Denji menatap sendu bulan biru yang bersinar cerah di malam musim dingin. Membuatnya teringat akan memori kala dirinya sangat bahagia karena kehadiran kekasih hatinya, Yoshida. Sejak dulu hidupnya penuh luka penderitaan hingga dirinya mati rasa melupakan rasa sakit.Hanya ketika Yoshida datang dengan senyum cerahnya perasaan tulus membuat Denji luluh kembali merasa "hidup", namun semuanya berubah sejak musim dingin 2 tahun lalu yang merenggut Yoshida-nya. Lelaki yang Denji cintai itu menghilang di tengah hutan setelah badai salju menerjang, hanya tersisa sweater kesayangannya dengan beberapa bekas darah. Hingga kini, jasad Yoshida belum di temukan bahkan setelah pencarian 2 tahun tidak ada titik terang kemana hilangnya kekasih hatinya itu. Dunia Denji runtuh kembali menjadi gelap setelah menghadapi kenyataan itu, impiannya untuk memulai hidup baru tinggal bersama kekasihnya musnah begitu saja, meninggalkan luka menganga di hatinya hingga saat ini, seperti juga luka-luka di sekujur tubuhnya yang tak kunjung sembuh. Denji mengusap tubuhnya yang mendingin karena udara malam terus menghantam ruangan basement yang menjadi kamarnya sejak dulu. Denji berusaha memejamkan matanya berharap setidaknya mimpi bisa membawanya kembali kepada kekasih hatinya. Bersama salju yang terus turun malam yang makin dingin, sepasang mata mengintai di balik jendela kecil, memperhatikan Denji yang sudah terlelap dengan tatapan sendu.

"sebentar lagi..kita akan kembali bersama, sayang"

BYURRR

Air dingin yang tiba-tiba menyentuh tubuhnya, membuat Denji terbangun kaget, namun setelah melihat sosok yang melakukan hal itu padanya, tatapannya kembali datar. Asa, sepupu sekaligus wanita yang sering menyiksanya berdiri angkuh jijik melihat Denji.

"Cepat bangun pemalas!!Sudah jam 7 pagi, tapi kau belum melakukan apapun?! benar-benar minta di hukum lagi kau ternyata!!" teriak Asa nyaring. Denji hanya terdiam mengungam maaf, sudah sepantasnya ia di marahi karena bangun bangun lebih lamban dari sepupunya itu. Asa memutar matanya malas lalu melemparkan ember besi ke kepala Denji, membuat luka-luka Denji kembali berdarah mengeluarkan nanah. Setelah Asa pergi, Denji hanya bisa menghela nafas membersihkan sisa air serta membalut lukanya dengan kain lusuh. Ia kemudian berjalan terhuyung menuju gudang tempatnya biasa menaruh peralatan bersih-bersih kemudian ke atas memulai kerjanya membersihkan seluruh rumah. Bau alkohol asap rokok menyeruak di sekitar ruang tamu, begitu juga bekas botol-botol, beberapa sudah pecah berserakan di lantai. Denji berjinjit pelan menyapu serpihan kaca sampah yg memenuhi ruangan. Beberapa serpihan kaca mengenai kakinya, membuat luka-lukanya kembali berdarah mulai mengeluarkan nanah. Sakit, tapi Denji tidak perduli kembali melakukan pekerjaannya. Selesai membersihkan ruang tamu, ia ke belakang rumah untuk membakar sampah, namun sepasang mata jahat mengintainya saat Denji mulai menyalakan api. Dengan cepat orang tersebut menendang pinggang Denji dari belakang, membuatnya tersungkur. Denji membelak matanya begitu melihat siapa sosok yang sudah memukulinya itu. Wanita paruh baya dengan seringai sadisnya berjongkok sejajar dengan Denji.

"Lihatlah anak sial ini!! rupaya masih hidup kau setelah di siksa berkali-kali? hahahaha.." tawa wanita itu histeris. Badan Denji bergetar, kenapa di saat seperti ini ia harus berhadapan dengan Reze. Wanita yang juga saudara dari Asa yang sempat tergila-gila dengan Yoshida. Sejak dulu wanita itu paling sadis dalam menyiksanya bahkan bertambah parah begitu Denji menjadi kekasih Yoshida. Wanita itu pernah mendorongnya jatuh dari tangga hingga memotong kuku di jari-jarinya. Bahkan pukulan yang di terima Denji dari paman, tidak bisa di bandingkan dengan kegilaan wanita itu. Reze berjalan melewati Denji mengambil sebuah kayu yang masih memiliki bara api di ujungnya dengan senyum ganjil. Denji hanya bisa menahan teriaknya mengigit bibirnya keras saat wanita itu menempelkan bara api di sekujur tubuh Denji menimbulkan luka bakar parah.

