Kenyamanan Saint
Summary
Mereka adalah teman masa kecil, tidak hanya tumbuh besar demi kedamaian, tapi juga hidup bahagia sebagai pasangan.
.
.
.
Disclaimer
Naruto dan Seiken Gakuin no Makentsukai dimiliki oleh pemiliknya masing-masing. Author hanya meminjam mereka demi kepentingan fanfic ini.
.
.
Genre
Utama: Romance
Selingan: -
.
.
Pairing
[Uzumaki Naruto x Riselia Ray Crystalia]
.
.
Dua anak kecil nampak berlarian di halaman belakang rumah ini. Satu anak lelaki berambut kuning dan satunya anak perempuan berambut perak. Mereka sedang mengejar seekor capung yang terbang dengan cepat.
"Waah! Dia cepat sekali, Naru!"
"Jangan nyerah, Lia! Kita pasti bisa nangkepnya!"
Lia mengangguk dan kembali bersemangat.
"Um!"
Saat capung turun di batang pohon, anak lelaki itu langsung menangkap dengan tangannya, berbalik lalu melihat temannya antusias dengan pencapaiannya.
"Gimana? Kamu dapet gak?"
Dia menyengir lalu membuka tangannya. Mata anak perempuan itu berbinar saat melihat capung itu terjebak dalam bola cahaya transparan hijau.
"Waah keren!"
"Hehe, aku gitu loh!"
Keduanya berseri satu sama lain. Kemudian, dia berkonsentrasi dan capung itu bebas dari penjara sihir tersebut. Anak perempuan itu cemberut dengan perbuatannya.
"Muu, kenapa dilepas? Padahal aku mau membawanya ke istana buat dijadiin peliharaanku."
"Yah, habisnya, kata ibu gak semua hewan harus dijadiin peliharaan, karena kebanyakan mereka itu pada hidup bebas."
Dia berkedip lalu tersenyum malu.
"Oh, ehehe, gitu rupanya, aku baru tau sekarang jadi maaf deh."
Anak lelaki itu hanya menyengir. Mereka melihat seorang pelayan wanita datang
"Tuan muda, nyonya dan tuan sudah menunggu kalian di ruang makan," jelas si pelayan.
Keduanya melirik satu sama lain.
"Oh, aku lupa kita harusnya makan siang sekarang."
"Kalau gitu ayo kita pergi. Takutnya Bibi Kushina dan Paman Minato nungguin lama lagi."
"Yup."
Mereka masuk ke dalam rumah. Pelayan wanita itu hanya tersenyum dan mengikuti keduanya dari belakang.
Menjelang malam hari.
Dua orang tampak menjelajahi reruntuhan ini bersama-sama. Satunya adalah seorang lelaki dengan rambut kuning dan mata biru, di sisi lain, satunya lagi merupakan seorang gadis berambut perak dan mata biru. Keduanya mengenakan pakaian hampir sejenis; yaitu seragam khusus berupa baju putih berlengan, dasi hitam, dan blazer berwarna biru-laut. Tentunya itu dimodifikasi sesuai jenis kelamin masing-masing.
"Kudengar kita akan menghadapi salah satu kriminal berbahaya, jadi untuk jaga-jaga, kita harus tetap waspada."
"Selain itu, kita juga harus menyelamatkan anak-anak yang diculik olehnya, jadi kegagalan gak boleh ada dalam misi ini."
Lelaki itu tersenyum.
"Kau terlalu bersemangat, tapi itu yang kusuka darimu, Riselia."
Gadis itu merona.
"M-Mou, jangan sekarang juga, Naruto."
Keduanya adalah Naruto Namikaze dan Riselia Ray Crystalia. Sepasang murid dari [Excalibur Academy] yang ditugaskan dalam misi ini. Alasan mengapa mereka dipilih karena kinerja Naruto dan Riselia lebih unggul jika dibandingkan dengan kinerja teman-teman satu angkatan mereka.
Di sisi lain, [Void] merupakan nama ras monster yang berasal dari dimensi lain, dan muncul ke dunia ini lalu membuat kekacauan sampai menewaskan 1/4 dari jumlah populasi umat manusia. Namun, setelah jatuhnya banyak korban, tiba-tiba umat manusia mendapatkan kekuatan yang mampu digunakan dalam melawan para [Void]. Alhasil para [Void] terpukul mundur sementara umat manusia memenangkan pertempuran, tapi tidak dengan peperangan.
