Chapter 2:
Chifuyu tak tahu keluarga Naruto, bahkan pemuda pirang itu tak pernah sekalipun memberitahu masalah pribadinya. Dia seolah menyembunyikan masalahnya sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pernah sekali waktu Chifuyu mencari tahu tentang Naruto saat sekolah, namun dia hanya mendapatkan informasi tentang pemuda itu yang tinggal sendirian di sebuah apartemen, dan bekerja paruh waktu sebagai penjaga kasir di sebuah minimarket yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Chifuyu tak bisa berasumsi sembarang tentang Naruto, pemuda itu terlalu misterius, bahkan teman-teman Naruto tak tahu pemuda itu punya orang tua atau tidak.
Hal itu berlanjut sampai sekarang, Chifuyu sekarang tahu jika apartemen Naruto pindah ke gedung yang dia tempati sekarang.
"Menikahlah denganku."
Sebuah kalimat yang keluar mulut pemuda itu, ajakan untuknya menikah. Chifuyu tak langsung menyetujuinya, karena jawaban yang dia berikan terdengar ambigu.
Dia penasaran dengan kehidupan Naruto, serta apartemen yang ditempati pemuda itu, hanya rasa penasaran saja.
"Kita akhiri pelajaran hari ini," Chifuyu membereskan buku-bukunya, dia pun pergi dari kelas yang telah di ajarinya. Wanita itu mengangkat tangannya untuk melihat arloji yang dikenakannya.
Hari sudah sore, Matahari pun mulai tenggelam. Chifuyu segera ke ruang guru untuk mengambil berkas lain dan pulang ke apartemennya.
Dia berpamitan pada guru lain, dan bergegas keluar sekolah.
Di depan gerbang sekolah, dia melihat sosok pemuda pirang yang sedang berdiri bersandar di dinding gerbang sekolah.
"Kenapa kau kemari?"
"Bernostalgia?"
Naruto pun melangkah masuk ke dalam sekolah, dia menggandeng pergelangan tangan Chifuyu untuk ikut bersamanya.
Wanita itu mengerutkan dahinya saat dia ditarik oleh Naruto, dia tak tahu akan dibawa kemana oleh si pirang itu.
Kebetulan juga sekolah itu agak sepi, karena guru serta muridnya sudah mulai pulang ke rumah mereka masing-masing. Mungkin hanya ada heberapa guru di dalam, dan mereka masih mengurus beberapa hal.
Chifuyu masih bingung akan dibawa kemana dirinya. "Mau dibawa kemana?"
"..."
Chifuyu mengerutkan dahinya, dia tak mendengar jawaban Naruto. "Kau benar-benar aneh Naruto."
Chifuyu terus ditarik Naruto, dia membawa wanita itu ke sebuah ruangan, tempat itu adalah sebuah kelas yang sudah kosong.
Naruto melihat ke sekitar, lebih tepatnya ke lorong sekolah, dia tak mendapati seseorang di sekitar ruangan kosong itu, Chifuyu diam saat melihat kelakuan Naruto.
Pemuda itu segera menutup kelas, kemudian berjalan mendekati Chifuyu.
"Kau mau melakukannya disini?"
"Menurut sensei?"
Chifuyu menghela napas, dia kemudian melepas jas guru yang dikenakannya, Chifuyu duduk di salah satu meja dikelas tersebut. Wanita itu melirik Naruto yang masih berdiri tepat di depannya, Naruto tersenyum tipis seolah libidonya tak naik sama sekali.
Senyuman menggoda Chifuyu menghilang, benar-benar aneh. Naruto pemuda misterius yang membuatnya penasaran.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?"
Chifuyu menggigit bibir bawahnya mendengar pertanyaan balasan yang di ajukan Naruto. "Kenapa kau menjawabnya dengan sebuah pertanyaan? Kenapa kau seolah tak bernafsu? Kenapa Naruto?"
"Sensei..."
"Panggil Chifuyu, aku sudah bukan gurumu lagi."
Naruto terdiam mendengar balasan Chifuyu barusan, nada yang Chifuyu keluarkan terdengar datar oleh telinganya, benar-benar dengan nada malas yang kemarin dia keluarkan.
Naruto sudah lama tak mendengar nada datar yang dikeluarkan oleh Chifuyu, pemuda itu tersenyum kemudian mengambil sebuah kursi untuk dirinya duduk. Naruto duduk tepat di depan Chifuyu yang tengah menatapnya datar.
"Jadi ada apa?"
Naruto tak menjawabnya, dia berjalan mendekati Chifuyu menyentuh pipi putih wanita itu, kemudian mencium Chifuyu dengan lembut. Chifuyu menerima ciuman tersebut, dia memeluk leher Naruto dan memperdalam ciuman mereka. Kedua tangan Naruto mengangkat kaki Chifuyu, dan kedua bagian intim mereka saling bersentuhan.
