Eagle Vision ingat suatu hari di mana ia pertama kali berkonfrontasi dengan Fahren dan Chizeta. Sungguh pertempuran yang konyol baginya, seperti anak-anak yang memperebutkan satu kue bernama Cephiro. Mereka saling bunuh dan melemah karena keputusan mereka yang tidak satu pun yang mau mengalah. Sementara, Cephiro aman di bawah sana, waspada dan mengamati. Dua di antara mereka tak pelak lagi harus menyadari bahwa mereka akan kalah dan karena itu mereka harus mengalah. Kejatuhan Cephiro secara pasti menaikkan posisi Autozam sebagai negara terkuat. Eagle Vision memahami superioritas itu. Ia merasa tidak bersikap arogan dan justru sangat berbaik hati dengan meminta Fahren dan Chizeta untuk melepaskan keinginan mereka akan Cephiro.

Wajah tiga orang itu muncul di monitor komunikasinya. Si anak pemimpi, Putri Aska dari Fahren dan putri kembar, Tarta dan Tatra dari Chizeta. Semua memandangnya dengan begitu masam.

"Lepaskan keinginan kalian atas Cephiro!"

Reaksi yang sudah dapat diduganya, "TIDAK MUNGKIN!" diserukan bersamaan. Eagle pun tertawa.

"Aku rasa kita harus menyelesaikan masalah ini dengan berusaha saling mengerti. Mengapa kalian ingin menginvasi Cephiro?"

"Kami akan menjadi Pillar Cephiro dan menjadikan negara ajaib yang penuh dengan permen!" Putri Aska berteriak.

"Negara yang penuh dengan permen. Sungguh terdengar menyenangkan..." Eagle terkikik lagi. "Benar-benar putri kecil..."

Seorang pemuda yang sedikit lebih tua dari Putri Aska bercucuran keringat dingin. Ia sangat mencemaskan hasil perundingan ini. Ia berharap Putri Aska berhati-hati dengan mulutnya.

"Kami akan membuat kedua negara, Fahren dan Cephiro bahagia!" Putri Aska berusaha mengukuhkan alasannya.

"Itu tidak mungkin..."

"Mengapa?!"

"Pillar Cephiro tidak bisa mencintai hal lain selain Cephiro..." Aska terdiam dan serius mendengarkan. Ia pertama kali mengetahui ini. "Jika kau mengalihkan perhatianmu pada hal lain... Cephiro akan hancur... seperti yang sudah kau lihat. Pillar Cephiro adalah milik negerinya, sama seperti negerinya memilikinya."

Putri Aska tampak terpukul. Ia memikirkan Fahren... dan ambisinya untuk membahagiakan Fahren dengan menguasai Cephiro.

"Lalu, bagaimana dengan kalian berdua?" Eagle beralih pada kedua putri Chizeta.

"Kami ingin meluaskan batas negara Chizeta!" jawab Tatra, menanggalkan sopan santunnya di hadapan pemuda menyebalkan bernama Eagle Vision ini.

"Kau ingin menjadikan Cephiro koloni kalian?"

"Kami tidak akan menekan rakyat Cephiro... tidak seperti yang kalian, Autozamian menjijikkan, lakukan terhadap bangsa Rune!"

"Ya, itulah sejarah bangsa Autozam, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan hari ini. Meskipun demikian, kami akan berbagi pengalaman kami. Mungkin kau tidak memikirkannya, tetapi jika kau menduduki Cephiro, bangsa Cephiro akan melawan. Mau tidak mau kau mungkin akan bertempur dengan orang-orang Cephiro seumur hidup kalian."

Tatra menggigiti bibirnya karena kesal... Ucapan Eagle Vision benar-benar masuk akal.

"Jadi, kau masih ingin menginvasi Cephiro?"

"Kau bicara seakan-akan kau lebih berhak menginvasi Cephiro daripada kami. Kau sama busuknya!"

Eagle tetap tenang, "Jika kau tidak benar-benar memberikan hidupmu demi Cephiro, kau akan menghadapi banyak kesulitan untuk menjadi Pillar. Kau akan berakhir menyedihkan..."