Oleh sebab itu, demi mencegah korban berjatuhan lagi, umat manusia membentuk benteng pertahanan terakhir yang dinamakan [Assault Garden]. Tak hanya itu, mengingat sikap [Void] yang kejam dan buruk, maka orang-orang yang mempunyai kemampuan hebat tersebut dinamakan [Saint, sementara nama dari kekuatan itu sendiri adalah [Excalibur].
"Hehe."
Mereka berhenti tepat di depan sebuah pintu usai lama berjalan. Pintu ini terlihat kuno dengan ukuran megah. Naruto meletakkan tangannya di pintu dan matanya terpejam. Dalam sekejap, lingkaran sihir ungu dengan aksara kuno muncul di pintu, lalu perlahan mantra itu retak sebelum pada akhirnya hancur berkeping-keping.
Naruto membuka matanya dan melirik ke arah gadis itu.
"Kau siap?" tanya Naruto.
"Kapanpun," balas Riselia.
Naruto membuka pintu dan bersama Riselia masuk ke dalam. Keduanya melihat lorong yang tampak mengarah ke suatu tempat. Mereka saling mengangguk kemudian berjalan lurus. Keheningan menyelimuti perjalanan. Riselia tiba-tiba mèmeluk tangan laki-laki itu saat seekor tikus lewat.
"Masih takut tikus, eh?"
"Y-Ya habisnya, mereka itu tukang bully."
Naruto terkekeh sementara Riselia cemberut.
"Kau tunangan yang buruk."
"Maaf."
Sambil berjalan, keduanya memperhatikan ada penerangan lebih di depan sana, lalu terus bergerak hingga tiba di suatu area luas. Jika diperhatikan dari atas, wilayah ini membentuk semacam lingkaran penuh, dengan berbagai obor api memenuhi setiap sisi gua. Namun, keduanya memperhatikan ada seorang pria berjubah sedang bersandar pada simbol buruk di dinding gua, dan dia terlihat sedang membaca buku.
Pria berjubah itu tampak menyadari kehadiran mereka.
"Are? Apa kalian datang untuk menyerahkan nyawa kalian? Kebetulan aku butuh banyak sampel terkait seniku."
Riselia matanya menyipit.
"Fukuro, atas kejahatanmu, kau akan kami basmi di sini. Sekarang juga."
Pria itu hanya tertawa dan menutup bukunya. Sebuah tongkat mendadak muncul digenggaman tangannya.
"Boleh, tapi sebelum itu…"
Dia mengetuk tongkat ke tanah.
Seekor makhluk mendarat di hadapan keduanya. Makhluk ini berukuran besar dengan rupa anjing berkepala tiga. Kepala hewan ini mempunyai kristal ungu yang mencuat dari kepala-nya masing-masing. Ini terlihat jelas merupakan penyatuan tak sempurna antara void dan anjing.
"…kenapa kalian gak kalahkan Cerberus saja terlebih dahulu?"
Cerberus menggeram ke arah lawan-lawannya.
Mereka waspada. Riselia langsung memegang rapier yang muncul dari ketiadaan. Sementara itu, Naruto membuka telapak tangan kirinya, dan katana hitam terwujud digenggaman.
"Riselia, aku akan pergi menghadapi Fukuro, sementara kau fokus tangani void ini, kau keberatan?" tanya Naruto.
"Enggak sama sekali," balas Riselia.
"Bagus. Berpencar!"
"Baik!"
Naruto melompat ke langit-langit dan berlari dalam posisi terbalik menuju Fukuro. Menyadari hal ini, Cerberus mencoba melompat, tapi seketika ditendang Riselia yang berada tepat di depan wajahnya, alhasil sang makhluk terhempas dan menabrak dinding gua. Menggeleng, dia menggeram saat gadis itu rupanya menghalangi jalannya, sementara Riselia hanya tersenyum.
"Sedikit disiplin kurasa bagus untukmu, fufu."
Di sisi lain, Naruto langsung turun dan mendarat di hadapan pria berjubah itu, yang tampak kesal karena kehadirannya.
"Kau seharusnya membantu gadismu itu agar gak mati, dasar idiot."
Naruto terkekeh.
"Sayangnya dia itu kuat, bahkan kuakui lebih kuat darimu, gak peduli seberapa keras kau menolak kenyataannya."
Dia menggeram.