Chifuyu benar-benar menikmati ciuman tersebut, dia yang tadinya kesal pun menjadi lunak pada Naruto akibat ciuman tersebut. Pemuda itu benar-benar bisa meredam kekesalan Chifuyu padanya.
"Kau... Kau... Murid sialan..."
"Aku mantan muridmu."
Keduanya kembali saling berciuman mesra, sampai beberapa menit kemudian, Chifuyu melepas ciumannya, dia menunduk dengan wajah cantiknya yang merona.
"Lihatlah, wanita dewasa yang menunduk malu seperti remaja."
"Diam kau!"
Chifuyu menggigit bibir bawahnya, dia benar-benar malu, wajahnya berubah menjadi seperti kepiting rebut saat ini.
"Naruto..."
"Hm?" Chifuyu kembali memeluk leher Naruto. "Ada apa?"
"Aku ingin tahu semua tentang dirimu."
Naruto terdiam sejenak, dia memang menutup diri dari semuanya, termasuk teman sekolah yang dekat dengan dirinya.
"Aku tak ingin semua tahu, tentang diriku."
Chifuyu menatap Naruto. "Kenapa? Kenapa kau tak memberitahu semua tentang dirimu? Aku ingi tahu dirimu, siapa dirimu, dan apa dirimu?"
"Kau ingin tahu aku?" Chifuyu mengangguk kecil, dia menatap Naruto dengan penuh harap. "Kau ingin tahu?"
"Ya!"
"Aku..."
"Kau?"
"... Tampan."
Chifuyu menepuk kepala Naruto dengan keras.
-o0o-
Keesokan harinya.
-o0o-
"Kau berpikir bahwa aku pemuda kaya raya yang sangat misterius? Kau salah, aku hanya pemuda biasa yang keluar dari rumahnya untuk hidup mandiri." Naruto dan Chifuyu saat ini berada di kediaman sederhana Naruto yang ada di sudut kota. Kediaman Naruto sangat sederhana dengan toko kelontong yang saat ini masih buka.
"Huh?"
"Kaachan, aku pulang!"
Kushina yang kebetulan menjaga pun terkejut melihat putranya pulang. "Oh, selamat datang!" Kushina segera menghampiri Naruto yang masuk ke dalam toko kelontong itu. "Kau membawa calon istri? Atau pacar?" Kushina memicingkan kedua matanya melihat kedatangan Naruto dan Chifuyu.
"Keduanya mungkin," ujar pemuda itu di akhiri dengan tawa hambarnya. Chifuyu terdiam, dia menatap Kushina dengan intens. "Ada apa?"
"Ku-kushina-sensei!"
"Woah, Chi-chan."
Naruto terkejut. "Chi-chan?"
"Itu nama kesayanganku pada Chifuyu. Sebelum aku menikah, aku pernah menjadi seorang guru di sekolah menengah atas, dan Chifuyu adalah muridku." Naruto hanya mengerjapkan kedua matanya mendengar penjelasan Kushina barusan. "Otak bodohmu itu tak akan mengerti."
Chifuyu terkejut mendengar perkataan Kushina barusan, padahal di sekolah Naruto terkenal pintar. "Anu, sensei..."
"Panggil Kushina saja."
"Um, Kushina-san, apa kau benar-benar ibu Naruto?"
"Yah, seperti itulah. Masuklah!" Naruto mengangguk, dia menggandeng tangan Chifuyu untuk masuk ke dalam, sementara Kushina menutup toko kelontongnya.
"Anu."
"Tak apa, ini hanya sebentar."
Chifuyu sebenarnya tak enak melihat Kushina-mantan gurunya itu menutup toko kelontong hanya untuk dirinya dan Naruto.
Beberapa saat kemudian, Kushina telah selesai menutup toko, kemudian dia membuatkan minuman untuk Chifuyu dan Naruto.
"Kaachan, mana Naruko?"
Kushina meletakkan nampan berisi jus jeruk di atas meja. "Adikmu masih di-"
"Aku pulang!"
"Nah, baru juga di omongin."
Naruko-orang yang dimaksud Naruto pun berjalan masuk ke ruang tamu.
"Kaachan, ada tamu kah-Ugh, Naruto-niichan, dan... Ohh... Kau membawa cewe ternyata."
Naruto memicingkan matanya. "Masih belum resmi kok."
"Heee, begitu ya? Kalau begitu semoga sukses niichan." Naruko pergi ke kamarnya dengan tawa kecil yang keluar darinya.
