"Jadi, apa yang terjadi pada Cephiro? Mengapa semua tampak berbeda? Benarkah ini karena kematian sang Pillar?"

Hikaru sudah tahu jawabannya dari Presea, tetapi ia mengharapkan lebih, terutama untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Adakah jalan lain bagi Cephiro?

"Cephiro telah kehilangan Pillarnya. Sang Pillar menjaga negeri ini dengan kekuatan harapannya. Ketika Sang Pillar tiada, negeri ini kehilangan penyangganya... Negeri ini pun runtuh. Untuk bertahan, orang-orang di antara kami yang memiliki energi mental yang kuat menciptakan kastil dan pelindungnya untuk menyelamatkan rakyat Cephiro."

"Jadi, kastil ini dibuat dengan kekuatan mental?" tanya Fuu.

"Sejauh ini kami mampu mempertahankannya, tetapi ini tidak akan lama. Jika kami tidak menemukan Pillar yang baru sesegera mungkin untuk memperbaiki keseimbangan di alam, Cephiro akan menghilang."

"Mengerikan..." Umi terbelalak.

"Cephiro akan menghilang dalam arti yang sebenarnya, baik bumi, makhluk-makhluknya... juga namanya." Clef terdiam. Ia memikirkan sesuatu yang sesungguhnya ia ragu untuk menyampaikannya. "Namun, sesungguhnya kini, selain kehancuran yang kalian lihat, ada ancaman lain yang datang dari luar Cephiro."

Dengan tongkatnya, Clef menyibak langit-langit. Langit-langit itu terbuka dan terlihatlah langit hitam Cephiro... Perhatian semua orang tertarik pada pemandangan itu.

"Bintang..." bisik Hikaru.

"Itu bukan bintang." Pemandangan di langit itu semakin lama semakin jelas. Apa yang disebut Hikaru sebagai bintang mulai menunjukkan wujud aslinya. "Itu kapal perang. Bala tentara dari negara lain yang mendekati Cephiro..."

"Apa?" Umi menajamkan penglihatannya.

"Apa maksudmu dari negara lain?" tanya Fuu. Ia berharap ide dalam kepalanya adalah salah besar. Dalam kondisi ini, tidak mungkin Cephiro pun sedang berperang dengan negara lain!

Tiga kapal perang raksasa melayang-layang jauh di atas langit Cephiro, melampaui tingginya awan-awan gelap. Ketiga berbentuk seperti satelit buatan yang mengelilingi bumi, terbuat dari logam atau dilapisi bahan-bahan kuat lainnya, serta panel-panel. Hikaru, Umi dan Fuu dapat melihat lampu-lampu yang berkedip-kedip di badan kapal perang itu.

"Mereka adalah negara-negara selain Cephiro." Clef mengangkat tongkatnya dan menunjuk. "Autozam." Terlihat kapal perang berwarna perak dengan moncong dua kanon raksasa yang mengarah ke Cephiro. Kapal perang itu memamerkan persenjataan-persenjataan mereka. Di sekitarnya, berseliweran robot-robot terbang...

"Chizeta." Kapal perang Chizeta memancarkan cahaya jingga. Badan utamanya terhubung dengan dua bagian lainnya di depan dan di belakang, yang membuat kapal itu terlihat seperti hewan yang berkepala dan berekor.

"Fahren." Yang terakhir terdiri atas kapal-kapal kecil yang sambung-menyambung dan mengular panjang. Bagian-bagian itu dapat memisahkan diri satu sama lain atau kembali terhubung, terbang dalam gerakan berpusing cepat...

"Mereka sangat besar..." bisik Umi. "Mengapa kita tidak melihatnya sebelumnya?"

"Mereka mungkin menyembunyikan keberadaan mereka..." jawab Ferio. "Jika kuperhatikan, mereka pun saling menyerang. Mereka berperang satu sama lain. Pertempuran mereka beberapa kali pecah di atas sana. Mereka adalah ancaman, tetapi dengan permusuhan mereka yang seperti itu, sedikit banyak Cephiro terselamatkan."

