Chapter 17
Ia kehilangan arah dan merasa hampa. Yang bisa ia lakukan hanya membaca, belajar, mengerjakan tugas, detensi, dan terus melakukan aktivitas yang sama selama berminggu-minggu.
Natal sebentar lagi tapi ia tidak merasakan kebahagiaan. Di ruang rekreasi ia kerap kali mendengar teman-teman asramanya merencanakan apa yang akan mereka lakukan di hari Natal. Itu membuatnya muak dan lebih sering mengurung diri di kamar.
Secara teknis, Hermione menghindari semua orang.
Ia mendesah lelah seraya menutup bukunya. Ia masih tidak bisa berhenti berpikir tentang pertengkarannya dengan Ginny. Sikap gadis itu makin hari makin menyebalkan. Hermione kerap kali berpikir, apakah dia memang semenyebalkan itu?
Ada saat di mana ia merasa sedih karena tidak ada lagi Ginny di sisinya. Namun, kian hari ia malah merasa beruntung. Ada Ginny atau tidak, hidupnya tetap sama saja. Jika mereka tidak bertengkar, ia tidak akan pernah tahu pikiran Ginny dan juga Ron tentang dirinya. Ia mungkin saja menyia-nyiakan waktunya bersama orang yang ia anggap seperti keluarga tapi tidak menganggapnya demikian.
"Orang bisa membaca pikiranmu dari jarak 10 meter, Granger."
Hermione mengerutkan dahi dan langsung merasa kesal dengan kehadiran Pansy Parkinson yang tiba-tiba. Apa yang gadis ini lakukan di perpustakaan? Setahu Hermione, dia adalah salah satu dari sekian banyak gadis yang tidak suka berada di perpustakaan apalagi di bagian perpustakaan yang merupakan sudut kesukaan Hermione.
"Kenapa kau duduk di sini?" tanya Hermione heran.
"Memangnya aku tidak boleh duduk di sini?"
"Masih ada banyak kursi kosong di perpustakaan, Parkinson," jawab Hermione jengkel.
Pansy Parkinson menaikkan bahunya, seakan tidak peduli. Dia pun mengeluarkan pena bulu serta perkamen lalu mulai menulis sesuatu.
Hermione mengerling lalu kembali membuka bukunya dan mulai membaca. Ia akan menganggap Pansy Parkinson tidak ada di sampingnya.
"Aku heran, kenapa kau suka sekali berada di sini?"
Hermione menutup bukunya dengan keras. "Aku heran, kenapa kau duduk di sini?"
"Oh, karena aku ada urusan denganmu."
"Denganku?"
Pansy Parkinson mengangguk santai seakan mereka tidak punya masalah di masa lalu. "Jika kau ingin menjauh dari semua orang, tolong berikan pengecualian untuk Neville."
Hermione melonggo dan merasa bodoh. Ia rasa akhir-akhir ia sering kali merasa bodoh karena ucapan orang lain
"Aku tahu kau bertengkar dengan Weasley. Neville memberitahuku semuanya. Dia tidak senang, tentu saja. Dia juga sebenarnya lebih memilihmu dari pada Weasley karena, ya kau tahu, dia juga mengolok-olokku padahal Draco yang membuatnya kesal."
"Apa hubungannya aku dengan kau dan Neville?"
"Dia sedih, Granger," kata Pansy Parkinson. "Dia juga bingung. Jika kau memang bertengkar dengan Weasley, kenapa kau juga harus menjauhinya? Apa kau juga mempunyai masalah dengan Neville?"
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Hermione cepat.
"Weasley bukan satu-satunya teman yang kau punya di sini," ucapnya.
Hermione merasa ucapannya ada benarnya tapi ia masih tidak mengerti.
"Neville peduli padamu dan khawatir. Dia ingin berbicara padamu tapi karena dia menghargai privasimu jadi dia tidak ingin mengganggumu."
"Lalu, kenapa kau malah mendatangiku?"
"Kau bukan temanku jadi aku tidak peduli dengan privasimu."
Hermione mendengus; sangat ingin menjambak rambut hitam pendek Pansy Parkinson.
"Neville berencana untuk memberitahu Weasley dalam waktu dekat," ucap Pansy Parkinson.
Ucapannya membuat Hermione terkejut. "Dia tidak akan senang." Ia bisa membayangkan betapa murkanya Ginny jika tahu Neville berkencan dengan Pansy Parkinson.
"Memang tapi lebih cepat lebih baik."
"Kenapa? Kau memaksanya?"
"Tidak. Aku bukan gadis seperti itu, Granger."
Hermione tidak mengerti maksudnya tapi ia tidak peduli.
"Neville mengundangku merayakan Natal di rumahnya."
Hermione sontak menutup mulutnya. Ia tidak tahu bagaimana, tapi ia merasa senang.
"Neville takut jika orang-orang terdekatnya tahu hubungannya denganku dengan cara yang tidak lazim, seperti kau misalnya," Hermione mendengus tapi Pansy terus melanjutkan, "Makanya, dia ingin memberitahu Weasley."
