Hikaru termenung...

Umi dan Fuu memandangnya cemas. Fuu memeriksanya lagi. "Masih adakah yang terasa sakit?"

"Ya, ada," jawab Hikaru dengan suara bergetar. Hikaru menyentuh dadanya, tempat jantungnya tak berhenti memompa kegelisahan. "Hatiku... begitu sakit."

Fuu serta-merta memeluknya. "Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu?" ratapnya.

"Memaafkan aku..."

"Untuk apa?" tanya Umi ikut duduk di sampingnya.

"Sekali lagi aku membuat kalian cemas..." Hikaru menunduk. Sekali lagi, sesungguhnya bukan itu yang ingin dikatakannya. Ia tak bisa menatap mata kedua sahabatnya.

Fuu menggeleng kuat-kuat. "Kau tidak salah sedikit pun. Kau telah melakukan yang terbaik, sama seperti kami yang telah berusaha sebaik mungkin. Kau tak bisa meyakinkan Autozam, itu bukan kesalahanmu. Kali ini kita akan mencegahnya bersama-sama."

"Terima kasih..." Hikaru turun dari ranjangnya. "Aku ingin berpakaian. Aku harus menemui seseorang."

"Siapa?"

"Lantis."

"Orang itu?!" Umi sangat terkejut.

"Ada yang harus aku katakan padanya."

"Sekalipun dia menyelamatkanmu tempo hari, kau tak perlu berterima kasih padanya," protes Umi. "Ia mengkhianati Cephiro. Ia pergi ke Autozam dan aku kira, ia menceritakan banyak hal tentang sistem Pillar pada pemuda Autozam yang menyusahkan itu."

"Kau tidak salah, Umi. Tentu saja ia menceritakan banyak hal pada Eagle Vision." Umi dan Fuu tak mengerti, keduanya saling berpandangan. "Mereka bersahabat. Sama seperti kita." Hikaru tersenyum, lalu menghilang keluar kamar.

Hikaru berlari secepat mungkin, ia mencari-cari ke seantero kastil, tetapi nihil. Hikaru terengah-engah, menahan sakit di tubuhnya yang belum benar-benar pulih. Ia berakhir di tempat di mana ia dan Lantis pernah bertemu dahulu. Lantis juga tak ada di sana.

Mereka benar-benar bersahabat... Ia ingat ketika Lantis mengarahkan pedangnya ke arah Eagle Vision... Aura kebencian itu, bercampur kepedihan yang tak bertepi! Mana bisa aku membiarkan mereka melakukan hal gila yang tidak mungkin dilakukan siapapun yang bersahabat? Mereka hanya akan menghancurkan diri mereka sendiri!

"LANTIS!" Hikaru berteriak memanggilnya. Suaranya menggema di lorong-lorong kastil yang kosong. Tempat ini telah menjadi begitu sepi. Orang-orang telah bersembunyi di tempat-tempat perlindungan bawah tanah...

Hikaru hendak kembali mencari ketika guncangan yang begitu dahsyat mendera Cephiro tanpa henti. Ia terhempas ke lantai dan mendapati tanah di bawah kakinya merekah... Dari kejauhan, dari dalam bumi, ia bisa mendengar suara orang-orang yang gempar. Ia terperangah ketika sesuatu yang menyilaukan muncul di angkasa...

Tidak bisa dipercaya... Ia terhuyung dan terjatuh lagi ke belakang. Terkesima, NSX yang begitu besar ditabrakkan dan berhasil mengoyak pelindung kastil... dan pelindung itu pun lenyap! Kastil mulai runtuh di sana-sini. Ia tak mampu berdiri; gempa besar melanda Cephiro. Alam telah menjadi sekutu Autozam dengan sangat baiknya dalam menghancurkan Cephiro.

Hikaru melihat Celece dan Windam telah muncul dan melesat ke angkasa. Ia pun memanggil Rayearth. Ia berkelit di antara reruntuhan, menyaksikan kehancuran telah benar-benar secara cepat menjadi merata... Para sorcera berusaha memperbaiki pelindung, tetapi tak ada gunanya.

NSX menghantam tanah dengan bunyi berderak yang mengerikan. Pesawat itu meledak di sana-sini, menghamburkan ribuan serpihan, berton-ton tanah, membumbungkan asap tebal dan debu ke udara. Dari dalamnya meluncur berpuluh-puluh, atau beratus-ratus, Hikaru tak bisa menghitungnya, robot tempur bersenjata lengkap. Jumlah mereka sebetulnya tidak berarti jika dibandingkan dengan jumlah prajurit Fahren dan Chizeta yang telah menggabungkan diri untuk melindungi Cephiro, tetapi mereka mampu mengungguli semuanya.