Naruto seolah tak memperdulikan Naruko. "Kakak adik benar-benar persis," komentar Chifuyu, wanita itu kemudian meminum jus jeruk yang diberikan Kushina.
"Hey, hey, bagaimana hubungan kalian?" Tanya Kushina penasaran. "Kaachan penasaran dengan hubungan kalian, sudah sampai mana."
"Touchan mana?" Tanya Naruto berusaha mengalihkan topik.
"Masih mengantar barang, sudahlah jangan mengalihkan topik, bagaimana hubungan kalian?" Naruto diam tak menjawab pertanyaan Kushina barusan, dia melirik Chifuyu yang tengah mengalihkan pandangannya ke arah lain. Naruto menjahili Chifuyu dengan memegang paha wanita itu, membuat Chifuyu terkejut. "Kenapa kalian malah bermesraan di depanku?"
Chifuyu mencubit punggung tangan Naruto. "Maafkan atas ketidak sopananku."
Kushina mengayunkan tangannya. "Tidak, tidak, kau tak usah minta maaf begitu, aku tak mempermasalahkan hal itu, Chi-chan."
Chifuyu menunduk malu. "Tolong... Jangan panggil aku dengan nama itu..."
"Chi-chan." Naruto menyahut memanggil Chifuyu dengan nama kecilnya.
"Diam kau!"
Kushina tertawa mendengar keduanya. "Aku sepertinya melihat keakraban kalian berdua, jadi aku tak akan heran jika hubungan kalian sudah ada di tahap tidur bersama."
"Kushina-san!"
"Yap, aku sudah meniduri wanita ini." Kepala Naruto di tampol oleh Chifuyu.
Kushina hanya tertawa mendengar perkataan Naruto barusan. "Yah, kaachan tak akan masalah, selama Naruto bisa bertanggung jawab akan Chi-chan." Kushina meminum jus jeruknya.
Ketiga orang itu terdiam sejenak dan meminum jus jeruk yang sudah Kushina buatkan.
"Kami akan menikah, kaachan."
"..."
"..."
Wajah Chifuyu merona hebat, Kushina menyemburkan jus jeruk yang dia minum pada Naruto. "Kau bercanda?!"
"Na-naruto!"
Naruto dengan entengnya mengangkat kedua bahunya. "Kau tak bercanda sama sekali, terlebih aku beberapa kali mengeluarkannya di dalam."
"Naruto!"
Kushina menepuk dahinya, putranya ini terkadang bisa jadi aneh. "Kamarmu masih kaachan bersihkan, jadi kau bisa menggunakannya."
"Ohh terima kasih kaachan!"
"Tapi, jangan berisik!"
Chifuyu menundukkan kepalanya malu, sementara Naruto hanya tertawa renyah mendengar perkataan Kushina barusan.
-o0o-
Jarum jam menunjuk ke angka sembilan, dan Chifuyu belum bisa menutup kedua matanya. Dia wanita tomboy, tapi bisa malu seperti gadis pada umumnya.
"Tak bisa tidur sayang?"
"Di-diam kau!"
Saat ini, Chifuyu dan Naruto tidur di dalam satu futon. Kebetulan, Kushina menyimpan satu futon bilamana ada tamu yang menginap.
"Sekarang sudah tak penasaran?"
Chifuyu menoleh ke Naruto, dia benar, Chifuyu tak lagi penasaran akan keluarga Naruto. Pemuda itu memang benar-benar tak ingin keluarganya terekspos oleh orang lain.
Termasuk dirinya.
"Kenapa?"
"Hanya ingin saja, biar dikira aku orang yang misterius." Sebuah alasan yang sangat konyol keluar dari mulut Naruto. "Aku bercanda, alsaanku yang sebenarnya adalah, aku tak mau terlihat menonjol."
"Tapi kau menonjol karena kau misterius."
Naruto tetawa mendengar jawaban Chifuyu barusan. "Biarin, lagipula mereka tak bertanya lebih lanjut tentang keluargaku." Naruto bergerak menyamping, dia menatap wajah Chifuyu. "Aku beruntung mendapatkan guru tomboy sepertimu."
Chifuyu terdiam sebelum akhirnya dia menutup wajahnya karena malu. "Di-diamlah!"
Naruto kembali tertawa. "Jadi kau mau menikah denganku?"
Chifuyu terdiam sejenak mendengar permintaan dari Naruto barusan, dia menoleh menatap Naruto yang sedang tersenyum padanya. Chifuyu menghela napas, dia tersenyum pada Naruto.
"Aku... Menerima pinanganmu, Naruto..."
Naruto tersenyum lebar, dia langsung beranjak merangkak di atas tubuh Chifuuyu.
"A-apa yang kau lakukan?!"
"Memperkosamu!"
...
..
.
End
