Diclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto. Tidak ada keuntungan apa pun yang diambil melalui fanfiksi ini
Warning: Headcanon, typo, DLDR
.
.
.
Masihkah kau mencintaiku yang seperti ini?
Kau benar-benar bisa menerimaku?
Sasuke melompati dahan-dahan pohon besar, rutinitas yang membuat pria itu dapat melakukannya dengan mata tertutup. Sekelumit pemikiran melintasi kepalanya. Sepele sebenarnya, tapi cukup mengusik hari-harinya.
Sesekali pemuda itu melirik tangannya yang tak lagi utuh. Hal itu cukup mengganggu aktivitasnya, namun dia mencoba untuk membiasakan diri. Apa pun yang terjadi hidup akan terus berlanjut. Sasuke harus beradaptasi dengan keadaan ini.
Ketika Sakura menawarkan tangan palsu yang dibuat dari sel Hashirama, Sasuke menolak dengan tegas. Penolakannya mantap. Dosanya kelewat besar untuk ditebus, terlalu sulit untuk dimaafkan. Nyatanya, baik Kakashi maupun Naruto dan Sakura menerimanya dengan tangan terbuka.
Cukup. Sasuke tak akan berharap lebih.
Selanjutnya wajah merona Sakura yang gantian menghangatkan hati Sasuke. Cinta adalah kata mengerikan. Benar, Sasuke tak akan membantahnya. Sebagai keturunan Uchiha, cinta adalah makna yang terlalu dalam untuknya. Dan Sakura mencintainya lebih dalam lagi.
Segala kesakitan telah Sakura rasakan akibat perbuatannya, tapi gadis itu tak pernah membalasnya dengan benci. Rasa itu pula yang membuat Sasuke pertama kalinya meminta maaf dengan tulus pada seseorang.
Cinta Sakura, cintanya.
Egoiskah Sasuke kalau secara tersirat dia meminta gadis itu menunggu? Sentuhan di dahi Haruno Sakura adalah pengikat mereka. Ah, cinta, lagi-lagi kata itu yang terlintas.
Sudah lebih dari setengah tahun sejak Sasuke pergi. Masihkah Sakura merasakan cinta yang sama? Atau telah memudarkah cinta itu?
"Hn."
Sasuke berhenti sejenak, menyandarkan tubuhnya pada batang pohon besar. Sentuhan ringan diberikan pada tangannya yang tak sempurna. Dipandanginya bulan purnama di langit yang luas. Sesak menyelimuti dirinya. Tubuhnya menggigil membayangkan perih yang Sakura rasakan. Dibalut penyesalan, Sasuke berbalik arah.
Setidaknya, biarkan dia mendapatkan sebuah jawaban.
.
oOo
.
Sakura melewati malam demi malam dengan harapan yang sama, hari berganti menandakan semakin dekat Sasuke kembali padanya.
Deritanya menguap ketika Sasuke memberikan sebuah ucapan bermakna janji kala itu.
Sakura memahaminya, ekspresi dan bahasa tubuh yang Sasuke tunjukan padanya telah berubah sejak dia keluar penjara. Mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah sakit untuk pemulihan. Sasuke tak memberikan reaksi penolakan dalam setiap kontak fisik di antara keduanya. Mata itu tak lagi diliputi dendam.
"Sasuke-kun."
Separuh purnama menyinari malam ini seolah memahami isi hati Sakura. Menunggu Sasuke yang masih diliputi kegelapan telah dijalaninya dengan setia, apalagi ketika pemuda itu telah melepaskan kebenciannya. Memandangi sejenak bulan di angkasa melalui balkon kamarnya, akhirnya Sakura menyerah pada lelah.
Saat hendak menutup gorden kamar, betapa terkejutnya Sakura mendapati Sasuke berdiri kokoh di depan jendela kacanya yang besar. Dibukanya jendela itu dengan tergesa. Dengan tak sabaran pula dia memeluk sosok Sasuke. Rindu. Sangat rindu sampai dadanya hampir meledak. Pelukannya semakin erat, takut kalau ini hanya mimpi dan Sasuke akan menghilang sebentar lagi.
"Sakura."
Tapi Sakura tak sanggup menyahut. Bibirnya tak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Air mata yang mengalir adalah gantinya.
Mengerti akan isakan gadis itu, Sasuke balas memeluknya.
Ah, jadi ini, ya. Akhirnya Sasuke mengerti.
Kehangatan yang mengalir secara alami. Kekosongannya telah sirna, hilang tak membekas.
"Aku merindukanmu, Sasuke-kun."
Sebuah anggukan dirasakan Sakura.
"Sakura?"
"Hm?"
"Masihkah kau mencintaiku yang tak lagi utuh?"
Sakura melepaskan pelukannya, dipandanginya lamat-lamat pemuda itu.
"Pertanyaan macam apa itu, Sasuke-kun?"
Sasuke tak menjawab pertanyaan gadis itu, tapi tatapannya menuntut jawabannya sendiri.
Sakura tersenyum. Salah satu senyum paling manis yang pernah disaksikan Uchiha Sasuke.
"Aku tak akan menunggu selama ini demi fisik yang sempurna."
Lega rasanya. Lembut sekali pria itu menatap gadis yang telah menguasai hatinya.
Sakura tak dapat bergerak. Tubuhnya kaku mendapati dirinya ditatap seperti itu oleh Sasuke. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah dia bayangkan akan diberikan oleh Uchiha terakhir.
"Terima kasih … Sakura."
Pipi Sakura menghangat karena sentuhan tangan Sasuke, usapan lembut jemarinya menghapus jejak air mata. Tak lama kemudian bibir mereka telah saling bersentuhan.
.
.
.
End
Happy Canon Day, SSL!
