"Hmm..boleh juga pastanya, yah lebih baik daripada yang dulu kau masalak saat ulangtahunku dulu" sahut Yoshida sambil menyuap kembali spaghetti yang baru saja di masak kekasihnya itu. Mata Denji yang awalnya berseri-seri menjadi cemberut dengan pipi mengembung mendengar jawaban dari Yoshida. Yoshida tersenyum gemas dan mencubit pipi dari kekasihnya itu yang langsung di tepis oleh Denji.
"Apa kekasih manisku ini masih merajuk huh??" tanya Yoshida meledek. Denji yang masih kesal menjawab jutek "Huh!! Kalau masakanku tidak enak, sini biar aku buang saja" Denji berusaha mengambil piring Yoshida. Namun lelaki itu menarik tanga Denji dan menciuminya, membuat muka Denji merah merona. Kekasihnya itu selalu berhasil bersikap manis dan membuat amarahnya reda. Setelah makan malam, Denji ke balkon melihat pemandangan bintang-bintang yang indah di langit yang cerah, matanya berbinar bila mengingat sebentar lagi ia akan bisa tinggal bersama kekasih hatinya itu. Yoshida yang telah selesai mencuci piring menyusul memeluk Denji dari belakang sambil menciumi leher kekasih manisnya itu. Entah mengapa hatinya sangat merindukan Denji dan tidak ingin melepas kekasihnya sama sekali.
"Hari ini aku sangat bahagia..selama hidupku hanya kau yang mampu membuat hidupku kembali cerah, Yoshida" bisik Denji di telinga kekasihnya itu. Yoshida menatap mata Denji lekat dan menciumi bibir Denji mulai dari ciuman ringan hingga lidah mereka mulai saling tertaut. Setengah beberapa saat ciuman itu terlepas dan mereka saling menatap dalam, namun sesuatu sangat mengganjal dari tatapan Yoshida. Denji melihat raut sendu dari kekasihnya itu seakan ada sesuatu yang membuatnya sedih. "Ada apa Yoshida?kenapa sedari tadi aku merasakan sesuatu yang membuatmu sedih?" tanya Denji khawatir, ia berusaha menerka-nerka kekasihnya itu, apa mungkin Yoshida berubah pikiran mengenai rencana mereka untuk tinggal bersama di kota lain. Yoshida menghela nafas panjang sambil mencium kening kekasihnya itu dalam.
"Denji..Aku ingin kau berjanji apapun yang terjadi percayalah aku akan tetap mencintaimu dan bersamamu" bisik Yoshida dalam.Denji mulai merasakan air matanya menyesak keluar, kata-kata Yoshida seakan membuat hatinya sakit, "apa maksudmu Yoshida?apa kau ingin meninggalkanku sama seperti ibu?"tanya Denji yang mendadak menjadi emosional. Yoshida menggeleng kepalanya pelan, "tidak sayang..hanya saja perasaanku terasa gundah saat ini, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi.." Yoshida merasakan air matanya mulai mengalir, ia memeluk kekasihnya itu makin erat tidak ingin meninggalkan Denji. "karena itu.. berjanjilah untuk terus mencintaiku Denji hmm.." lirih Yoshida. Denji yang sekarang ikut menangis, mencium bibir kekasihnya dalam, menyalurkan seluruh perasaannya. Malam itu tubuh mereka saling bertaut dan menyatu, menikmati setiap detik seakan tidak ingin saat-saat ini berakhir. Denji berdoa dalam hatinya semoga saja, ia dan Yoshida bisa bersatu selamanya, tanpa siapapun memisahkan mereka.
Namun, semua tinggal harapan karena keesokan harinya Yoshida di nyatakan hilang di tengah hutan saat dirinya di ajak berburu oleh teman-temannya. Harapan Denji seluruhnya runtuh bersama dengan hilangnya kekasihnya itu. Meninggalkan Denji dengan luka yang begitu dalam sama seperti saat ibunya meninggal. Seperti saat ini juga Denji yang menangis dalam kesendiriannya di malam yang sunyi.
