemon. she can not write another lemon scene so yeah I'm happy to take "Terima Kasih" from her since i really love lemon scene.
rencana saya cerita ini akan selesai dalam 20-25 chapter. jadi, semoga teman-teman bersabar dan setia menunggu cerita ini sampai selesai.