"Namun, Cephiro tidak aman sama sekali," kata Clef. "Dahulu, ketika Sang Pillar masih hidup, ia melindungi Cephiro dari ancaman-ancaman luar semacam itu. Siapapun yang menyerang Cephiro akan ditolak oleh dinding tak terlihat yang diciptakannya. Mental shield... yang luar biasa. Setelah kematiannya, jalan bagi negara lain untuk menyentuh Cephiro terbuka lebar. Mereka bisa memasuki Cephiro dengan bebas..."

Hikaru mencoba melihat baik-baik dan menemukan sesuatu. "Apakah jalur yang bercahaya itu?" tunjuknya. Ia menelusurinya. Cahaya dari jalur yang membentuk seperti saluran yang membelah langit itu tampak kuat dan jelas di sekitar kapal perang masing-masing negara, tetapi semakin lemah di dekat Cephiro.

"Itulah jalan yang aku maksudkan. Sedikit demi sedikit jalan itu menembus wilayah udara Cephiro dan mereka akan sampai di daratan."

"Apakah itu permanen?" tanya Umi.

"Akan menghilang jika pembuatnya pergi dari Cephiro."

"Mengapa mereka menghendaki negeri yang hancur ini?" tanya Hikaru tak bisa mengerti. "Tidak masuk akal. Mengapa mereka memperebutkan Cephiro?"

"Tidak. Mereka punya alasannya." Clef menunduk. Ia teringat sesuatu yang menyakitkan jauh di masa lalu, sebuah peristiwa yang menghapuskan eksistensi satu negara yang pernah ada. "Mereka yang kuat dapat menduduki Cephiro untuk meluaskan wilayah negara mereka. Sekalipun hancur, Cephiro tetaplah tanah yang berharga jika mampu dipertahankan."

Clef memunculkan bola dunia di tengah-tengah mereka. Hikaru, Umi dan Fuu dapat melihat kemiripan dunia ini dengan dunia tempat mereka berasal, hanya saja hanya ada satu benua yang luar biasa luas dan satu samudra yang mengelilinginya.

"Inilah Cephiro, dunia di mana kita berada." Clef lalu menunjuk sebuah negara yang terletak jauh dari ekuator, di wilayah kutub bagian utara. Wilayah itu berwarna putih. "Orang-orang Fahren selalu menderita oleh tempat hidup mereka yang selalu membeku dan bergunung-gunung terjal. Mereka mencari tempat di mana matahari bersinar sehingga memungkinkan mereka untuk membangun peradaban."

Clef kembali menunjuk, kini di daerah sekitar ekuator yang berwarna merah. "Bangsa Chizeta membutuhkan wilayah untuk tempat hidup rakyat mereka. Mereka bangsa dengan populasi penduduk yang luar biasa besar." Tidak seperti Fahren, Chizeta berbatasan langsung dengan Cephiro. "Chizeta adalah negara padang pasir... Mereka tak memiliki kekayaan alam yang memadai untuk menghidupi rakyat mereka. Selama ini mereka bergantung pada Cephiro."

Terakhir, Clef menunjuk wilayah tengah yang tampak kelabu, di sebelah utara Cephiro. "Autozam juga membutuhkan tempat hidup. Mereka mengalami kerusakan lingkungan yang parah."

"Tapi, bagaimana mereka yakin dapat mewujudkan ambisi mereka?" tanya Fuu. "Cephiro benar-benar hancur dan mungkin akan menghilang. Rakyat Cephiro tentu juga akan melawan, bukan?"

"Mereka memiliki caranya, yang sayangnya berpengaruh mutual terhadap Cephiro."

"Jangan katakan..." Fuu mendekap mulutnya. "Jangan katakan mereka akan mencapainya dengan menjadikan salah seorang dari mereka Pillar Cephiro..."

"Kau tajam, Fuu." Hikaru dan Umi pun terbelalak. "Orang-orang dari luar Cephiro dapat menjadi Pillar Cephiro. Hanya dibutuhkan satu hal agar seseorang dapat menduduki posisi Pillar... yaitu hati yang sangat kuat."

"Jika salah seorang dari negara penyerang menjadi Pillar," Ferio menambahkan, "maka bangsa Cephiro tak punya pilihan lain selain menerimanya. Karena itu, tidak perlu ada perlawanan. Kehancuran pun akan berhenti. Cephiro akan pulih seperti sedia kala. Negeri ini adalah kepunyaan Sang Pillar. Sang Pillar berhak melakukan apa saja pada Cephiro."

