Chapter 16

Sesuatu terjadi pada Hermione Granger. Sesuatu yang buruk dan itu membuat Draco resah. Gadis itu tidak lagi datang menjenguknya sampai ia keluar dari rumah sakit. Saat bertemu di kelas, dia lebih banyak diam serta tidak merespons pertanyaan guru seperti biasa. Ia juga sudah tidak pernah bertemunya lagi selain di ruang kelas. yang lebih membuatnya resah, Hermione bahkan rela melakukan detensi lain yang tidak bersamaan dengannya, yang tugasnya dua kali lebih berat dari detensi biasanya.

Ia pikir, sikap Hermione mungkin akan setelah bergantinya bulan tapi sampai mendekati Natal, dia masih tetap seperti itu. Sayang sekali ia tidak mempunyai cukup keberanian untuk mencari tahu. Ia terlalu takut tindakannya akan membuat Hermione lebih sulit lagi.

"Kau kenapa?" tanya Blaise yang baru saja selesai mengganti baju. Draco terlalu bosan dan bingung dengan pikirannya sendiri dan memilih berdiam diri di kamar Blaise.

"Tidak kenapa-kenapa."

"Aku tahu kau berbohong," kata Blaise lalu membanting tubuhnya ke atas kasur.

Draco yang duduk di atas permadani sambil bersandar pada tembok batu dengan kaki berselonjor, memutar bola matanya.

"Aku bisa menebak apa yang kau pikirkan," ucap Blaise lagi. Dia lalu tidur memiring dengan kepala bertumpu pada tangan. "Kau memikirkan Granger."

"100 poin untuk Slytherin," ucap Draco. Tidak ada gunanya mengelak.

"Kau memikirkannya?" Blaise terkejut dan buru-buru duduk sambil menyilangkan kaki. "Aku hanya menebak tanpa berpikir kalau kau benar-benar memimirkannya."

"Setiap hari."

"Kau sungguh menyukainya?"

"Mungkin."

"Wow. Dugaanku benar selama ini. Kau memang menyukai Hermione Granger."

"Memangnya sudah berapa lama kau menduga?"

"Cukup lama," jawab Blaise menjadi semangat. "Kau mematung saat melihat Granger masuk ke kelas ramuan pertama kita. Kau tersenyum dan kau tidak lagi menyebalkan setiap kali ada dia kelas."

Draco tidak mengelak meskipun ia sendiri tidak tahu sejak kapan ia menyukai Granger. Apakah saat mereka bertemu di stasiun hari itu atau saat ia menyadari kalau Hermione sangat cantik di perpustakaan?

"Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya selain di kelas. Sesuatu terjadi padanya dan aku tidak tahu dan tidak bisa melakukan apa-apa."

"Kau bisa bertanya."

"Pada siapa?"

"Padaku."

Draco tertawa datar. "Apa yang kau tahu?"

Blaise tampak terhina oleh perkataan Draco barusan. Dia memasang tampang menyebalkan, mengangkat dahunya tinggi-tinggi. Sambil mendengus dia berkata, "Dia bertengkar dengan Ginny Weasley."

"Benarkah?"

Blaise mengangguk percaya diri. "Hubungan mereka saat ini lebih buruk dari yang bisa kau bayangkan."

Draco mencoba fokus pada informasi yang diberikan Blaise tapi alih-alih, ia menyipitkan mata menatap Blaise penuh curiga.

"Bagaimana kau tahu?" Draco menyuarakan pikirannya. "Kau dapat informasi dari mana?"

Blaise seperti orang yang habis ketahuan mencuri. Dia tidak berani menatap Draco, menjadi gugup.

"Jangan beritahu aku," kata Draco balas mendengus. "Aku tahu kau sudah pasti mendapatkannya dari Luna Lovegood."

"Bagaimana kau tahu?" Blaise terkejut bukan main.

Draco menaikkan satu alisnya dan menyeringai. "Aku melihatmu menjilat Lovegood tempo hari di perpustakaan." Lebih tepatnya, Hermione yang melihatnya dan gadis itu memberitahunya. Tidak jadi soal bagi Draco, Blaise pun tidak perlu tahu yang sebenarnya

"Holy shit. Jadi kau yang Granger maksud," seru Blaise. "Dia mengatakan kalau temanku tahu akan hubunganku dengan Luna."

Draco menyeringai. "Kau beruntung hari itu kami yang melihatmu. Bagaimana jika orang lain?"

"Aku sudah memasang mantra. Bagaimana bisa kalian melihat kami?"

"Aku dan Granger adalah penyihir berbakat, Blaise," Draco tersenyum penuh kemenangan. Merasa bangga akan kelebihannya padahal kelebihan itu milik Hermione. "Kurasa kau sangat menikmati kegiatanmu."

"Memang," kata Blaise tanpa malu. "Itu sangat mengagumkan. Dia sangat mengagumkan."

"Ew. Simpan cerita kotormu, Zabini," kata Draco jinik. "Aku tidak mau mendengar kehidupan seksmu dengan Lovegood."

