"Autozam..." bisik Primera dengan suara tercekat. Ia ngeri pada apa yang dilihatnya. "Kapal itu sangat besar..." Berpuluh-puluh prajurit yang bertarung dengan mengenakan robot tempur diterjunkan, melayang-layang di langit Cephiro. Mereka menyiagakan senjata laser mereka. "Tak apakah kita tetap berada di sini?" tanya Primera pada Lantis yang hanya diam, memandang semua yang terjadi dengan wajah tanpa ekspresi.

Tak apakah aku tetap berada di sini? Lantis mendengarkan Primera, tetapi tak ada yang ingin dikatakannya. Tak apakah jika aku tetap menunggu seperti ini? "Primera, kau kembali ke kastil," perintahnya.

"Apa?"

"Kali ini bukan bagianmu. Kembali ke kastil. Lindungi dirimu."

Primera meninggalkan pundak Lantis, ia melayang beberapa tinggi, lalu menoleh pada pemuda itu untuk terakhir kalinya. Apa yang kau rencanakan sehingga aku tak boleh terlibat? tanyanya dalam hati. Ia tak suka perintah ini karena selama ini ia tahu, ia sangat berguna bagi Lantis.

Lantis tak memikirkan Primera. Ia menghela kuda sihirnya mendekati pertempuran yang mungkin sebentar lagi akan pecah. Ia bisa melihat sosok Rayearth yang berpendar terang karena apinya, sendirian di tengah kepungan malam dan orang-orang Autozam. Kastil yang telah kembali berpelindung ada di belakang punggungnya, di belakang perlindungannya...

Apa yang akan dilakukan gadis itu sekarang? Ia bisa terbunuh...

Eagle Vision memandang Rayearth di monitornya. Ia tinggal menyerukan perintah dan seluruh bala pasukannya akan menaatinya. Perkembangan di lapangan sungguh berubah dengan cepat dan luar biasa mengagumkan, tak terprediksi. Fahren dan Chizeta baru saja mendeklarasikan perang dengannya. Posisi mereka kini terbalik 180 derajat. Ia yang harus menghadapi mereka sekarang.

"Berhenti berperang, semuanya!" Ia benar-benar mendengar itu, tetapi... Aku tidak akan berhenti... tekadnya. "Sekarang!"

"BERHENTI!" Lebih merupakan permohonan yang sungguh-sungguh...

Umi dan Fuu menyaksikan pertarungan yang sangat tidak seimbang itu dari dua tempat berbeda... Mereka menjerit ketika merasakan kapal tempat mereka masing-masing berada berguncang hebat. Autozam telah menyerang Fahren dan Chizeta. Mereka memanggil nama Hikaru kuat-kuat. Mengapa Hikaru tak melawan Autozam? Apa yang ada di pikirannya?!

Meskipun demikian, Rayearth seakan-akan tak tersentuh...

"ADA YANG INGIN AKU SAMPAIKAN PADAMU! EAGLE VISION!" teriaknya geram.

"Aku tak akan mendengarkan... Tak akan ada waktu untuk mendengarkan..." seakan-akan menjawab ucapan Magic Knights Rayearth itu.

Geo terperanjat mendengarkan bisikan yang keluar dari mulut Eagle. Eagle memandang pertempuran antara Rayearth dan robot-robot Autozam dengan wajah beku. Di wajahnya terpantul gemerlap pertempuran yang dipenuhi cahaya, ledakan dan api...

"Siapkan FTO-ku."

Hikaru melakukan segalanya untuk mendekati jalan bercahaya yang dibuat Eagle Vision yang sedikit lagi sampai di Cephiro. Ia harus menghentikannya sebelum semuanya menjadi sia-sia...