"Oh, kau akan menyesali kata-katamu itu, bocah."
Pria berjubah itu mengarahkan tongkatnya sebelum tiga bola api megah melesat ke arah Naruto. Naruto berlari, menghindari setiap bola api dengan mudah, dan langsung melompat ke arah pria berjubah itu. Dia menyeringai.
"Dasar bodoh! Matilah!…"
Naruto menebas sambil berputar, mendarat di belakang lawannya lalu mengibaskan pedangnya ke samping, memindahkan sisa darah dari senjata itu pada tanah. Dia memperhatikan buku tersebut lalu menusuk objek tersebut. Simbol buruk itu lenyap dan tergantikan dengan sebuah pintu.
Naruto puas lalu mengamati tuanangannya itu dengan santai 'berdansa' bersama Cerberus.
'Riselia pasti bisa mengatasinya, aku yakin itu.'
Kembali pada Riselia, dia semenjak tadi hanya menari mengitari Cerberus dan sesekali menusuk kulitnya, tidak memberikan luka fatal tapi meneteskan darah makhluk void itu ke lantai. Cerberus terus bergerak dan berusaha menyerang gadis itu, baik memakai cakar atau gigi taring, tapi gerakan Riselia terlalu gesit hingga serangannya menjadi sia-sia saja.
Cerberus menggeram sebelum melompat ke udara. Makhluk void itu membuka lebar mulut mereka dan terlihat hawa panas hijau terkumpul membentuk bola api. Namun, Riselia hanya tersenyum, lalu menusuk rapier-nya ke lantai.
"Iron Maiden."
Seketika darah cerberus yang ada di lantai memanjang kemudian menembus pemiliknya sendiri. Itu membunuh cerberus secara permanen sekaligus menggagalkan serangannya.
"Ingatkan aku untuk gak memancing sisi burukmu."
Riselia beralih ke arah Naruto yang mendekatinya. Gadis itu cemberut.
"Kau bilang gitu tapi terus saja menggodaku, boo~"
Naruto tertawa kecil.
"Kebiasaan, nah kau mau masuk duluan?"
Lelaki itu merujuk pada sebuah pintu di dinding gua. Riselia mengangguk dan melangkah masuk, mengabaikan kepala pria berjubah itu di lantai, sementara Naruto mengikuti dari belakang. Keduanya sempat menghilangkan [Excalibur] masing-masing saat berjalan.
Ruangan ini terlihat luas disertai perabotan seadanya. Namun, pandangan Riselia dan Naruto terfokus pada sejumlah anak yang terkunci di penjara berukuran besar, dengan kondisi kotor sana-sini.
Anak-anak itu kebingungan dan takut.
"Apa… apa kalian suruhan om-om jahat itu?" tanya anak tertentu.
"…"
"…"
Riselia mendekati jeruji besi. Anak-anak itu ketakutan dan mulai menjauhinya. Namun, gadis itu tidak menyerah, lalu mengeluarkan sesuatu dari dimensi penyimpanan. Mereka berbinar ketika melihat banyak permen di tangannya. Dia menunjukkan senyuman.
"Kalian mau? Ini manis loh," ujar Riselia.
Pada awalnya, tak ada yang mendekat, setidaknya hingga beberapa anak mulai berani menghampiri Riselia lalu mengambil permen-permen itu dari tangannya. Mereka membuka pembungkus lalu memakan manisan tersebut.
"Gimana? Enak?"
Anak-anak itu mengangguk dengan senyuman lebar. Riselia gembira mengetahui hal ini.
"Syukurlah." Riselia menambahkan. "Dan kedatangan kami kemari untuk membawa kalian pulang ke rumah, jadi jangan khawatir lagi, oke?"
Anak-anak itu terkejut sekaligus gembira.
"Kami… kami bisa pulang?"
"Mama… papa…"
"Yey!"
Riselia melirik ke arah tunangannya itu.
"Naruto?" Panggil Riselia.
"Serahkan padaku," jawab Naruto.
Naruto fokus dan sebuah senjata api model Samurai Edge perak muncul digenggamannya. Dia mengarahkan senjata api tersebut, menembak, dan efek yang terjadi mengubah penjara menjadi hologram sebelum lenyap begitu saja. Tanpa suara dan tanpa peluru karena itu murni dari energi sihir. Anak-anak itu berseri lalu seketika memeluk Naruto dan Riselia.
""Makasih, Kakak-kakak baik!""
