"Kami tak bisa melakukannya! Kau bilang kita akan menjadi yang terbaik jika kita bersama-sama!" protes Umi setelah mendengarkan rencana Hikaru. "Kita tidak akan berpisah! Kita saling melindungi-"

"Kita memang akan terpisah selama beberapa saat..." Hikaru tersenyum. "Tetapi kita telah mencapai pemahaman yang sama. Hati kita meyakini dan bertekad akan hal yang sama."

"Hikaru..." Fuu terlihat berkaca-kaca. Apa yang akan mereka lakukan sangat berbahaya.

"Aku percaya pada kalian. Kalian sahabat terbaikku... Jangan menyerah. Untuk sementara, pikirkan misi yang kalian bawa. Aku akan menjaga Cephiro untuk kalian..."

Umi fokus pada apa dihadapinya, pada apa yang dibawanya untuk diselesaikan. Tugasnya adalah menemukan kandidat Pillar yang sebenarnya. Sistem menghendaki dilakukannya proses seleksi yang mengerikan itu dan mereka tak bisa menerima ada hal sekejam itu dilakukan di dunia ini. Ini menyangkut orang-orang yang penting bagi negara mereka masing-masing, yang sayangnya tidak mengerti sisi gelap sistem Pillar, sesuatu hal yang disebut Hikaru sebagai suatu kesalahan terbesar.

Umi memasrahkan dirinya ketika ia dilucuti, dipisahkan dari rapier-nya, gem untuk mengeluarkan kekuatannya dan memanggil Celece, dan digelandang sedemikian rupa memasuki sebuah ruangan indah berlapiskan karpet-karpet hangat dan berhiaskan pohon-pohon palem. Sebuah kolam besar terletak di tengah-tengah ruangan, menampakkan seluruh situasi di Cephiro.

"Aku tak menyangka Magic Knights hanyalah seorang gadis belia. Sungguh mengesankan..."

Umi mengangkat kepalanya dan menemukan dua orang wanita berwajah mirip, hanya saja dengan penampilan yang berbeda. Yang menyapanya, berpenampilan feminin dengan rambut tergerai dan mengenakan baju panjang yang menampakkan sebagian tubuhnya secara terbuka.

"Jangan takut..." Ia maju, meninggalkan seorang lagi yang tengah duduk dengan posisi yang angkuh. "Aku Tarta dan dia, adikku, Tatra. Senang berjumpa denganmu."

"Aku Umi Ryuuzaki..." Umi membungkuk hormat pada kedua putri kembar.

"Jujur, aku tersentuh dengan keberanian Cephiro... Kalian sungguh-sungguh membuka kastil untuk kami masuki. Hanya saja, kami ingin tahu perihal pembicaraan yang ingin Cephiro adakan dengan kami."

"Itu benar. Kami memberanikan diri untuk mengambil langkah ini. Kami sampai pada kesadaran bahwa Cephiro tidak akan bertahan tanpa bantuan kalian dalam hal ini, menyangkut posisi Pillar yang kalian inginkan untuk kalian miliki."

"Keputusan yang melegakan..."

"Dengan datang kemari, aku menawarkan diri untuk mengawal kalian memasuki kastil..."

"Itu bagus..."

"Hanya saja, sebelum itu kami harus menyampaikan kebenaran mengenai sistem Pillar." Umi merasakan jantungnya semakin berdebar. Ia akhirnya sampai pada bagian terpenting... "Menjadi seorang Pillar bukan sesuatu yang indah dan mudah."

"Kami tahu itu..."

"Kalian harus menjalani seleksi bersama dengan para kandidat yang lain..."

"Seleksi?" Tarta dan Tatra bertanya bersamaan.

"Itu benar. Sebuah menara di Cephiro didirikan beratus-ratus tahun yang lalu untuk tujuan itu. Mereka yang tidak memenuhi kualifikasi tidak akan pernah dapat masuk ke dalamnya. Ruangan itu akan menolak. Mereka yang ditolak akan menghadapi kematian..." Nada bicara Umi menjadi sedih... "Dan bagi mereka yang memenuhi kualifikasi akan dapat terus dan menjalani seleksi, yang sebuah pertarungan sampai mati... untuk mendapatkan satu orang yang hatinya terkuat. Ialah Sang Pillar..."

Tarta dan Tatra terdiam. Keduanya saling memandang, lalu kembali pada Umi. Keduanya berubah pucat.

"Kami takut, kalian menginvasi Cephiro tanpa mengetahui kenyataan ini. Kami tak ingin hidup kalian sia-sia di negeri yang asing, sementara kami tahu hidup kalian sangat penting bagi negeri kalian sendiri," kata Umi melanjutkan. "Misiku hanya membuat kalian memahami ini dan membawa kalian, jika kalian telah memilih-"

"Tunggu..." kata Tatra. "Apakah tidak ada jalan yang lain?"

