" jadi?!"

Untuk kesekian kalinya Karin bertanya pada Sasuke. Pasalnya ini sudah lebih dari satu jam semenjak ia ditarik paksa sepulang sekolah oleh Sasuke menaiki motornya dan membawanya ke sebuah mall besar di pusat kota.

Sasuke tidak mengatakan apapun hanya menggandeng tangannya memasuki galery baju, sepatu ataupun tas. Hanya melihat-lihat saja lalu keluar lagi. Dan itu sukses membuat kepala Karin sedikit berdenyut.

Karin menghentikan langkahnya, yang mau tak mau membuat Sasuke juga berhenti berjalan dan menaikan satu alisnya.

"Jadi? "

"Ibuku ulang tahun,"

"Aaaa"

Karin paham sekarang. Jadi Sasuke ini sedang ingin membelikan kado untuk ibunya. Tidak ku sangka, lelaki macam Sasuke ternyata sangat menyayangi ibunya. Karin tersenyum lembut.

"Kenapa kau tak mengatakannya dari awal?" ucap Karin

"Aku mungkin bisa membantumu," tambah gadis itu maju selangkah mensejajarkan tubuhnya dengan Sasuke.

"Ayo, ku bantu cari!" ajak Karin dan mulai berjalan dengan Sasuke mengikuti di sampingnya.

"Hm, ngomong-ngomong ibumu suka apa?"

"Tidak tahu,"

Karin sweatdrop mendengarnya.

"Maksudku, ibumu suka mengoleksi apa atau hobi melakukan apa? jadi kita bisa tahu barang apa yang cocok untuk diberikan kepada beliau,"

"Aku kurang begitu mengerti soal itu. Ibuku tidak terlalu menonjolkan apa yang ia sukai, semua bersifat standar,"

"Aa, begitu rupanya,"

Ketika melewati stand aksesori, Karin menghentikan langkahnya.

"Bagaimana kalau kita mencoba masuk ke dalam? "

Tak perlu jawaban dari Sasuke, karena pemuda itu akhirnya mengekorinya di belakang. Karin mengajak Sasuke melihat-lihat aneka pernak-pernik dari mulai kalung, anting, gelang dan cincin.

'Cuci mata' sorak batin Karin. Bagaimana pun Karin itu perempuan yang lagi di masa pubernya, yang kala melihat barang yang lucu, imut ataupun menarik, matanya akan berbinar-binar terang. Apalagi saat ia melihat sebuah kalung berliontin batu ruby, dia langsung jatuh cinta. Tapi sayang, ketika ia melihat berapa nilainya, membuat dompet Karin mengkerut. "Mahal sekali," gerutunya lirih.

Dan Karin tertawa kikuk kala Sasuke memergokinya tengah asyik sendiri. "Maaf," lirih Karin cengengesan. Sasuke mendengus dan sibuk kembali mencari-cari sesuatu yang cocok untuk ibunya.

"Sasuke, lihat ini!" seru Karin.

Sasuke pun bergegas menghampiri gadis yang sudah 2 minggu menjadi asistennya.

"Bagaimana kalau ini?" Karin menunjukan sebuah konde berwarna perak dengan tusuk kondenya terdapat bunga merah kecil.

"Ini sangat elegan jika dipakai oleh ibumu. Lihat! bukankah ini sederhana tapi terlihat mewah, " jelas Karin.

Sasuke memperhatikan Karin yang menjelaskan dengan berbinar-binar. Kemudian ia mengarahkan onixnya kembali ke konde tersebut. Ia tersenyum tipis, "baiklah,".

Karin melangkah menuju penjaga kasir yang tengah memandang Sasuke berbinar-binar. Karin mendengus, 'Apa bagusnya si Uchiha itu. Tidak lebih dari seorang mesum, berandal...,' batin Karin yang terus menjelekan sang majikan sementara.

Karin meminta pegawai kasir membungkusnya dengan kertas kado. Dan urusan transaksi biar ia serahkan kepada Sasuke langsung. Setelah menerima kado tersebut, Karin segera keluar dari galery tersebut. Dia jengah melihat Sasuke tebar pesona dan pegawai-pegawai yang kecentilan.

"Senang yah, digodain oleh kakak-kakak cantik itu," sindir Karin begitu Sasuke muncul di sampingnya.

"Kau cemburu?"

Karin mendengus, "tidak sudi!!" ucapnya sengit.

Sasuke terkekeh dan merangkul leher Karin. "Jangan marah seperti itu, cantik!!! Kau tetap yang terbaik, ".