Blaise menaikkan bahunya. "Tapi Luna memang mengagumkan. Tidak hanya di ranjang tapi dalam segala aspek. Dia benar-benar baik, kau tahu? Dia tidak pernah membenci siapa pun. Dia bahkan mengatakan kau sangat baik padanya saat itu. Luna sungguh bersyukur saat itu ditahan di rumahmu dan bukan di tempat lain."

Draco tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Jika ia jadi Luna Lovegood, ia tidak akan merasa bersyukur karena ditawan di rumah Pelahap Maut.

"Jadi, kau pacaran dengannya?" tanya Draco.

Blaise mengangguk.

"Sudah berapa lama?"

"Beberapa hari setelah tahun ajaran di mulai."

"Sudah selama itu?"

"Yeah."

"Bagaimana bisa kau merahasiakannya dariku?"

"Aku tidak tahu caranya memberitahumu," jawab Blaise. "Tidak ada yang tahu hubungan kami. Mungkin hanya kau, dan juga Granger."

"Apa kau menganggap aku temanmu?"

Blaise mengangguk. "Tapi, itu permintaan Luna. Aku menghargai permintaannya."

Draco bertepuk tangan, sedikit merasa dikhianati tapi ia tidak marah.

"Apa kau juga bersekongkol dengan Pansy dan Longbottom?"

"Pansy dan Longbottom?"

"Holy shit! Kau tidak tahu?"

Blaise diam beberapa saat. "Tidak tahu. Apa kau mengatakan yang sebenarnya?"

Draco mengangguk. "Apa yang terjadi pada kalian? Kau dan Lovegood. Pansy dan Longbottom. Aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi."

"Kau seharusnya menanyakan pertanyaan yang sama. Apa yang terjadi padamu sampai menyukai Hermione Granger?"

"Aku tidak akan memberi tahumu."

Blaise mendecih lalu diam beberapa saat dan kembali bertanya, "Kenapa Pansy merahasiakannya?"

"Kenapa kau merahasiakannya?"

Blaise mendengus. "Dan kau. Kenapa kau tidak langsung bertanya padaku setelah melihatku dengan Luna? Kenapa malah diam saja."

Draco berpikir sejenak mencari jawaban yang tepat. Ia terlalu sibuk dengan pikiran dan urusannya sendiri. Hari itu, setelah mencium Hermiione di perpustakaan, ia lupa akan Blaise dan Luna Lovegood. Ia terlalu banyak memikirkan Hermione. Namun, Draco memberikan jawaban yang sangat berbeda dari kenyataan.

"Aku pikir jika kau memang ingin aku tahu tentang hubunganmu dan Lovegood, kau pasti akan memberitahuku. Jadi, alasan kenapa aku tetap diam karena aku tidak ingin membuatmu terbebani. Jika saja aku menemukanmu tidak sedang menjilatnya, aku mungkin sudah bertanya padamu sejak awal."

Blaise melempar Draco dengan bantal dan membuat laki-laki pirang itu kesal. "Ada apa sih denganmu?"

"Kau benar-benar melihatku dan Luna hari itu?"

Draco mengangguk. Blaise tidak akan tahu kalau ia berbohong. "Bagaimana kau bisa melakukannya di perpustakaan?"

"Kami melakukannya di mana pun kami mau."

Draco mendadak merinding mendengar informasi yang tidak ia butuhkan. Ia tahu Blaise memang tidak waras tapi Lovegood? Siapa sangka gadis aneh itu terpikat pada Blaise dan melakukan apa pun kapan pun di mana pun mereka mau. Keduanya sama-sama tidak waras.

"Kau pasti bercanda."

Blaise seakan tidak peduli dan berkata, "Luna akan membunuhku jika tahu aku mengatakan ini padamu, tapi, kami memang melakukannya di mana pun kami mau. Perpustakaan adalah tempat paling menantang."

Draco sontak menutup telinganya. Sungguh ia tidak ingin mendengar kehidupan seks Blaise tapi temannya tetap menceritakannya. Ia tidak yakin bisa menghilangkan ingatannya tentang bagaimana Blaise dan Luna Lovegood melakukannya pertama kali di ruang kelas kosong di tengah malam dan sejak saat itu mereka tidak bisa berhenti. Beruntung ia tidak tertarik pada gadis aneh itu jadi saat Blaise mendeskripsikan bentuk payudara kekasihnya, alih-alih membayangkan milik Luna Lovegood, ia membayangkan milik Hermione.

Shit.

"Hentikan," pinta Draco dan langsung mengganti posisi duduknya; melipat kaki dan menutupnya dengan bantal. "Kau tidak harus memberitahuku bentuk tubuh Lovegood. Sungguh." Draco sedikit memohon karena makin Blaise menjelaskan, makin Draco membayangkan bentuk tubuh Hermione. Bentuk tubuhnya sudah pasti lebih indah.

"Oke," kata Blaise.

