"Apakah kau orang bermuka dua, huh? ... Satu kakimu menghendaki masa depan sementara kakimu yang lain masih mempertahankan diri dengan berpijak pada masa lalu? Apa yang sebetulnya ingin kau wujudkan?"

Aku selalu gagal menjawab pertanyaan itu, kenang Clef tentang masa lalunya dan perjuangannya dengan teman-temannya dahulu. Di saat keberhasilan tampak dekat, aku justru berbalik mengkhianati mereka...

"Jika kau benar menghendaki masa depan, buang keputusan untuk tetap berpijak pada kebijakan-kebijakan kuno. Buang keinginanmu menemukan kandidat Pillar. Masa depan tak membutuhkan ikatan dengan sang Pillar, maka buat apa kau masih mencari kandidat Pillar jika benar kau menginginkan pengakhiran sistem?"

Aku selalu terus berkutat pada apa yang baik dan yang benar untuk Cephiro? Tapi, apa yang terbaik dan terbenar untuk Cephiro?

...

Clef menatap mata Hikaru yang berkilauan karena air mata yang tertahan... Api di matanya seakan menyala nyata. Ia berkobar karena tekad, tekad yang bahkan membuatnya berani mati.

"Kalian tak akan mencapai apa-apa jika kalian bimbang. Kalian tak bisa hidup dengan satu tangan menolak, sementara satu tangan yang lain menginginkan Sang Pillar. Kalian harus memilih... ... Sekarang katakan padaku, bagaimana kalian memilih Sang Pillar? Akan aku cari si penyembunyi itu untuk kalian!"

Mengapa kami tak bisa memilih sehingga akhirnya ia yang membuatkan kami pilihan? Ke mana Cephiro akan menuju jika aku menjawabnya? Clef bertanya. Jantungnya berdebar kencang. Apa yang akan terjadi jika aku tetap diam?

"Seleksi."

Ferio mengambil alih perannya. Clef terbelalak.

"Aku tak tahu banyak, tetapi para kandidat harus melalui suatu seleksi."

"Menara itu..." Fuu seketika ingat. "Kau menceritakannya padaku."

"Benar. Menara tertinggi ke dua di Cephiro, pasangan dari Menara Pillar. Ada ruang seleksi di puncaknya. Kukira, para kandidat perlu ke sana untuk kemudian menjalani seleksi. Mungkin mereka yang memenangkannya akan menjadi Pillar selanjutnya..."

"Seleksi seperti apa?" tanya Umi.

Ferio menggeleng. Ia benar-benar tak tahu. Ia menoleh pada Clef. "Jawablah, Guru."

Semua orang menunggunya mengatakan sesuatu. Ia akhirnya tak bisa mengelak lagi. "Pertarungan sampai mati, sampai tersisa hanya satu orang yang hatinya terkuat."

Semua orang tersentak.

"I-itu... mengerikan..." bisik Presea.

"Tidak ada manusia yang benar-benar mau menjadi Pillar..." lanjut Clef. "Jika orang-orang Fahren, Chizeta, dan Autozam ini sedemikian kuat menginginkan posisi Pillar, maka kupikir sebenarnya mereka hanyalah orang-orang yang tidak mengerti."

"Itukah yang juga dialami kakakku?" tanya Ferio terguncang.

"Ya," jawab Clef dalam. Clef memandang ketiga knight. "Posisi Pillar dicapai dengan kedamaian, kesukarelaan, kesediaan mengorbankan segalanya demi negeri yang dilindungi. Posisi Pillar bukan untuk diperebutkan lewat peperangan..."

"Jika demikian jalan kita menjadi terang," Hikaru menyimpulkan. "Kita benar-benar bisa melakukan sesuatu untuk menemukan Sang Pillar sekaligus menghentikan perang. Kita buat mereka mengerti dan membiarkan mereka memilih."

Dome...

"Rasakan Fahren yang tak terkalahkan!" seru Putri Aska sambil melihat jalannya pertempuran lewat bola kristal ajaibnya. Ia sibuk menyemangati semua orang, berteriak-teriak memberi arahan, mengerang marah ketika ada prajuritnya yang tumbang... dari tempatnya berada seakan-akan ia berada di medan pertempuran langsung.

"Bukakan jalan untukku! Binasakan orang-orang Chizeta penghalang kita itu!"

Chan An dan San Yung hanya bisa diam memandangi putri kecil mereka. Seakan-akan hidup mati prajuritnya adalah permainan, ia begitu menikmatinya. San Yung terdengar merintih, "Master Chan, tidak apa-apakah ini?"

Chan An yang sudah tua renta hanya menjawab dengan desahan berat.

"Putri Aska hanya mengenal kata menang. Ia tidak tahu apa itu kekalahan dan keputusan mundur. Ia hanya mengenal keinginannya. Ia tidak tahu apa itu kepentingan orang lain... Master Chan, aku sangat cemas..."