Clef menatap jalan-jalan di langit Cephiro. "Jika mereka mampu membuat jalan tersebut sampai sejauh ini, mungkin saja ada seorang dari mereka yang memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang Pillar. Siapapun ia, ia akan kembali menciptakan kedamaian dan melindungi Cephiro..."

"Apakah Cephiro benar-benar membutuhkan seorang Pillar untuk bertahan?" Hikaru menyentuh gambaran bumi di hadapannya. Ia menelusuri garis batas antara negara Cephiro dan Autozam... memandangi setiap lekuk alamnya, membayangkan keindahan yang seharusnya ada di situ, yang mungkin akan kembali musnah suatu saat nanti di masa depan.

"Hikaru, Umi, Fuu..." panggil Clef setelah beberapa lama mereka semua diam. Ketiganya menoleh pada Clef. "Ada hal penting yang hendak aku sampaikan kepada kalian," kata Clef dengan wajah begitu serius. "Cephiro tidak memiliki seorang Pillar, tetapi hanya Pillar-lah yang mampu memanggil orang-orang dari dunia lain dengan mantra pemanggil. Aku tidak tahu siapa yang memanggil kalian untuk kembali ke Cephiro... dan Cephiro sebentar lagi akan berubah menjadi medan perang. Kalian telah melakukan banyak hal untuk Cephiro. Karena itu, kali ini kalian tidak perlu melibatkan diri dalam perang yang dihadapi Cephiro."

"Clef..." Mengapa Clef berkata seperti itu? Hikaru bertanya-tanya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Clef sudah melanjutkan kalimatnya.

"Aku benar-benar tidak tahu siapa, tetapi orang itu tentu memiliki hati yang sangat kuat hingga dapat memanggil kalian ke Cephiro. Saat ini, Cephiro tak punya jalan lain kecuali menemukan orang tersebut sekalipun caranya adalah dengan membuka diri terhadap negara lain. Itulah jalan yang akan menyelamatkan Cephiro..."

"Clef," Hikaru sangat ingin mengatakannya.

"... Aku akan mencari orang itu. Selama itu, kalian tinggallah di kastil bersama rakyat Cephiro-"

"Clef!" Hikaru setengah berteriak.

Clef pun terdiam. Ia menghindari tatapan mata Hikaru. Lewat tatapan mata gadis itu, sejak tadi ia sudah tahu apa yang akan dikatakannya. "Tidak."

"Clef, aku akan berjuang bersamamu!" kata Hikaru sangat tegas dan semua orang terperanjat, tak percaya pada keputusannya. Suasana menjadi tegang menyaksikan perdebatan mereka.

"Hikaru, tidak ada alasan bagimu untuk berperang bersama kami!"

"Aku akan ikut bertempur!"

"Tidak ada yang bisa kau lakukan dengan perang kali ini! Kau tidak tahu siapa yang memanggilmu! Kau pun tidak tahu mengapa kau ada di sini!" kata Clef keras. Setelah semua tragedi dan kesedihan yang magic knight alami, ia tidak bisa membiarkan mereka kembali terluka. "Kau tak bisa melibatkan diri! Kau bisa mati!"

"Kau salah, Guru. Alasan itu ada di dalam hatiku." Clef terbelalak. "Aku merasa, aku harus bertempur bersamamu. Semua orang berjuang demi apa yang mereka inginkan dan inilah yang aku inginkan. Dari apa yang terakhir terjadi, aku mendapatkannya. Walaupun menyakitkan, aku belajar. Selama pertarungan kami, Putri Emeraude berusaha membunuh kami dengan bagian hatinya yang mencintai Zagato. Hatinya sangat sedih karena kematian Zagato, tetapi ia tetap berusaha menyelamatkan Cephiro dengan apa yang tersisa dalam dirinya sebagai seorang Pillar... Putri Emeraude sangat mencintai negeri ini. Itulah mengapa aku berpikir bahwa ia sangat takut negeri ini menderita. Dengan kematiannya, ia melindungi Cephiro. Magic knight yang membunuhnya, juga ingin melindungi Cephiro! Clef, kau pernah menceritakannya padaku bahwa negeri ini dahulu begitu indah dan damai, tetapi... aku belum melihat Cephiro yang sesungguhnya."