"Singkirkan tanganmu!!!"

Sasuke hanya terkekeh kecil sembari mengeratkan rangkulannya pada leher gadis bersurai merah tersebut.

Karin berusaha melepas rangkulan Sasuke sebelum lehernya sakit. Setelah berhasil melepas rangkulan Sasuke dari lehernya, pemuda itu malah berganti memeluk pinggangnya, yang tentu dihadiahi pelototan sangar oleh Karin dan tidak dipedulikan oleh Sasuke.

Sasuke tetap melenggang santai menuntun Karin menuju area parkir. Ia tulikan telinganya dari gerutuan, omelan Karin.

Sepeda motornya melaju membelah jalanan ketika ia telah keluar dari mall tersebut menuju ke kediaman Uchiha.

Karin yang seolah tahu bahwa jalan ini bukan menuju apartemen Sasuke atau apartemen Karin, lantas menggeplak helm Sasuke.

"Hei, mau kemana kita?!" seru Karin.

"Ke mansion Uchiha, "

Karin melotot mendengar jawaban santai Sasuke. Tidak, ini tidak benar. Perjanjiannya kan hanya membersihkan apartemen Sasuke, kenapa ia membawanya ke mansion Uchiha juga? Jangan-jangan ia mau dijadikan jongos untuk seluruh keluarga Uchiha. Gyaa, tidak!!!

Terlambat, ketika Karin ingin protes dan ingin dipulangkan ke apartemenya, motor itu tlah lebih dulu memasuki gerbang Uchiha. Dan terparkir manis di depan bangun mewah yang tidak lain mansion Uchiha.

"Kenapa kau membawaku ke sini!!"

"Ayo, masuk!" bukannya menjawab pertanyaan Karin, Sasuke justru menggandeng tangan Karin.

Karin berusaha menepis genggaman Sasukw tetapi ia tidak mampu. Tenaganya kalah besar dari si bungsu Uchiha. Sasuke seolah semakin mencengkram tangannya agar tidak bisa lepas. Karin hanya bisa membuang nafas pasrah.

"Sasuke-kun, akhirnya kau datang juga. Semua sudah menunggu, ayo!" ucap wanita setengah baya yang masih terlihat awet muda itu kepada Sasuke. Wanita yang Karin yakini adalah ibu dari Sasuke.

Gerakan ingin menarik putra bungsunya terhenti kala menatap Karin ada di samping putranya. Wanita itu mengernyit bingung.

"Siapa dia, Sasuke," tanya Mikoto Uchiha, ibu dari Sasuke.

Sasuke yang mengerti arah pandang ibunda tercinta pun berucap, "dia Karin, kekasihku,"

Jantung Karin hampir saja melompat mendengar pengakuan Sasuke. Tangannya gatal ingin sekali menampar wajah tampannya.

'Dasar pembohong!! pemfitnah, tukang halu... Aku tidak sudi pacaran sama playboy dan mesum macam kau, Sasuke!' teriak batin Karin fruatasi.

"Ah, benarkah? kenapa kau tidak bilang kalau sudah memiliki pacar. Ah, dia manis sekali,"

Tiba-tiba Karin merasakan tubuhnya hangat. Ia terkejut bukan main saat tahu bahwa ibu Sasuke memeluknya. Ingin rasanya ia mengatakan sebenarnya tapi Karin tidak sanggup melukai hati seorang wanita yang telah menjadi ibu. Ia membalas pelukan Mikoto, "Senang bertemu denganmu, Baa-san,"

Mikoto mengurai pelukannya, ia menggeleng, "jangan memanggilku Baa-san, panggil saja ibu," ucap Mikoto tersenyum lembut.

"Ha'i, ibu,"

Sasuke tersenyum lembut melihat ibunya dan Karin memasuki rumah bersama. Dengan ibunya yang mengamit lengan Karin. Ada kehangatan menelusup hatinya.

Perayaan Mikoto Uchiha diadakan sederhana. Hanya ada suaminya, Itachi, Sasuke dan Karin, tapi kemeriahannya luar biasa.

Waktu mulai merambat malam, Karin pamit undur diri. Mikoto menawari untuk menginap tapi Karin masih waras untuk menolaknya halus. Siapa yang bisa menjamin si mesum Sasuke tidak menyelinap ke kamarnya. Mengingat obsesi pemuda itu untuk menidurinya. No thanks!!!