"Kami tidak tahu. Kami hanya ingin kalian benar-benar memilih setelah menyadari apa yang terpenting bagi diri kalian."

"Apakah tidak ada jalan yang lain?!" Tatra mulai berteriak. Ia tidak menyangka ternyata tidak ada jalan lagi. Ia gemetaran... Memandangi kakaknya, betapa mereka berdua pernah berkata siap menjadi Pillar tidak mengikutsertakan kenyataan bahwa mereka akan dituntut untuk saling membunuh untuk mendapatkannya... Ia terpuruk ke lantai, putus asa.

"Apakah posisi Pillar adalah segalanya bagi kalian?" Umi bertanya. "Aku ingin mendengar jawaban kalian..."

"Ya." Tarta menjawabnya pelan. "Demi negeri kami..."

"Jika kau tidak benar-benar memberikan hidupmu demi Cephiro, kau akan menghadapi banyak kesulitan untuk menjadi Pillar. Kau akan berakhir menyedihkan..."

Berakhir menyedihkan?

"Kami mendengar segala hal tentang sistem Pillar... Sistem yang luar biasa, memberimu kekuatan yang besar untuk menguasai dunia, menyelamatkan banyak nyawa..." Tarta mendekap mulutnya. "Tapi... ketika semua hampir berada dalam genggaman... Aku sadar... aku tidak bisa benar-benar memberikan hidupku demi Cephiro..." Ia memeluk adiknya yang terguncang.

"Tetapi, negara kami... Chizeta membutuhkan..."

"Cephiro bersedia melakukan pertukaran."

"Apa?" Tatra dan Tarta bersamaan mendongak, sangat terkejut.

Umi berlutut di hadapan mereka, meraih tangan keduanya untuk berdiri. "Kalian menyadarinya, kalian bukanlah kandidat Pillar. Maka, lepaskanlah keinginan menginvasi Cephiro. Pangeran Ferio bersedia memberikan seperempat wilayah Cephiro di selatan untuk kalian, Autozam. Di masa depan, mari kedua negara menjadi tetangga yang baik..."

"Kau sungguh-sungguh?"

"Mari hentikan peperangan yang sia-sia ini. Kumohon, lepaskan Cephiro..."

"Siapakah kandidat Pillar yang sesungguhnya?" tanya Tatra. "Apakah orang itu tahu hal ini?"

"Kami masih terus mencarinya... Kami belum menemukannya."

Tiba-tiba seorang prajurit Chizeta berlari tergesa-gesa memasuki ruangan. "Mohon izinkan saya menyampaikan perkembangan terakhir di medan perang!"

Umi khawatir Fuu gagal... Rupanya bukan dan ia sangat terkejut...

"NSX bergerak. Orang-orang Autozam mendekati kita! Mereka memanggil kita untuk membuka saluran komunikasi. Perintah Yang Mulia!"

Tarta dengan tegar ia berkata, "Hubungkan."

Umi pun ikut berdiri. "Apa hubungan kalian dengan Autozam?"

"Selamanya adalah musuh." Tarta tersenyum puas.

Di hadapan mereka seketika muncul layar yang menampilkan sosok seorang pemuda tampan berambut keperakan. Matanya setajam mata elang memandang mereka semua. Ia dalam kondisi sudah mengenakan pakaian tempurnya. Sebuah kacamata hitam transparan melindungi matnya. Di bagian layar yang lain, muncul sosok seorang gadis cilik berpakaian indah dengan mutiara menghiasi rambut dan lehernya, Putri Aska. Ada Fuu di belakangnya...

Umi terbelalak dan Fuu pun sulit menyembunyikan keterkejutannya. Mereka ingin merayakan sesuatu... Tetapi tertahan. Orang Autozam yang menampakkan diri itu sudah memulai. Ialah Eagle Vision, Umi dan Fuu akhirnya melihatnya.

"Kalian telah membuat kesepakatan dengan Cephiro rupanya?" Sesungguhnya, tidak ada yang kejam dari nada suaranya. "Kalian ingat apa yang kita rundingkan sebelumnya. Aku memberikan kalian kesempatan terakhir untuk menjawabnya. Sudahkah kalian membuat keputusan?"

"Ya," jawab Fahren dan Chizeta berbarengan.

"Kami akan menuju Cephiro..." kata Tatra tegas.

"Fahren juga. Untuk melindungi Cephiro..."

"Aku mengerti." Eagle tersenyum, tetapi cepat berubah serius. "Mari kita mulai." Koneksi dengan Autozam pun terputus.