"Kenapa kau sampai gila melakukan itu di mana pun?" tanya Draco yang langsung menyesal karena seharusnya ia mengganti topik saja sekalian.

Blaise diam beberapa saat, tampak berpikir seakan tidak ingin memberikan jawaban yang keliru.

"Aku dan Luna setuju kalau jika itu bisa membuat kami relaks dan sedikit lebih tenang, kenapa tidak."

"Aku tidak mengerti."

"Perang, Draco. Perang mengubah semuanya."

"Lalu, apa hubungannya perang dan seks?"

"Seks membuat kita lupa akan perang."

"Yang benar saja."

"Memang benar. Aku merasakannya. Aku pikir hubunganku dan Luna hanya sebatas seks semata tapi kami ternyata membutuhkan satu sama lain. Kembali ke Hogwarts tidak mudah baginya dan juga bagiku. Kau, Theo, dan Pansy memang alasan utama aku kembali tapi aku menemukan alasan yang lebih kuat kenapa aku harus tetap melanjutkan sekolah sampai lulus. Luna adalah alasannya."

"Jadi, hubunganmu dan Lovegood dimulai dari seks?"

Blaise menaikkan kedua bahunya. "Begitu lah. Kami selalu melakukannya setiap kali bertemu tapi sekarang, kami mencoba menguranginya. Kami ingin memanfaatkan waktu dengan baik."

Draco seperti terjebak di gang buntu, tidak ada jalan keluar. Ia tidak tahu harus merespons apa. Baginya sendiri, seks bukanlah hal tabu. Ia beberapa kali tidur dengan gadis-gadis darah-murni di Hogwarts dan semuanya memuaskan. Namun, setelah Voldemort bangkit dan orang tuanya mengekang kehidupannya termasuk dengan siapa saja ia dapat berteman, ia sudah tidak pernah melakukannya lagi. Pernah beberapa kali tapi benar-benar berhenti saat ia mendapatkan tanda kegelapan. Tanda itu membuatnya tidak mempunyai gairah. Wow. Sudah lama sekali. Pantas saja rasanya amat menggairahkan saat ia mencium Hermione tempo hari.

"Aku pikir kau juga harus melakukannya," ucapan Blaise membuyarkan lamunannya.

"Melakukan apa?"

"Seks."

"Apa kau bercanda?" Mata Draco melebar terkejut karena Blaise dengan gamblang menyuruhnya melakukan hubungan seks. Temannya yang satu ini pasti sudah hilang akalnya.

"Tidak," jawab Blaise. "Tidak harus seks juga sih tapi cobalah untuk membuka hatimu dan mulai sebuah hubungan. Kau menyukai Granger, kan? Kau dan dia juga sama mengalami masa-masa sulit selama perang. Tidak ada salahnya jika kau mencoba."

Draco menyeringai. Temannya yang satu ini sama sekali tidak tahu kalau Draco sudah membuka hatinya untuk Hermione. Gadis itu juga sudah tahu perasaannya. Sayang sekali, semuanya tidak semulus ucapan Blaise.

"Kenapa menurutmu aku harus memulai sebuah hubungan?" tanya Draco.

"Kita berada di tahun terakhir sekolah, Malfoy," jawab Blaise. "Apa kau tidak ingin menikmati kehidupan sekolah layaknya seorang remaja? Kau sendiri yang mengatakan kalau masa remaja kita direnggut oleh mereka yang tidak dapat menerima perubahan. Namun, kau sendiri yang saat ini belum menjalin hubungan."

Hidupnya memang tidak seperti remaja lain. Ketika ia pikir ia akan mempunyai kehidupan sekolah seperti teman-temannya, semesta tidak mendukungnya. Ia memang pernah tidur dengan beberapa gadis tapi tidak pernah berkencan. Saat ia pikir ia dapat berkencan, Voldemort kembali dan mengacaukan semuanya. Dengan tanda kegelapan di tangannya, akan makin sulit baginya menjalin hubungan dengan seorang gadis. lagi pula, siapa sih yang ingin berkencan dengan mantan Pelahap Maut?

Draco mendesah di akhir pemikirannya. "Menjalin hubungan itu tidak mudah," katanya merespons ceramah Blaise sebelumnya.

"Itu karena kau belum mencobanya," kata Blaise sedikit tak sabar.

"Kenapa kau sok tahu sekali?"

"Karena aku sudah melakukannya."

"Kau sungguh menyebalkan."

"Dan kau keras kepala," ujar Blaise. "Apa yang membuatmu berpikir kalau menjalin sebuah hubungan itu tidak mudah?"

"Aku mantan Pelahap Maut."

Rupanya jawaban Draco tidak membuat Blaise diam.

"Fuck off. Pergi dan katakan pada Granger perasaanmu. Aku yakin dia pun mempunyai perasaan yang sama karena jika tidak, dia tidak akan menulis harum tubuhmu saat Profesor Slughorn menyuruh kita menulis apa yang kita baui saat kita membahas Amortentia lagi tempo hari."