"Mari kita mulai."
"Apa maksud ucapannya?" tanya Fuu tak mengerti. Ia mendapati keseriusan yang mencemaskan di wajah Putri Aska yang tak kunjung menjawab pertanyaan Fuu. "Apa yang hendak dilakukannya?" Fuu mengguncang Putri Aska.
Putri Aska memeluk pinggang Fuu dan tersedu-sedu...
"Mereka bertekad menghancurkan segala hal yang menghalangi mereka untuk mendapatkan posisi Pillar," jawab San Yun menggantikan Aska.
"Kalian tak menghendaki posisi Pillar lagi. Kalian bukan penghalang bagi Autozam?"
"Kami adalah penghalang bagi mereka," kali ini Chan An sambil tersenyum bangga pada Putri Aska. "Sejak Putri Aska dengan berani memutuskan memihak pada Cephiro."
...
Beberapa waktu yang lalu...
Fuu mengagumi, Dome adalah kapal perang yang indah dan menyenangkan. Seluruh dinding dan langit-langit, lantai, jendela, dan pintu-pintunya dihiasi dengan segala hal yang akan membuat anak-anak di mana pun bahagia. Gambar-gambar cerita, tempat-tempat bermain, berkotak-kotak kue, cokelat dan permen. Ini adalah surga bagi anak-anak...
Apakah pemimpin kapal perang ini memiliki banyak anak? Fuu tak melihat satu pun. Ia memasuki sebuah ruangan yang dipenuhi bantal-bantal, berlapiskan karpet hangat... Semua diwarnai begitu cerah... dan pandangan Fuu tertumbuk pada seseorang yang juga tampak begitu cerah. Gadis kecil itu memakai pakaian bertumpuk dengan gambar bangau yang indah. Ia sedang mengipas-ngipas dirinya. Rambutnya di gelung dan dieratkan dengan jepitan mutiara. Ia mengagumkan...
Fuu terkejut dengan tatapan masamnya seakan-akan sedang menyalahkannya akan sesuatu... dan benar. "Mengapa kau menghentikan aku? Mengapa kau menghentikan pasukanku?!" Anak itu membanting kipasnya ke lantai.
Dua orang, seorang pria yang sudah sangat tua dan seorang remaja pria, menundukkan kepalanya dalam-dalam di salah satu sudut ruangan. Mereka tak berani menatap junjungan mereka yang marah.
Tahulah Fuu bahwa gadis cilik ini adalah orang yang dicarinya. Fuu mendekat. Ia suka pada anak-anak... "Aku hanya merasa kau sedang membuat keputusan yang buruk saat itu," jawab Fuu lembut. "Kau tak boleh dibiarkan seperti itu."
"Apa hakmu mengatakan keputusanku buruk? Mereka pasukanku! Mereka milikku! Mereka akan mewujudkan keinginanku! Chan An, tangkap orang ini!"
"Yang Mulia... Ingatlah apa tujuannya datang menemui Yang Mulia..." Chan An berusaha menenangkan Putri Aska. "Kau harus memperlakukan tamu dengan baik."
Putri Aska mengerang marah. Ia menggembungkan pipinya. "Baiklah..."
"Membuat orang mati demi sesuatu yang kosong adalah hal yang sia-sia. Kau akan kehilangan mereka, orang-orang yang menyayangimu dan bersedia mati untukmu. Sebenarnya, mereka tidak sepenuhnya milikmu karena mereka memiliki diri mereka sendiri sehingga memutuskan mengikutimu dengan sukarela. Kau sangat beruntung... Tidakkah kau menyayangi mereka dan ingin mereka juga merasakan hal yang sama?"
"Apa?! Berani-beraninya kau mengguruiku! Aku seorang putri! Kedudukanku lebih tinggi darimu! Diam kau!" Fuu terperanjat dengan keangkuhan anak itu. "Jangan bicara denganku!"
"Yang Mulia... Tenangkan dirimu..."
"Aku harus bicara denganmu. Kau boleh memperlakukanku sesukamu, tetapi sebaiknya kau tidak lupa siapa aku di sini."
Putri Aska terdiam. "Ya! Kau utusan Cephiro..."
"Kau benar." Fuu tersenyum lagi. "Kau lihat, kami membuka kastil kami lebar-lebar untukmu. Jadi, tak perlu bagimu mengorbankan pasukanmu untuk menjebolnya. Kami sudah melakukannya untukmu."
Putri Aska menatap bola kristalnya dan termenung. "Itu benar. Jadi, benarkah Cephiro menerima kami?"
"Itu benar. Jika kau adalah kandidat Pillar yang kami harapkan, kami akan membawamu ke Cephiro... Menyenangkan, bukan? Keinginanmu akhirnya terpenuhi."
Putri Aska terdiam begitu lama.
"Hm?" Fuu mengulurkan tangannya kepada Putri Aska. Gadis cilik itu hanya memandangnya. "Putri Aska?" Anak itu justru mulai terisak. "Ada apa?" Fuu berlutut di hadapannya.
"Aku tidak tahan lagi. Apakah Fahren akan menjadi jelek seperti Cephiro... jika aku memilih mencintai Cephiro? Chan An..."
"Tuan Putri!" Orang tua itu tiba-tiba berseru. "Kumohon, jangan menyalahkan dirimu Yang Mulia!"
"Ayah dan ibu mencintaiku, tetapi orang itu menertawakanku dan negeri permenku. Ia mengataiku pemimpi... Hatiku sangat sakit," air mata besar-besar keluar dari sudut matanya. "Ia keterlaluan, tetapi ia benar... Aku suka Fahren, aku suka ayah dan ibu, aku suka Chan An dan San Yung... Aku tak bisa hanya mencintai Cephiro... Mengapa Eagle Vision berkata benar?"