*
"Ah.. bagaimana dengan pemuda itu??hanya dia yang selamat di acara keluarga Hayakawa bukan?siapa..namanya?" tanya seorang lelaki berumur yang memegang memo sambil menggaruk kepalanya. "Maksud anda tuan Denji?ia masih ada di kamar perawatan, sampai sekarang belum sadar...dokter memprediksi sepertinya pasien akan sulit untuk bangun karena guncangan mental yang berat, ada juga kemungkinan tuan Denji mengalami amnesia" jawab seorang suster yang di tugaskan untuk menjaga pasien yang kini statusnya menjadi tersangka. Detektif Kisikibe menghela nafas lelah dan berpamitan pada suster yang memberinya informasi, sudah hampir 1 bulan insiden pembunuhan massal di mansion Hayakawa menggemparkan seluruh kota. Pesta malam natal yang seketika menjadi penuh darah dan mayat bergelimpangan, hampir 40 orang tamu dan 4 orang keluarga Hayakawa mati dengan cara mengenaskan, hanya tersisa Denji. Lelaki yang awalnya di kira mati oleh polisi ternyata masih hidup dan tidak sadarkan diri hingga saat ini. Penyelidikan paling rumit dan melelahkan bagi Kisikibe karena tidak ada bukti apapun yang jelas hanya beberapa indikasi kalau mayat-mayat tersebut di serang oleh semacam hewan buas tapi hewan buas seperti apa yang mampu meremukkan dan mencabik tubuh manusia dengan begitu brutal, terlebih di mansion yang malam itu di jaga cukup ketat.
Kisikibe mengacak rambutnya yang sudah setengah botak karena stress dengan kasus ini yang tak kunjung selesai begitu juga tekanan dari kepolisian pusat untuk segera mengungkap apa yang terjadi, di tambah media massa juga terus menuggu di depan rumah sakit untuk memborbardir dirinya dengan pertanyaan. Baru saja, Kisikibe akan menaiki lift menuju basement, tiba-tiba saja suster yang tadi berlari ke arahnya dengan suara terengah berteriak "Tuan detektif!! pasien Denji baru saja bangun!". Membuat kisikibe berbalik.
*
Denji melihat sekelilingnya. Bau obat dan tangannya yang terasa sedikit perih akibat infus yang mengalir, rasanya baru saja ia bangun dari mimpi panjangnya bersama Yoshida yang berakhir tragis. Kepala Denji tiba-tiba saja terasa sangat pusing ketika ia melihat bayang-bayang memori kejadian terakhir kali. Baru saja ia ingin memencet tombol untuk memanggil dokter. seorang pria paruh baya masuk ke kamarnya dengan nafas tersengal.
"Tuan Denji.. perkenalkan aku detektif Kisihikibe dari kepolisian Osaka, saat ini aku di tugaskan untuk mengungkap kasus pembunuhan massal yang terjadi malam natal sebulan lalu, apa kau ingat semua yang telah terjadi di mansion Hayakawa?" tanya Kishimibe tanpa basa basi. Denji hanya menatap kosong pria itu. Denyut kepalanya juga terasa semakin sakit. "ekhmm.. pasien Denji sepertinya masih membutuhkan waktu untuk mengingat kembali.. lebih baik dokter memeriksanya dulu sebelum di interogasi detektif" sela suster dengan sinis. Detektif kisihibe tersenyum cangung, sepertinya karena terlalu antusias ia tidak mempertimbangkan kondisi Denji yang sepertinya masih pemulihan dan binggung dengan apa yang terjadi. "uhmm.. baiklah, maaf mengganggu waktu pemulihanmu, sepertinya besok saja kita lanjutkan untuk mendapatkan ketenangan.. selamat tinggal tuan Denji" pamit pria paruh baya itu sebelum meninggalkan ruangan. Setelahnya Denji di bawa ke ruang dokter untuk pemeriksaan otak dan kejiwaannya. Denji hanya termenung dengan tatapan kosong, bahkan setelah dokter menanyakan beberapa pertanyaan sederhana, ia hanya mampu menjawab dengan gelengan atau anggukan kepala.
Saat malam tiba, Denji kembali di hantui mimpi buruk dimana ia terus berlari dari kejaran monster dan manyat bergelimpangan di sekelilingnya. Denji terus bergerak gelisah dalam tidurnya tetapi matanya seakan berat untuk bangun. Rasanya nafas serta tubuhnya tercekik sesuatu yang membuatnya sulit untuk bergerak. Hingga sosok bayangan hitam mendekat ke arah Denji, menatap Denji dengan damba sambil berbisik kalau sebentar lagi mereka akan bersama, membuat tubuh Denji perlahan rilex dan kembali tidur dengan tenang. Sosok tersebut berubah menjadi Yoshida begitu sinar bulan menerpanya, ia tersenyum manis melihat kekasihnya itu dan tidak bisa menahan hasratnya untuk menciumi setiap jengkal tubuh Denji hingga meninggalkan ruam di beberapa tempat. Denji mendesah kecil begitu merasakan rangsangan di tubuhnya, seolah seseorang sedang mengrayaginya, namun alih-alih merasa takut dan jijik, ia menikmati hal itu. Yoshida tersenyum kecil ketika melihat kekasihnya itu mulai merespon. kekasihnya ini sepertinya mulai merespon sentuhan Yoshida, rasanya ingin ia lanjutkan lebih jauh namun matahari mulai nampak membuat sosoknya transparan hingga menghilang perlahan. "Yoshi...aku merindukanmu" ucap Denji melidur saat matanya samar-samar menangkap wajah kekasihnya dan kembali tertidur hingga siang.