"Dan kau?" Pertama kalinya Tarta berbicara. Ia memandang Eagle Vision tajam-tajam. "Bagaimana denganmu? Aku tahu Pillar Cephiro menyokong seluruh negeri dengan kekuatan tekad dan hatinya... Itu adalah tugas yang tidak benar-benar dapat diemban kecuali kau bersedia untuk hidup dan mati bersama dengan negeri itu. Aku juga tahu tentang Autozam... negeri kalian tidak lagi bisa ditinggali. Kerusakan lingkungan yang parah, aku dengar."

Kali ini Eagle yang mendengarkan...

"Apakah Autozam menginvasi Cephiro untuk memahami sistem Pillar yang luar biasa, yang mengizinkan Sang Pillar mengontrol hukum-hukum di dunia material ini? Ataukah untuk menjadikan Cephiro tempat tinggal yang baru bagi rakyat Autozam yang serakah?"

Eagle kunjung tak menjawabnya.

"Cephiro adalah tempat yang berbahaya. Akankah kau bersedia memberikan hidupmu demi negeri yang bahkan bukan negerimu ini?"

Eagle hanya tersenyum, seakan-akan menjawab ya. Semua orang seketika merasa merinding melihatnya setegar itu. Perbedaan tekad mereka benar-benar nyata.

"Kini aku mengerti alasan kalian, tetapi kita tidak bisa mengembalikan sesuatu seperti sedia kala. Kami akan selalu membuka kesempatan untuk kalian... Jika kalian bersumpah untuk mengakhiri invasi kalian atas Cephiro, aku akan melepaskan kalian." Eagle menarik napas dan benar-benar mendeklarasikan ancaman bagi mereka, "Tapi, jika kalian tetap ingin melanjutkannya, maka pertama-tama, kalian harus menghadapi Autozam!"

"Dekatkan NSX perlahan-lahan menuju kastil Cephiro. Buat panggilan terhadap Fahren dan Chizeta saat ini juga."

Prajurit-prajurit yang bertugas di ruang komando melaksanakan perintah itu dengan segera.

"Geo..." panggil Zazu pelan. "Eagle terlihat menakutkan, bukan?"

"Ya... Ada sesuatu yang tidak tepat. Sesuatu yang salah dengan sikap Eagle. Ia seperti takut akan sesuatu... Ia menyembunyikannya."

"Huh?"

"Zazu!" panggil Eagle mengalihkan perhatiannya. "Bagaimana dengan FTO dan seluruh pasukan?"

"Semua dalam kondisi prima. Siap terjun dalam pertempuran."

"Bagus." Eagle tampak membaca sesuatu... Data dan hasil analisis pertempurannya dengan Magic Knights beberapa hari yang lalu. Eagle memandang monitor, tepat pada titik di mana sesuatu yang berwarna merah berpendar-pendar. "Aku akan menghadapi mashin merah itu lagi... Geo!"

"Ya?" Geo mendekat.

"Bersiaplah dengan GTO-mu."

"Bagaimana rencanamu?"

"Tujuan kita bukan mengalahkan mashin itu. Bisa jadi ia terlalu merepotkan bagi kita." Eagle melambaikan berkas yang baru selesai dibacanya. "Alihkan perhatiannya agar aku dapat masuk dan mendarat. Sendirian aku akan menuju menara seleksi..."

"Tidakkah berbahaya kau sendirian ke sana?"

"Tidak sama sekali. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Semua ini tantangan untukku."

"Eagle..."

"Jangan cemas..." Eagle tampak menunduk. "Geo, Zazu... mungkin kita tak akan bertemu lagi. Jika itu terjadi, pelajarilah sistem Pillar sebaik mungkin untuk menyelamatkan Autozam. Ini mungkin perintah terakhirku sebagai pemimpin kalian."

"Kau berkata seolah kau akan pergi selamanya, Eagle," kata Zazu prihatin. "Apakah posisi Pillar adalah segalanya bagimu?"

"Kau mengulang pertanyaan mashin merah itu..."

"Ia bertanya tentang sesuatu yang masuk akal..."

"Dan akan aku jawab, ya. Posisi Pillar adalah jalan untuk mencapai banyak hal. Itu sangat penting bagiku."

"Mengapa kau tak menerima tawarannya untuk berunding?"

"Karena semua telah jelas bagiku. Aku tak perlu merundingkan apa-apa lagi."