Fuu terkejut mendengarkan ini. Ia bisa menyimpulkan sesuatu...
Putri Aska mengabaikan keberadaan Fuu dan berlari memeluk Chan An, si penasehat tua. Chan An memeluk Putri Aska dengan lembut dan menepuk-nepuk punggungnya. "Kau semakin dewasa..."
"Aku tidak mau dibawa pergi olehnya... Aku ingin pulang... Bawa aku pulang... Chan An..."
Fuu terenyuh memandang Putri Aska yang terguncang-guncang. Anak itu benar-benar mencintai negerinya. Chan An memandang Fuu, meminta pengertian. Fuu mengangguk. "Aku tidak akan membawamu... Aku tidak akan membawa pergi anak-anak yang punya rumah dan keluarga tempat mereka pulang."
"Jadi, Yang Mulia tidak ingin menjadi Pillar lagi?" tanya San Yung gembira.
"Aku tahu, hatiku mencintai Fahren. Sekalipun negeri itu begitu sulit, aku ditakdirkan untuk memerintah di sana... Posisi Pillar bukan untukku."
Fuu mengelus dadanya lega. Tugasnya selesai tanpa ia perlu menceritakan bagian yang mengerikan, yang sudah dipersiapkannya itu. "Kalau begitu, aku akan kembali ke Cephiro dan menyampaikan hal ini. Kau bukan kandidat yang kami cari."
"Siapakah namamu, Nona?" tanya Putri Aska sopan, menampilkan sikap aristokratnya yang mengesankan. Ia telah menghapus air matanya.
"Fuu. Fuu Houoji."
"Aska." Aska mengulurkan tangannya kepada Fuu dan Fuu menyambutnya. "Mari kita berteman."
"Ya." Fuu tertawa. "Oya, kapal perangmu sangat menyenangkan. Seperti taman bermain..."
Putri Aska tersipu-sipu. "Aku mendesainnya sendiri..."
"Lain kali, bolehkah aku berkunjung lagi? Aku akan membawa dua orang temanku." Putri Aska mengangguk. "Akankah kau pulang ke Fahren setelah ini?" Putri Aska mengangguk, tetapi seketika ia teringat sesuatu.
"Fuu, berhati-hatilah pada Autozam. Mereka benar-benar menginginkan posisi Pillar."
"Jika sang kandidat adalah salah seorang dari mereka, kami akan menerima mereka."
"Autozam berbahaya... Negara yang mengerikan. Mereka menguasai bekas negara Rune dan menjadikan rakyatnya budak mereka."
Fuu tidak tahu cerita itu... "Kau mencemaskan Cephiro?" Fuu menepuk kepala Putri Aska.
Putri Aska mengangguk dan saat itulah kabar panggilan komunikasi dari Autozam datang.
Bravada...
"Kami adalah penghalang bagi mereka. Jika Autozam menguasai Cephiro, janji seperempat wilayah itu akan sulit dipenuhi, bukan?" Tarta memandang Umi. "Sekalipun salah seorang dari mereka benar-benar memenuhi syarat..."
"Siapa?"
"Eagle Vision menghendaki posisi Pillar untuk dirinya. Ia tersenyum ketika ditanya apakah ia bersedia memberikan hidupnya kepada Cephiro... Ia hanya tersenyum..." Tatra termenung.
"Pemuda itu hanya tersenyum?"
"Ia begitu misterius dan kami tak bisa percaya pada Autozam... Mengapa orang itu mau mengorbankan hidupnya demi negeri yang tidak dikenalnya? Itu menjadikan dirinya sangat berbahaya..." Tatra menarik napas. "Ia benar-benar kuat..."
"Selama pertempuran, ia berkali-kali menghancurkan jalan yang telah kami buat untuk sampai ke Cephiro. Ia juga melakukan hal yang sama pada Fahren. Hanya ketika kalian pertama kali bertempur dengannya, pertama kalinya ia dipukul mundur."
"Meskipun demikian, kuharap kalian memahami ini." Tatra berkata baik kepada Tarta maupun Umi. "Seseorang yang bersedia mati adalah orang yang kuat. Satu-satunya yang dapat mengalahkannya hanyalah mereka yang tahu apa yang berharga bagi diri mereka sendiri. Kita semua tahu apa yang berharga bagi diri kita. Kita bisa menghadapinya."
"Apakah Cephiro sungguh-sungguh percaya pada Autozam?" tanya Tatra.
"Kami tak punya jalan lain kecuali percaya, juga pada Autozam," kata Umi lemah.
"Ia mungkin tak akan mengambil keputusan seperti yang kami pilih. Eagle Vision bukan tidak mengenal Cephiro. Ia sangat mengenal Cephiro, lebih dari kita. Ia mengetahui banyak hal tentang Cephiro..."
Di benak Umi muncullah satu nama yang menjelaskan semuanya. Lantis. Umi terkesiap. Lantis kembali ke Cephiro dari Autozam... Apakah dia...
"Ada apa, Nona Umi?"
"Aku harus kembali ke Cephiro secepatnya." Ia mencemaskan sesuatu bahwa pengkhianatan Lantis nyata adanya.
Namun, tiba-tiba saja sebuah serangan dilancarkan dan bersamaan dengan itu, pelindung kastil tampak terbentuk kembali. Pesawat Autozam yang luar biasa semakin dekat dengan Cephiro, membayangi negeri itu dengan begitu mengancam. Jalan yang mereka buat tampak begitu jelas dan tak terbendung.