Mereka berdua tersenyum simpul. Riselia angkat bicara dengan antusias.
"Nah, sekarang, waktunya kita pulang!"
"Yeah!!" seru mereka.
Mereka bersama-sama keluar dari tempat mengerikan ini.
.
.
.
Di luar gua, sudah banyak orang tua menunggu bersama dengan bantuan lain seperti aparat militer dan petugas medis, dan di saat bersamaan tawa datang dari balik gua. Semua orang bersiaga, tapi, itu terbukti tidak perlu saat banyak anak berlarian dengan antusias mendekati orang tua masing-masing. Baik ayah dan ibu di sini langsung menangis bahagia saat memeluk anak mereka.
Tak lama kemudian.
Naruto dan Riselia juga keluar dari gua. Seketika banyak orang tua langsung menghampiri keduanya.
"N-Naruto-sama, Riselia-sama, terima kasih banyak…"
"Kami benar-benar bersyukur, bersyukur sekali kalian yang datang…"
Keduanya hanya tersenyum.
"Kami cuma ngelakuin hal yang wajar sebagai [Saint]. Benarkan, Riselia?" tanya Naruto.
"Um, itu tepat sekali," jawab Riselia.
Mereka senang mendengarnya.
Naruto dan Riselia memperhatikan ada militer dan medis di sini. Riselia angkat bicara.
"Uh, semuanya, kurasa kami harus undur diri, dan semoga kalian selamat hingga pulang ke rumah."
Orang-orang ini mengangguk dan memasuki sebuah transportasi udara. Naruto menyadari ada tiga semacam itu di sini.
'Buat umum, prajurit, dan dokter, huh?''
Keduanya menghampiri aparat militer. Sang kapten membentuk pose hormat yang diikuti Naruto dan Riselia.
"Kami yakin kalian berdua kelelahan. Untuk sekarang lebih baik kalian pulang sementara kami mengamankan subjek yang di dalam."
Naruto dan Riselia mengangguk. Mereka berdua mengamati kelompok prajurit itu masuk ke dalam gua. Di sisi lain, dua orang ini langsung memasuki helikopter tertentu, dan langsung diperiksa oleh beberapa petugas medis terkait kesehatan dan juga hal sejenis lainnya. Protokol ini dilakukan demi memastikan apakah keadaan Naruto dan Riselia baik-baik saja.
Setelah diperiksa, Naruto dan Riselia mengamati keluar jendela, di mana mereka rupanya sudah berada di ketinggian.
"Hey, Naruto," panggil Riselia.
"Ya, Riselia?" tanya Naruto.
Riselia nampak gugup.
"Menurutmu... sampai kapan kita akan terus berhadapan dengan para [Void]?"
Naruto terdiam sebentar. Dia lalu tersenyum.
"Selama yang diperlukan, Riselia, selama yang diperlukan."
Riselia berkedip lalu ikut tersenyum.
"Kau benar juga, fufu."
"Hehe."
Mereka diselimuti perasaan baik sepanjang perjalanan.
END
A/N: Helloooo reader-san sekalian! Gimana one-shot kali ini? Tunjukkan komen kalian di tempat seharusnya :D
Well, sebenarnya author udh lama baca nih komik, dan boom akhirnya animenya tayang juga, wkwk senang sekali hati.
Dan karena chara Naruto ada, sedikit perubahan author lakukan di fic ini, salah satunya dengan menghilangnya karakter sang maou cilik, mwahaha!
Sebenarnya gak ada yang akan author jabarkan lagi, selain terima kasih bagi yang telah baca :)
Terakhir…
Sampai jumpa di fanfic one-shot berikutnya :D
{Racemoon: Sign out}
Menjelang siang hari.
Seorang pria dan wanita berjalan berdampingan di antara kerumunan. Keduanya tampak membawa beberapa tas berisi perlengkapan pesta dan boneka khusus anak-anak.
"Menurutmu apa Haruka akan senang dengan hadiah kita?"
"Oh tentu saja. Makanya kita harus pastikan, kalau putri manis kita itu dapat acara ultah terbaik pas dia pulang dari rumah ayah dan ibumu."
Riselia berseri.
"Sudah pasti itu."
Naruto terkekeh.
"Bagus, dan semakin cepat kita pulang, semakin cepat juga kita bisa menata dekorasinya."
"Um."
Keduanya meneruskan perjalanan menuju rumah mereka.