Wanita itu bahkan menempelkan bara api ke muka Denji membuat luka bakar parah di wajahnya. Setelah beberapa jam Denji kehilangan kesadaran pingsan di tengah lebatnya salju turun. Reze tertawa sinis meninggalkan lelaki menyedihkan itu setelah puas menyiksanya, membiarkan Denji mati di tengah suhu yang makin mendingin.

Denji merasakan tubuhnya mendigin namun suasana di sekitarnya terlihat hening suram. Ia melihat sekujur tubuhnya yang tidak di penuhi luka seperti sebelumnya. Denji memejamkan matanya sebentar berusaha mencerna apa yang terjadi sepertinya ia benar-benar mati setelah pingsan di tengah lebatnya salju.Ya, tidak mungkin ia masih hidup setelah di terpa udara dingin berjam-jam dengan luka bakar parah di sekujur tubuhnya apalagi di mukanya juga. Denji melihat sekitarnya yang di penuhi kabut dan ia sedikit bergetar ketika sesosok asing keluar dari lebatnya hutan di hadapannya.

"Denji..sayang.. apakah itu dirimu?" suara lirih sosok yang semakin mendekat itu. Denji begitu mengenal suara itu walaupun lirih dan samar-samar. Itu suara kekasihnya Yoshida. Denji dengan cepat berlari menuju sosok itu memeluknya erat. wangi tubuh kekasih yang begitu di rindukannya menyesap masuk ke penciumannya.Air mata perlahan jatuh tak terkendali dari wajah Denji saat sentuhan lembut tangan Yoshida menangkup pipinya.

"Lihatlah puppy manisku ini, tidak berubah masih mengemaskan walaupun saat menangis" bisik Yoshida lembut. Denji menyentuh wajah kekasihnya itu, berharap ini bukanlah sebuah mimpi lagi.

"Yoshi..hiks..kau kembali?" tanya Denji di sela-sela tangisnya. Yoshida mendekatkan wajahnya pada Denji hingga bibir mereka tertaut mesra. Sudah lama sekali Denji tidak merasakan hangat manisnya bibir Yoshida, ia mengalungkan tangannya ke leher Yoshida agar ciuman mereka makin dalam. Rasanya ia tidak ingin bibir mereka terpisah kembali. Berada di sekitar kekasihnya itu membuat hati Denji yang mendingin kembali merasakan hangat yang menjalar. Setelah beberapa menit, mereka terlarut dalam ciuman panjang. Denji menjauhkan wajahnya sambil menatap wajah rupawan kekasihnya itu, sambil tersenyum manis.

"Yoshida..aku sangat merindukanmu, selama ini hidup terasa bagai neraka setelah kau menghilang..tapi, akhirnya kita bisa bersama kembali" bisik Denji lembut. Yoshida tersenyum damba, melihat tingkah kekasihnya yang manja dan menggemaskan itu. Ia masih memeluk pinggang Denji erat, menyalurkan segala kerinduan yang juga membuncah di lumbuk hatinya. Yoshida sangat ingin membawa Denji saat ini juga dan bersatu kembali bersama kekasihnya meuju keabadian,namun saat ini ia belum bisa karena masih ada janji yang harus di penuhinya setelah mengambil perjanjian dengan mahluk itu.

"Sayang..aku ingin sekali membawamu pergi agar kita bisa bersama selamanya..tapi tidak untuk saat ini" bisik Yoshida mengusap wajah kekasihnya yang seketika kembali murung dengan tatapan sendu. "Kenapa??kau ingin pergi lagi?" suara Denji serak, kekasihnya itu hanya mengusap wajahnya dengan tatapan dalam. "Aku sangat mencintaimu sungguh..tiada hari tanpa aku memikirkan dirimu Denji, bahkan di saat-saat terakhirku berada..hanya saja aku ingin membalaskan semua perbuatan mereka yang menyakiti kita" ucap lembut Yoshida,namun menyimpan sorot kelam amarah yang dalam. Denji masih tidak mengerti apa yang kekasihnya itu katakan karena terlalu terlarut dalam kesedihannya harus kehilangan sosok kekasihnya itu lagi. Yoshida membawa Denji kembali ke pelukannya mengembuskan napas pelan hingga membuat mata Denji semakin berat.

"Maafkan aku sayang tapi setelah semua selesai..aku akan kembali kita akan bersama selamanya" bisik Yoshida terakhir kalinya sebelum mencium bibir Denji hilang dari hadapan kekasihnya itu.