"SAPHIRE WHIRLWIND!"

"WATER DRAGON!"

Umi dan Fuu menyambar jatuh setiap robot tempur Autozam di hadapan mereka. Mereka menghalau musuh sejauh mungkin agar tidak mendekati pusat Cephiro, tempat ratus ribuan rakyat Cephiro berlindung.

"Inikah yang kau ceritakan tentang betapa kuatnya mereka, Umi?"

"Maju, Fuu!"

"WIND PROTECTION!" Fuu menangkis laser-laser yang ditembakkan prajurit Autozam.

Tiba-tiba, sesuatu yang begitu cepat menghantam Windam, membuatnya terhempas hebat ke bumi. Sebuah robot tempur, menyerupai FTO milik Eagle Vision, tetapi bukan. Robot itu begitu cepat.

"Ia bagianku!" Umi mengajukan dirinya. Umi melesat selincah dan secepat gerakan air yang terjun dari ketinggian. Keduanya saling berkejaran untuk saling menjatuhkan. Laser-laser ditembakkan dan Umi sudah mencabut pedangnya. Umi mengerang marah pada penyerangnya.

Hikaru heran. Pertempuran ini begitu bisu, sekalipun derak, dentum, dan deru terdengar di mana-mana. Hikaru melakukan bagiannya dengan menembakkan panah-panah api. Fuu bertindak defensif. Ia mencari-cari, tetapi Eagle Vision tidak tampak di medan tempur. Seluruh robot tempur dan orang-orang yang menjadi pilotnya seakan tak peduli hidup dan mati. Mereka telah terprogram! Terprogram untuk bertahan sampai detik terakhir mereka akhirnya dihancurkan...

Manusia bukan robot. Manusia bukan benda... Kau tidak bisa memaksa mereka melampaui batas mereka, Eagle Vision. Mereka akan menangis... Hikaru mengingat Eagle Vision yang dilihatnya dalam hatinya, matanya yang indah, matanya yang memancarkan kesedihan mendalam... Hikaru mengingat semua orang. Mereka semua sudah sampai pada batas mereka... Mereka tak memiliki hal lain lagi selain apa yang selama ini mereka percayai dan membuat mereka bertahan. Mereka akan berjuang untuk itu dan membuktikan, siapa yang paling kuat dan keluar sebagai pemenang...

...

"Hikaru! Awas!" Fuu membuat Hikaru terkejut. Hikaru terdorong, sementara Fuu menamenginya, melindunginya dari laser Autozam. "Kau masih belum baik! Jangan memaksakan diri! Umi! Bawa Hikaru pergi-"

"Aku baik-baik saja!" Hikaru cepat bangkit. Api dalam dirinya membesar. "Aku baik-baik saja!" Ia kembali ke dalam pertempuran

"Robot-robot ini sangat menyusahkan! Mereka tidak membiarkan kita..." Umi meledakkan beberapa...

"Mereka pengecoh-"

"Aku tidak melihat robot hijau itu! Di mana Eagle Vision?" Semua terlihat sama! "Fuu! Kau tetap bersama Hikaru! Aku akan memeriksa ke Menara Seleksi-" Umi terkesiap.

"Kau tak akan ke mana-mana, Nona." Sebuah robot dengan corak biru putih menghadangnya. Suara seorang pria yang terdengar sangat menyukai pertarungan. Ia seorang petarung. "Geo Metro di sini."

"Umi!" Hikaru dan Fuu berteriak bersamaan.

"Aku diperintahkan untuk menghentikan kalian."

"Jadi, begitulah rencana kalian, Autozam!" Umi berang. Ia berduel dengan robot biru. "Kalian hentikan Eagle Vision! Serahkan orang ini padaku!"

"Sungguh berantakan. Tetapi ini bukan masalah besar bukan? Cephiro dapat pulih kapan saja. Ketika Sang Pillar kembali, semua akan menjadi seperti sedia kala." Eagle tersenyum. "Maaf, aku membuat rumahmu menjadi jelek. Lantis..."

"Diam di tempatmu."

Eagle tak menjawab. Pandangan matanya melampaui bahu Lantis. Menara Seleksi tepat di belakang punggungnya. Sudah begitu dekat. Ia menyadari ini tidak mungkin mudah. Akan ada banyak penghalang yang menyulitkan. Satu demi satu, Fahren,Chizeta, pelindung raksasa Cephiro, Magic Knights, telah berhasil dilaluinya. Eagle menatap Lantis lekat-lekat di monitornya. Ia yang terakhir!