"KAU HARUS MENDENGARKANKU..." Hikaru sekuat tenaga ingin agar pesannya sampai... Jalan cahaya itu sudah tepat di depan matanya. Ia akan tertabrak... Ia bisa mati... Hikaru mengangkat pedang apinya tinggi-tinggi dan memutuskan tidak akan menghindar karena inilah satu-satunya cara... "SISTEM PILLAR ADALAH SUATU KESALAHAN!" Ia melayangkan pedangnya... "SISTEM PILLAR TAK BOLEH LAGI..." Kalimat itu tenggelam dalam suara deru yang mengerikan. Panah apinya melesat menembus jalan cahaya itu, lalu menghantam NSX.

Seketika terdengar alarm tanda keadaan darurat. Pasokan listrik dalam NSX terganggu...

"Mashin itu menerobos masuk!"

Semua orang terbelalak... Mashin merah itu membara dan membuyarkan jalan yang Eagle buat. Eagle terguncang... Ini benar-benar melampaui perkiraannya, melampaui daya tahannya. Suara alarm semakin kencang memekakkan telinganya.

"Keluar dari kapal ini!" Geo memberikan perintah, sementara Eagle membeku di tempatnya, jatuh berlutut. Geo sigap menangkapnya. Monitor di hadapan mereka menampilkan gambaran yang lebih jelas...

"Zazu, tembak mashin itu!" perintah Geo.

Eagle ingin berkata jangan dulu, tetapi tenggorokannya tercekat. Mashin itu berupa kumpulan energi yang besar dan yang terbesar ada di bagian tengah tubuhnya. Eagle bisa merasakannya dan menangkap figur itu... Sesungguhnya ini tidak mungkin... Seseorang tanpa sosok seperti sedang menatapnya.

Eagle mencengkeram kepalanya. Bukan mata lahirnya yang melihat, ia menyadarinya. Di dalam hatinya, ia merasakan seorang gadis mengulurkan tangan pertolongan padanya... Apa yang hendak dikatakannya padaku? Eagle bertanya-tanya.

NSX mulai menembak. Bersamaan dengan itu Eagle kehilangan kesadarannya... matanya terbuka, tetapi begitu kosong. Ia masih begitu haus untuk tetap melihat sosok itu. Ia tidak bisa menjawab ketika namanya dipanggil-panggil dengan nada begitu panik...

"Ia menggunakan terlalu banyak energi mental!" Geo mengguncang-guncang tubuh Eagle. "Ia bisa kehabisan energi!"

Kehabisan energi... Kalimat itu memasuki telinganya seakan bersumber dari tempat yang jauh.

"Putuskan hubungannya dengan jalan yang dibuatnya!"

"Kita tidak bisa memutuskannya secara paksa. Otaknya dapat kacau!"

Orang-orang yang menyayanginya... berdebat untuk menyelamatkan dirinya...

"Apa yang akan kau lakukan, Geo?!"

"Aku akan membangunkannya dengan membuat gelombang kejutan listrik!" Geo melepas beberapa kabel yang terhubung pada peralatan yang terpasang di kepala Eagle dan menyambungkannya pada peralatan di kepalanya sendiri. Ia berkonsentrasi... "Bangun, Eagle... Bangun, kataku!"

Aliran listrik terdengar menderu bersamaan dengan bunyi bip yang semakin cepat, seperti mesin yang hampir mencapai puncak kapasitasnya.

"Ini gila!"

"Lebih baik daripada ia yang menjadi gila! BANGUN!"

Tubuh Eagle seperti tersentak oleh kejutan listrik. Seketika ia membuka mata dan cahanyanya kembali. Ia cepat menegakkan tubuhnya dan terengah-engah... "D-di mana?"

"Eagle! Kau hampir membuatku gagal jantung!" Geo menarik Eagle untuk duduk.

Eagle tak mendengarkannya, ia mencari-cari di monitor. "Di mana gadis itu?" Geo dan Zazu tak mengerti. "Di mana mashin merah itu?!" Eagle begitu murka. "Di mana dia?!" Ia mengguncang-guncang tubuh Geo.