*
Detektif Kishikibe menghirup kopinya canggung dan masih menatap Denji yang terdiam sambil memegang cangkir tehnya. Sudah sekitar 5 menit mereka saling menatap dalam hening di cafe rumah sakit itu. sekitar siang tadi Koshikibe cukup antusias ketika mendapatkan kabar dari rumah sakit yang menyatakan Denji siap bersaksi tentang kejadian malam natal di mansion Hayakawa tapi melihat kondisi Denji yang masih terdiam dengan tatapan kosong membuat detektif paruh baya itu binggung.
"tuan Denji..jika masih sulit untukmu mengingat kejadian malam itu.. tidak usah terlalu memaksakan diri" detektif kisikibe membuka percakapan setelah tidak tahan dengan suasana canggung di antara mereka. "Tidak detektif.. sebelum aku memberikan testimoni, apakah kau ingat kasus tentang seorang pemuda bernama Yoshida Hirofumi 2 tahun lalu?" tanya Denji dengan serius. Detektif paruh baya itu cukup kaget dan wajahnya sedikit pucat karena kasus itu melibatkan sepupunya dulu. Denji melanjutkan, "Dahulu aku sempat memberikan bekas jaket Yoshida yang di penuhi darah dan aku yakin ada sebuah kuku palsu dengan kutek kuning terselip di jaket itu...aku bahkan berani bersumpah kalau kasus Yoshida itu merupakan pembunuhan berencana tapi polisi tidak ada yang percaya bahkan mengusir dan mengumpat aku mengalami gangguan jiwa..lalu 3 bulan kemudian mereka menutup kasusnya dengan alasan kecelakaan saat mendaki gunung". Denji termenung sambil melihat pantulan bayangannya sendiri pada cangkir teh yang ia pegang, mengingat kejadian yang membuat sangat sakit hati. Denji kemudian melanjutkan "Jadi...apa gunanya kalau aku memberikan kesaksian? bukankah para polisi sudah menganggap aku gila?huff.. apakah kau akan percaya kalau aku bilang malam itu ada monster aneh berkepala rusa serta serigala besar yang melakukan pembantaian di mansion Hayakawa?hahaha.." seyum miris Denji melihat wajah detektif paruh baya itu pucat dan terlihat marah. Detektif kishikibe bangkit dari tempat duduknya dengan tatapan mengancam, "Aku tidak segan-segan untuk memasukkanmu ke penjara saat ini juga Denji! Jadi lebih baik kau tidak bertingkah dan langsung mengaku saja" sinis detektif paruh baya itu sebelum pergi. Denji menatapnya datar, ia sudah tidak takut hukuman apapun. Lagipula hidup di penjara tidak ada bedanya dengan hidupnya dulu di basement mansion Hayakawa.
*
Kishikibe melempar jaketnya kasar dan menggeram rendah di apartemennya. Sungguh sial ia terus saja berhubungan dengan keluarga Hayakawa. Pertama harus menutup kasus dari kematian Yoshida karena saudaranya saat itu terlibat saat kejadian Reze yang mendorong Yoshida dan menembak lelaki itu beberapa kali hingga tewas. Wanita gila itu mengancam dan mendorong saudaranya terlibat dengan memotong mayat Yoshida serta membuangnya ke berbagai bagian hutan agar tidak ketahuan, namun penemuan jaket Yoshida ternyata membuat seluruh keluarga Hayakawa mengancam dirinya dan saudaranya. Jika ia berani mengungkapkan kasus maka ia bisa di paksa keluar dari kepolisian dan kemungkinan akan di bunuh juga oleh orang-orang gila itu. Saat itu ia dan saudaranya hanya bisa menurut karena tahu betapa berkuasanya keluarga Hayakawa, banyak perbuatan kriminal yang di lakukan keluarga itu namun setelah seluruh keluarga Hayakawa mati ternyata membawa begitu banyak orang berpengaruh ikut terlibat, menekannya lebih jauh dan mulai membuka kasus Yoshida di masa lalu. Detektif kishikibe menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya ke langit kamar, mengingat betapa kacau situasinya saat ini, sepertinya ia akan kembali mengorbankan Denji lagi agar bisa keluar dari situasi ini.
tbc