Cephiro yang sesungguhnya?! Apa yang dibicarakan gadis ini? Mengapa ia bisa berkata seperti itu? Ia tidak bisa mencegahnya. Tiba-tiba saja, sesuatu yang menggelisahkan memasuki hati Clef. Ia merasa pernah mengalami situasi seperti ini, tetapi ia tidak yakin.

Umi yang sedari tadi mendengarkan Hikaru, mulai memahami perkataan Hikaru. Ia menyadari kesungguhan tekad Hikaru ketika ia mengajak dirinya dan Fuu kembali ke Cephiro. "Guru, kami bertiga telah berkembang..." Ia ingin mendukung Hikaru karena apa yang diinginkan Hikaru adalah keinginannya pula. "Tidak hanya kemampuan bertarung kami, tetapi juga hati kami. Kau dapat percaya pada kami."

"Umi benar," sambung Fuu. "Sebelumnya, kami hanya berpikir ingin pulang ke dunia kami, tetapi sekarang berbeda. Kumohon, biarkan kami ikut melindungi Cephiro."

"Kalian..." Clef mengerang marah pada dirinya sendiri. Ia tak bisa menghentikan tekad mereka.

"Jangan menghentikan kami, Guru," kata Hikaru. "Aku pun ingin menemukan ia yang membawa kami ke sini." Entah sejak kapan, menemukan siapa orang itu telah menjadi misi besarnya.

"Siapakah dia?" Ferio ikut bertanya. Ia memandang Hikaru dengan tatapan penuh tanya. "Ia tentu Sang Pillar."

Clef akhirnya menyerah. "Baiklah."

"Presea," kata Hikaru mengangkat wajahnya. Semangat membara dan kesungguhan terlihat jelas di wajahnya. "Tolong pinjami kami senjata agar kami dapat bertempur."

Entah mengapa, ia ingin menangis. Dengan suara bergetar, Presea mengucapkan mantra untuk memanggil tiga senjata milik magic knight yang selama ini disimpannya. Tiga pedang itu kembali hadir di tengah-tengah mereka dan masing-masing magic knight mengambil milik mereka. "Bagaimana jika kalian akan kembali terluka?" tanyanya. Ia ingin ketiga gadis itu memikirkan kembali keputusan mereka.

Hikaru memahami kekhawatiran Presea, tetapi rasa takut dan ragu-ragu adalah hal yang harus dikalahkan. "Sekalipun akan ada sakit, aku tidak akan menyesalinya. Kami tidak akan menyerah. Kami tahu apa yang kami inginkan." Presea terperanjat. Umi dan Fuu pun mengangguk.

"Memang kalian tidak bertekad untuk mundur..." rutuk Clef sambil menggeleng. "Kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan!" Senyum pun merekah di wajah ketiga gadid. "Aku akan memunculkan kembali magic dan pelindung pada diri kalian. Terimalah!" Clef merapalkan sesuatu, lalu mengetukkan tongkatnya ke lantai.

Hikaru, Umi dan Fuu terkejut ketika mendapati diri mereka bercahaya merah, biru dan hijau, lambang karakter magic yang mereka miliki. Hikaru merasakan kekuatan apinya yang panas bergejolak. Umi merasakan airnya yang dingin menyejukkan mengalir cepat. Fuu merasakan anginnya yang lembut berhembus dengan kekuatan yang besar. Penampilan mereka pun berganti. Sebuah gem terpasang di tangan mereka dan melindungi tubuh mereka, pakaian tempur dan pelindung.

"Kini kalian dapat menggunakan kekuatan kalian. Seiring dengan kematangan diri kalian, kalian juga akan menguasai kemampuan dan mantra-mantra baru," kata Clef. "Hikaru, Umi, Fuu... Gunakanlah kemampuan tersebut sebaik mungkin terutama untuk melindungi diri kalian sendiri dari bahaya."

"Kami mengerti," Umi dan Fuu mengangguk bersamaan.

"Guru Clef, Ferio, Presea... Terima kasih," Hikaru tersenyum kepada mereka.