"Tidak!!" teriak Denji yang baru saja terbangun kembali dari mimpinya bersama Yoshida. Nafasnya masih memburu karena baru saja terbangun dari mimpi yang begitu nyata. Denji melihat sekelilingnya, ia kembali berada di basement, padahal sebelumnya ia ingat di siksa di tinggalkan oleh Reze. Denji menyentuh sekeliling tubuhnya, luka-luka bakar yang di timbulkan oleh Reze juga menghilang.Pelan Denji berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Hahahaha.. sepertinya aku benar-benar sudah kehilangan kewarasan!"tawa Denji miris. Pintu basement terbuka menampilkan sosok Asa yang berdiri angkuh, bersama ayah, ah bukan tapi lelaki yang membuat hidupnya menderita semenjak lahir.

"Sepertinya sudah sadar kau bajingan kecil?! Setelah membuat Reze terluka, masih punya nyali untuk melawan rupanya!!" teriak pria paruh baya itu, sambil menendang perut Denji hingga ia terpental le tembok. Denji memegang perutnya yang nyeri, namun belum sempat ia berdiri pria itu menjambak rambutnya keras menampar wajah Denji berkali-kali hingga lembab. Denji berusaha mempertahankan kesadarannya, ia benar-benar bingung sekarang. Bukankah Reze yang menyiksanya hingga malam hari? membuat luka-luka bakar yang parah hingga ia jatuh pingsan?kenapa malah saat ini pria tua itu menuduhnya yang membuat Reze terluka. Pria tua itu kembali menampar Denji keras, "Dengar anak bajingan! setelah pengesahan surat wasiat ibu gilamu itu selesai malam ini, aku sendiri yang akan membunuhmu!!" geram pria tua itu dengan tatapan benci mendorong kepala Denji hingga membentur lantai. Asa meludah di muka saudaranya yang memuakan itu kemudian tersenyum dengan keji sebelum meninggalkan basement bersama pria tua itu.Denji yang setengah sadar hanya tertawa miris melihat dirinya.Sepertinya Denji semakin akan bernasib mirip dengan ibunya yang gila berakhir bunuh diri karena tidak tahan dengan siksaan keluarga ayahnya. Malam yang semakin lebat dengan salju yang turun semakin deras, Denji menangis keras mengeluarkan seluruh sakit hati yang di alaminya hingga saat ini.

Asa menatap dirinya di cermin sambil menyisir rambutnya yang panjang. Ia senang sekali setelah malam ini, lelaki menjijikan itu akan di leyapkan tentu saja seluruh warisan juga bisa ia nikmati. Natal tahun ini akan menjadi perayaan paling meriah untuknya.

"A..sa..eng..to..long" lirih wanita yang terbaring lemah di sebelah kamarnya. Asa berdecak kesal melihat saudaranya yang sekarang terlihat memuakkan. Reze dengan luka bakar hampir di sekujur tubuhnya kini tidak bisa melakukan apapun, bahkan luka-luka bakatnya kini mengeluarkan nanah bau tidak sedap. Asa menghampiri saudara perempuannya itu sambil menahan hidungnya,agar ia tidak muntah dengan tatapan jijik. Asa mengelap nanah yang terus keluar dari luka-luka Reze sambil menggerutu harusnya saudara perempuannya itu mati saja daripada menyusahkan dirinya. Lagipula ia masih heran bagaimana bisa Denji yang lemah itu sampai membuat saudaranya terkapar seperti ini? padahal dulu Reze yang paling kejam saat menyiksa Denji terutama saat Denji berpacaran dengan Yoshida. suatu pemikiran terbesit di kepala Asa, ah.. bukankah lebih baik membunuh Denji Reze sekaligus akan lebih mudah? sampai saat ini hanya dirinya paman yang mengetahui keadaan Reze, jadi bisa saja ia membunuh Denji melimpahkan kesalahannya pada Reze. Asa yakin paman pasti setuju juga, toh Reze juga sudah tidak berguna hanya akan menghabiskan harta untuk menyembuhkannya. Setengah selesai mengelap tubuh saudaranya itu, Asa memindahkan Reze ke kamar mandi dengan sengaja menjatuhkannya hingga saudaranya itu tidak sadarkan diri dengan kepala yang bersimbah darah setelah membentur lantai. Lalu meninggalkannya di kamar mandi yang gelap.

"Satu sudah di selesaikan.. tinggal menunggu besok untuk mengeksekusi Denji" gungam Asa senang.

tbc