Eagle serta-merta menyerbu. FTO melesat cepat dengan pedang laser terhunus. Robot raksasa itu sekuat tenaga mendekati menara, tetapi Lantis terus menyerangnya dengan cresta. Aliran energi magis menimbulkan lecutan listrik di dalam kokpitnya. Eagle mengarahkan kanonnya dan menembakkan api besar tepat ke arah Lantis...

"Kau bisa mati, kau tahu? Mengapa tak kau biarkan aku lewat?!" seru Eagle. "Cephiro menerimaku! Kau tahu, aku sang kandidat!" Eagle menyerang Lantis bertubi-tubi. Sosok Lantis tenggelam dalam ledakan demi ledakan... Air mata Eagle mengalir pelan di wajahnya... "Kau tahu aku harus menyelamatkan negaraku! Aku harus menyelamatkan rakyatku! Aku butuh kekuatan! Aku harus menjadi Sang Pillar... sebelum waktuku habis... dan tak ada lagi yang bisa aku lakukan..." Eagle menembak untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya amunisinya habis. "Sial... Kau bukan tandinganku!"

Lantis muncul menembus ledakan. Sekalipun terluka, ia sempat berlindung dalam mental shield-nya. Ia semakin dekat, mereka saling berhadapan... Begitu dekat untuk bisa merasakan kematian juga mendekati mereka.

"Kau bukan tandinganku!"

"Aku tetap akan menghentikanmu!"

Waktu seakan berhenti. Dua kekuatan yang dilepaskan sekuat tenaga bertemu... Teriakan yang satu ditenggelamkan oleh teriakan yang lain. Duel terakhir mereka akhirnya dapat disimpulkan...

"PANAH API!" Api-api besar melesat ke arah Lantis dan Eagle, memukul mundur keduanya. Lantis terhempas ke belakang dan menabrak bagian puncak beberapa menara. Beruntung, mental shield-nya berfungsi baik.

"KALIAN!" Hikaru muncul di tengah-tengah dan melerai keduanya. "Mengapa bertempur seakan tak ada lagi hal penting lain di dunia ini?!" Hikaru terengah-engah. "Fuu, hentikan robot hijau itu..."

"Baik!" Serta-merta, udara berpusing menyelimuti FTO dan menghentikan pergerakannya. Fuu membekuknya.

"Aku belum kalah..." desis Eagle. Ia menarik sebuah alat bertombol. Self-detonating device. "Mati kalian!"

Lantis, Hikaru dan Fuu terbelalak... Tak sempat menghindar! FTO meledakkan diri.

Di berbagai tempat yang berbeda, orang-orang yang bertempur terkejut luar biasa. Mereka yang terguncang tak sadar berhenti bertempur untuk memahami apa yang terjadi...

Umi tak pernah melihat cahaya yang seperti itu... datang dari arah Menara Seleksi. Ia kehilangan konsentrasi, pikiran buruk menyelimutinya. Ia tidak berhasil tahu apakah itu, tetapi ia bisa merasakan sesuatu yang begitu buruk baru saja terjadi.

"Aku percaya padamu, Eagle!" Geo berseru, bersimbah air mata. Ia mengambil kesempatan mengetahui Celece yang membeku di tempatnya. Ia kembali menyerang... "Kau tidak akan mati sedemikian mudah!"

...

"Ya, aku akan mati..." Geo memegang kertas data daya hidup Eagle dengan tangan bergetar hebat. Eagle hanya tersenyum, sementara ia memucat. "Aku tahu kau mengakses data itu. Transmisi langsung ke Autozam selalu bisa dideteksi. Aku meminta maaf, tetapi aku tak akan berbohong. Aku hanya tak bisa mengatakannya. Aku belum ingin dikalahkan. Ada banyak hal yang ingin kulakukan sampai akhir. Aku tidak akan menghentikan apa yang telah aku usahakan sejauh ini..."

Eagle menodongkan pistolnya, mengancam.

"Jangan harap kau bisa menggoyahkan tekadku dengan air matamu. Geo, sahabatku…"

...

Sulit, tetapi Geo pertama kalinya bisa mengingat suatu istilah yang begitu sulit. Degenerasi kesadaran. Diakibatkan oleh habisnya energi mental. Bukan mati, tetapi tidur untuk selamanya.

Kau pejuang, Eagle. Kau pahlawan...