"Hmm..." Chan An mengelus jenggot putihnya yang panjang. "Kau sangat mengenal junjunganmu..."

"Master Chan, jangan berkata seperti itu..."

"Aku hanya lega, Putri Aska memiliki sahabat sepertimu sekalipun jika boleh kau sarankan, kau perlu sekali-kali tegas padanya."

"Master Chan..."

"Masa depan Fahren ada di tangannya. Ia memang harus belajar sesuatu, terutama lewat misi invasi ini. Ia akan belajar sesuatu, tentang hal-hal besar dalam hidup, tentang kehidupan, perubahan-perubahannya... Ia masih terlalu muda, tetapi aku percaya padanya." Chan An menepuk kepala San Yung. "Orang tua ini tak akan hidup lama... Jaga dia baik-baik, kau dengar?"

San Yung memahami dan menerima perintah itu. Ia mengangguk. Keduanya pun kembali pada bola kristal... Ribuan bala tentara Fahren telah diturunkan. Mereka sekuat tenaga menjebol pertahanan terakhir Cephiro. Raksasa-raksasa ilusi mereka menghantam pelindung Cephiro. Setiap kali terdengar bunyi derak mengerikan. Bersamaan dengan itu, sebagian dari raksasa-raksasa itu mencegah djin-djin Chizeta mendekat. Pertarungan para pengguna magic sama mengerikannya...

Chan An memandang Cephiro dengan hati miris. Kehancurannya telah pasti dalam waktu dekat. Hanya keajaiban yang dapat menyelamatkan mereka... Sama seperti masa-masa yang telah lewat. Sekalipun dari Fahren yang jauh, ia sudah menjadi saksi banyak peristiwa di dunia. Kematian Pillar Cephiro, Kana, jatuhnya negara Rune, kebangkitan Autozam... pengangkatan Emeraude, masa damai yang panjang, kematian Emeraude... lalu, invasi...

"Chan An," Putri Aska tiba-tiba memanggilnya, membuatnya terbangun dari lamunannya.

"Ya?"

"Mengapa Chizeta bertingkah aneh sekali?" tanya Aska sambil menunjuk.

"Mereka juga menginginkan posisi Pillar, bukan? Mengapa mereka tidak berusaha membuat jalan seperti kita? Djin-djin mereka justru mati-matian mencegah kita mendekat... Mereka seperti membantu Cephiro..."

Chan An mendekati bola kristal dan melihat baik-baik untuk memahami dugaan Putri Aska. "Sulit memahami ini..."

"Chan An, berapa sisa kekuatan kita?" tanya Aska. "Orang-orang Chizeta sangat tangguh..."

"Kau terlihat cemas, Tuan Putri?"

"Aku mulai takut." Putri Aska menegakkan tubuhnya. "Ingin aku perintahkan agar Fahren tidak menunda lagi melakukan serangan terbesar. Kita harus menjebol pelindung itu agar kita bisa mendarat."

"Aku mendengarkan, Putri..."

"Kau tidak menolak? Itu dapat berarti kematian separuh lebih pasukan kita. Kita seperti sedang berjudi dengan nasib kita..."

"Bagus jika kau sudah memikirkannya. Kau tahu konsekuensinya, kau akan berusaha sekuat mungkin, bukan?"

Bravada...

"Tunggu, tunggu!" Tatra sentak berdiri dan menjulurkan kepalanya untuk melihat lebih baik apa yang terjadi lewat kolam ajaibnya. "APA YANG DILAKUKAN ANAK ITU?!"

Tarta mendekap mulutnya... "Luar biasa..."

"IA AKAN MEMBUNUH PRAJURITNYA SENDIRI!"

"Serangan bunuh diri..." Keduanya melihat pasukan Fahren menabrakkan diri pada pelindung Cephiro yang tetap perkasa sampai detik ini. "Ia benar-benar menginginkan Cephiro..."

"Jika begini, Chizeta akan berakhir! Kita bertarung demi tujuan yang sama sekali bertentangan dengan misi kita, Kakak! Berhenti melindungi Cephiro!"

"Tidak. Mereka belum mendapatkan pesan kita..."

"Fahren akan memenangkan ini! Aku tidak bisa terima!"

"Tenangkan dirimu!" kata Tarta tegas. "Kau harus belajar mendinginkan kepalamu. Yang kau lihat belum tentu yang sesungguhnya terjadi. Banyak hal bisa terjadi dalam pertempuran. Mari kita lihat terlebih dahulu. Aku bertaruh mereka tak akan mendapatkanya yang mereka inginkan... Tidakkah kau mengukurnya? Sejak kehadiran Magic Knights, Cephiro menjadi lebih kuat..."