"Kita berhasil menjatuhkannya..."

"Apa?!" Eagle menatap monitor yang menampilkan medan pertempuran di luar sana. Situasi terbalik ketika Fahren dan Chizeta bergabung dalam pertempuran, bersama Celece dan Windam menggempur Autozam. "Kalian menjatuhkannya?!"

Eagle mencengkram kepalanya... "Sistem Pillar adalah suatu kesalahan! Tak boleh lagi... Tak boleh lagi ada Pillar di Cephiro... Kau mengerti semua itu, kau tahu kebenarannya, tetapi mengapa kau tetap bertahan dengan keinginanmu?"

Ia mencari-cari orang yang mengatakan hal semacam itu padanya. Ia mengarahkan pandangan ke seluruh bagian Cephiro untuk menemukan di mana mashin merah itu menghilang. Ia tertegun. Bukan mashin merah, melainkan sosok hitam yang sudah sangat dikenalnya... "Lantis..." Ia menegang.

Gambaran itu diperbesarnya. Lantis tepat memandang ke arahnya dengan begitu dingin. Ia berlutut di tanah. Di tangannya, ia memeluk seorang gadis berambut merah tampak tak sadarkan diri dan berdarah di sana-sini. Gadis itulah yang dilihatnya... Eagle menyentuh layar monitor secara tak sadar... Lantis mengarahkan pedangnya ke arahnya.

"Apakah aku harus bertarung denganmu?" Eagle membaca gerak bibir Lantis. "Apakah aku harus membunuhmu?"

...

"Lantis!" Eagle berteriak menghentikan Lantis yang sudah siap di punggung kuda sihirnya. "Kau akan kembali ke Cephiro hari ini? Kau kembali untuk mengakhiri sistem Pillar?"

"Ya." Lantis memunggunginya. Di hadapannya ada langit malam yang sendu...

"Tidak adakah jalan yang lain?"

"Untuk menjadi Pillar, kandidat-kandidat Pillar harus menjalani suatu seleksi. Mereka yang memenangkannya adalah Pillar terpilih..."

"Kau hendak menemukan para kandidat dan... membunuh mereka sebelum mereka sempat menjalani seleksi?"

"Ya."

"Mungkinkah tindakan itu dapat mengancam nyawamu?" Lantis tak menjawabnya. Ia berbalik dan menghadapi Eagle, berharap Eagle tak bertanya lebih banyak. "Aku mengerti. Kau bisa mati karenanya... tetapi mengapa kau tetap bertahan dengan keinginanmu? Kau dapat hidup di sini..."

"Eagle... Aku tahu apa yang aku lakukan. Ini tugasku sebagai seorang magic swordsman."

"Baiklah, aku mengerti. Di sinilah perpisahan kita. Kau sudah membuat keputusan, maka berpeganglah pada keputusan itu apapun yang terjadi. Jangan kau mundur. Aku pun telah membuat sebuah keputusan..."

"Tentang apa?"

"Rahasia. Aku juga tak akan mundur."

Kita benar-benar telah berpisah... Eagle memejamkan mata. "Perbaiki kerusakan. Kumpulkan para prajurit yang berhasil bertahan. Setelah ini adalah pukulan terakhir kita."

Eagle keluar dari ruang komando dengan langkah gontai. Ia menolak Zazu yang hendak menolongnya... Zazu menoleh pada Geo yang memerintahkannya mengikuti Eagle. Zazu mengangguk dan ikut keluar dari ruang itu.

Geo menghadapi satu komputer dan mengetikkan beberapa kode dengan gugup. Ia tahu ini kesalahan besar. "Berikan data mengenai catatan daya hidup." Ia memasukkan kode-kode tertentu lagi yang mengacu pada Eagle Vision. "Tiga jam." Ia membaca pesan di monitor tentang berapa lama data akan selesai diperoleh. Semoga tak ada yang mencurigai ini, pintanya dalam hati.