Karin juga berpamitan dengan Fugaku dan Itachi. Karin akui mereka semua sangat hangat menyambutnya. Apalagi Itachi yang notabenenya kakak Sasuke. Dia sangat dewasa dan perhatian kepada Karin. Saat ada saos pasta menempel pada sudut bibirnya, Itachi mengambilkannya tisu dan memberitahukannya dengan sopan. Belum sampai Karin menjawab apapun atau meraih tissunya, Sasuke sudah meraih dan merebutnya lalu menyerahkannya ke tangan Karin dan tak lupa berbicara ketus, "Makanmu belepotan, dasar anak kecil,"

Ah, mengingat kejadian acara makan malam tadi, apalagi tingkah laku Sasuke yang seolah tidak suka jika Karin akrab dengan Itachi, membuat Karin jengah dan ingin sekali menjitak kepala Sasuke.

Aroma angin malam menelusup ke kulitnya. Saat motor yang dikendarai Sasuke dan dirinya membelah jalanan yang masih tampak ramai. Waktu menunjukan jam 9 malam, dan memang belum terlalu malam. Wajar saja bila keramain masih menyelimuti mall-mall, taman kota dan juga jalanan.

Ckiit

Motor Sasuke berhenti di depan gedung apartemen tingkat 3, tempat Karin tinggal. Butuh sekitar 20 menit perjalanan dari Mansion Uchiha sampai ke apartemen Karin.

Karin melepaskan helmnya dan menyerahkan benda itu kepada sang pemilik.

Sasuke menerimanya dan menggantungkannya di stang motor, kemudian ia juga melepas helm di kepalanya.

Karin yang enggan berbasa-basi ingin cepat masuk ke dalam apartemen miliknya. "Terimakasih sudah mau mengantarkanku pulang," ucap Karin, membungkukan badn sekilas. Ia cepat-cepat berbalik dan ingin melangkah pergi.

"Hei, tunggu dulu!"

Langkah Karin terhenti kala pergelangan tangannya digenggam oleh Sasuke. Mau tidak mau Karin membalikan badan.

"Mau apa lagi?!" ucapan Karin terhenti kala Sasuke menyodorkan kalung dengan liontin batu ruby yang ia lihat di mall tadi sore. Karin memandang Sasuke dan mengernyit bingung.

"Untukmu,"

"Ap-"

Belum sempat menjawab, Karin terkejut ketika dengan cepat Sasuke memakaikannya di lehernya. Jarak wajahnya dengan Sasuke begitu dekat hingga ia dapat memcium harum tubuh Sasuke. Jantungnya pun mulai tidak waras, ia berdetak tidak beraturan. Dan wajahnya, janganlah ditanyakan lagi, pasti sudah merah merona seperti kepiting rebus.

Sasuke menjauhkan diri dan tersenyum lembut. Karin menunduk dan memandang batu ruby yang baru saja melingkar di lehernya. Ia menjadi sedikit gugup. Karena ini kali pertama ada seorang lelaki yang memberinya sebuah kalung.

"Te-terima kasih," ucapa Karin sedikit gagap.

"Jika kau ingin berterimakasih, bukankah sebaiknya kau mengijinkanku menginap," goda Sasuke dengan senyum jahilnya.

Ctak ctak

Hancur sudah kegugupan Karin, terganti amarah yang meluap-luap.

"Bajingan!!"

buagh

Karin menendang tulang kering kaki Sasuke, yang membuat Sasuke terjatuh dan meringis kesakitan. Karin tidak peduli, ia justru melenggang santai masuk ke apartemen miliknya dan meninggalkan Sasuke sendirian.

Sementara itu Sasuke yang tadinya meringis kesakitan kini ia tertawa, tangannya memegangi dadanya yang berdetak sangat kencang. Entah karena efek tertawa atau efek Karin. Rona tipis menggantung di pipinya. "Baka," ucapnya sambil tersenyum kecil.

.

.

.

.

.

TBC

ah, sudah lama sekali yah, aku tidak update ff. Ah, salahkan fbku yang dihack orang asing. Semua fic yang aku simpan di grup pribadi otomatis hilang. Dan aku pun kehilangan plotnya dan aku juga lupa bagaimana alurnya. Dan ini aku membuat baru secara dadakan banget.

Kebetulan anakku nomer dua sudah bisa diajak kompromi. Jadi aku bisa nyolong waktu buat ngetik kelanjutan fic-fic ini.

Aku minta maaf atas molornya updatetan fic yang ampe bertahun-tahun. Hahaha beginilah nasib emak-emak dengan 2 orang anak hahaha

Sekian dari Chimi, terimakasih sudah mampir. Salam hangat dan salam cinta dari Chimi...