"Tidakkah itu berarti kesempatan kita juga sama nihilnya?!"

"Tidak! Cephiro akan mendapatkan pesan kita lewat pertarungan ini... Bersabarlah!"

"Tid-" Tatra membelalak. Ia tak percaya apa yang dilihatnya. "MASHIN!" Tiga mashin legendaris menembus keluar pelindung Cephiro. "Magic Knights..." Mereka datang...

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Suara seorang gadis yang begitu murka, "BERHENTI BERPERANG, SEMUANYA!"

Mashin berwarna hijau tidak disangka mengeluarkan kekuatan defensifnya. Tanpa sedikit pun melukai, ia memukul mundur prajurit Fahren yang bertindak gila. Mereka sesungguhnya terselamatkan dari kematian... tetapi mereka tetap melawan. Iris menguatkan pelindung yang dibuat dengan kekuatan anginnya. Baik Fahren maupun Chizeta terhempas beberapa jauhnya.

"BERHENTI BERPERANG, SEMUANYA!" seru suara itu lagi.

Mashin biru menerjang pasukan Fahren dan Chizeta yang bercampur baur dengan kekuatan airnya. Ia menghalau semua orang agar menjauhi kastil dengan gerakan-gerakan cepat dan membahayakan dengan pedangnya yang menebas-nebas ke kanan dan ke kiri.

Orang-orang Fahren masih memaksa... dan api besar kini merambat membakar semua yang keras kepala.

"Hentikan serangan!" perintah Tarta cepat.

"Kakak..."

Masih dengan senjata masing-masing di tangan, melayang-layang di udara raksasa-raksasa Fahren yang perkasa dan djin-djin Chizeta... Mereka akhirnya menghentikan pertempuran sekalipun dengan ragu-ragu, tertarik pada suara yang memerintahkan mereka berhenti, yang terkesan begitu berkuasa dan memahami segalanya.

"APAKAH POSISI PILLAR ADALAH SEGALANYA BAGI KALIAN?" tanya pemilik suara itu lagi bersumber dari mashin yang diselimuti api. "TANPA KALIAN BERTARUNG PUN, CEPHIRO AKAN MENERIMA KALIAN!"

Menggemparkan... Dari puncak kastil, pelindung besar yang terbuat dari mental shield meluruh pelan, membuka kastil untuk dipandang siapa saja dengan mata telanjang. Cephiro benar-benar membuat keputusan yang berani!

"CEPHIRO AKAN MENERIMA KALIAN! KALIAN TAK LAGI PERLU BERTEMPUR!" katanya sekali lagi. "TETAPI SEBELUMNYA, ADA HAL YANG CEPHIRO INGIN SAMPAIKAN PADA KALIAN, FAHREN DAN CHIZETA! AUTOZAM!"

Tarta berpikir keras... "Mereka tidak menerima pesan kita... Mereka punya strategi mereka sendiri..." gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kakak, mereka menginginkan perundingan... Mereka ingin berdamai?"

"Aku tak mengerti..."

"Akankah kita terima tawaran mereka?"

"CEPHIRO AKAN MENGIRIMKAN DELEGASI KEPADA KALIAN!" Mashin biru dan hijau tiba-tiba melayang maju. Mashin biru ke arah Bravada, mashin hijau ke arah Dome. Pasukan masing-masing negara membuka jalan dan mengawal mereka.

"KALIAN BOLEH MENAWAN MEREKA DAN SELAMA ITU, GENCATAN SENJATA!" Mashin merah tinggal di tempatnya. Ialah yang berbicara sedemikian garang kepada mereka. Seandainya Autozam ada di situ, ia mungkin akan mendatangi NSX...

NSX...

"Tak bisa dipercaya..." Geo terhenyak di kursinya. "Cephiro membalik keadaan..."

Eagle memandangi layar di mana seluruh peristiwa yang berlangsung dilaporkan dengan begitu serius.

"Seseorang di antara mereka tentu adalah ahli strategi. Kau yang pertama kali memulai perundingan untuk membujuk mereka berdamai, tetapi mereka memunggungimu. Lihat, kali ini mereka menerima tawaran Cephiro... Tidakkah pesan itu juga untuk kita? Mashin merah itu tentu adalah bagian kita..."

"Kita tidak perlu mendengarkan mereka." Eagle berkata tegas. "Mereka begitu percaya diri sampai berani membuka lebar-lebar pintu benteng mereka. Mereka hanya hendak melemahkan kita..."

"Mengapa kau tak percaya saja? Aku rasa mereka benar-benar memberikan kita kesempatan... Cephiro berkata telah menerima kita. Mereka benar-benar membutuhkan seorang Pillar..."

"Kita tidak akan tertipu. Serang Cephiro sekarang juga, penghalang terakhir kita."