"Neville akan kehilangan Ginny sebagai temannya."
"Tidak. Weasley yang akan kehilangan Neville," kata Pansy Parkinson percaya diri. "Makanya, aku duduk di sini untuk berbicara padamu. Aku tidak ingin kekasihku sedih karena akan kehilangan temannya. Jadi, jika kau berkenan, jangan jauhi Neville juga."
"Neville tidak akan kehilangan aku," ucap Hermione pelan.
"Tapi kau menjauhinya."
Hermione sontak merasa sedih. Ia tidak berpikir Neville akan merasa seperti itu. Hubungannya dengan Neville tidak sedekat Harry dan Ron tapi ia juga menganggap Neville sebagai salah satu temannya yang sangat baik.
"Aku tidak menjauhinya," Hermione merasa ia tidak harus menjelaskan ini pada Pansy Parkinson tapi mengetahui alasannya datang karena dia peduli pada kekasihnya, tidak ada salahnya sedikit memberikan penjelasan. "Aku hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku tidak menyangka sikapku akan membuat Neville sedih."
"Bukankah itu yang akan kau rasakan jika temanmu menjauhimu? Kau akan merasa sedih dan kehilangan. Aku sedikit bisa mengerti kenapa kau merasa ingin sendirian. Kau begitu dekat dengan Weasley lalu kau bertengkar dengannya. Kehilangan teman dekat bukan sesuatu yang mudah."
"Kau pernah merasakannya?" tanya Hermione penasaran.
"Iya," jawab Pansy Parkinson tanpa intensi untuk bercerita lebih lanjut. "Well, aku ingin kau kembali berbicara lagi pada Neville setelah ini."
"Kau tidak cemburu karena Neville sedih aku menjauhinya?"
"Kenapa aku harus cemburu padamu?"
"Aku tidak tahu tapi biasanya para gadis akan kesal jika kekasihnya peduli pada gadis lain."
"Aku tidak merasa seperti itu. Hubunganmu dan Neville mungkin tidak sepertiku dan Draco tapi aku rasa aku tidak harus cemburu padamu."
"Apa kau benar-benar sayang pada Neville?" tanya Hermione merasa tersentuh.
"Aku tidak yakin apa aku sayang atau tidak padanya tapi aku sangat peduli padanya. Dia membuatku bahagia dan membuatku merasa berharga. Dia tidak melihatku sebagai komplotan Pelahap Maut seperti sebagian orang. Aku mungkin sayang padanya tapi satu hal yang aku yakin, aku tidak ingin melihatnya sedih."
"Aku tidak tahu kau akan semanis ini, Parkinson."
Pansy Parkinson menyeringai lalu dia berdeham. "Neville selesai dan masih ada satu lagi."
Hermione tidak menjawab tapi memberikan ekspresi penuh tanda tanya.
"Kenapa kau menulis harum apel dan peppermint dalam tugas ramuanmu?"
"Apa?"
"Apel dan peppermint. Jangan pura-pura bodoh, Granger. Aku tahu karena kau tidak."
Hermione merasa kesal. "Apel dan peppermint?"
"Itu harum tubuh Draco, kan?"
Mata Hermione melebar. "Apa?"
"Aku tahu bagaimana harum tubuhnya karena aku sangat mengenalnya. Jadi, jangan mengelak."
"Hanya karena aku menulis apel dan peppermint bukan berarti hanya dia satu-satunya yang mempunyai harum seperti itu, kan?"
"Aku tahu kalian berciuman. Neville memberitahuku."
"Oh shit."
"Kau menyukainya, kan? Draco?"
"Tidak."
"Kau tidak pandai berbohong, Granger," Pansy Parkinson kembali menyeringai. "Dia juga menyukaimu. Jika tidak, dia tidak akan menciummu."
"Apa kau juga peduli pada Malfoy sampai harus membicarakan ini padaku?"
"Tentu aku peduli padanya," jawab Pansy Parkinson tersinggung. "Dia temanku tapi aku mendatangimu untuk membicarakannya bukan karena aku peduli padanya."
"Lalu?"
"Karena aku pikir kau bodoh."
"Oh. Well. Terima kasih. Aku tidak punya waktu untuk membicarakan hal ini."
Pansy tertawa hambar. "Kenapa susah sekali bagimu menyadarinya? Jika kau juga suka padanya, kenapa kau mengelak padahal kau membalas ciumannya?"
"Aku pikir aku tidak harus menjawab pertanyaanmu."
"Memang," jawab Pansy Parkinson menyebalkan. Dengan cepat, dia pun merapikan barang-barang yang dikeluarkannya tadi lalu berdiri. "Jawab saja dalam hatimu. Jangan membuat dirimu sulit, Granger. Kau tidak lagi berteman dengan Weasley, kan? Jadi, apa yang membuatmu menahan diri?"
