Waktu pun berlalu, detik demi detik. Masuk berganti, keindahan demi keindahan berlanjut. Roda kehidupan berputar dan orang-orang menemukan kebiasaan mereka kembali. Clef mendengarkannya. Burung-burung berkicau bebas di pagi hari Cephiro tanpa Pillar. Clef melihatnya. Bunga-bunga yang bermekaran di bumi Cephiro tanpa Pillar. Gadis-gadis muda merawatnya, dengan penuh keceriaan lalu bermain-main air, menjerit-jerit kegirangan.

Suara itu bercampur dengan sorak-sorak orang, juga raungan monster-monster dan celotehan peri hutan, yang bahu-membahu membangun kembali kota, desa-desa, tempat tinggal, penghidupan mereka. Terdengar menyenangkan, gema suara hutan, kayu-kayu yang diseret menuju tempat pembangunan, dentangan besi yang dipukul-pukul, batu-batu yang ditambang, lalu dipecahkan... Pelan-pelan keindahan yang dahulu ada lahir kembali.

Di sisi lain kastil, pemuda-pemuda berlatih bela diri atau kemampuan magic mereka. Mereka pelindung Cephiro selanjutnya. Mereka begitu bersemangat mengetahui tetes keringat karena latihan keras mereka begitu berharga demi negeri yang mereka cintai. Anak-anak kecil berlarian menuju ladang-ladang... Panen pertama di Cephiro. Burung-burung liar juga beterbangan ke arah ladang-landang gandum yang menguning.

Ribuan makhluk bergerak dengan visi yang sama. Cephiro. Fahren dan Chizeta turut memberikan uluran tangan sebagai cara mereka meminta maaf telah menginvasi Cephiro. Ahli-ahli bangunan didatangkan dari kedua negeri itu. Setelah perbatasan dibuka, barang-barang pun mengalir masuk ke Cephiro untuk pertama kalinya. Kontak pun dibuat dengan Autozam... mengikuti apa yang dikatakan Hikaru, Umi dan Fuu sebagai jalan lain untuk menyelamatkan negeri itu.

"Bekerja sama untuk saling bertukar pikiran," kata Fuu di hadapan forum yang berisikan para wakil empat negara. "Itu yang dilakukan di dunia kami untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan. Kami membentuk organisasi lintas bangsa. Orang-orang dengan berbagai keahlian duduk bersama dan saling berbicara tentang masalah dan solusinya..."

Umi mengangguk. "Itu dinamakan kerja sama." Ia sangat mengerti hal ini karena ayahnya adalah seorang diplomat. "Setiap negara membuat perwakilan di negara tetangga dan dapat saling berkunjung untuk melihat keadaan dari negara yang dikunjungi. Setiap negara tidak hanya saling mendukung, tetapi juga saling mengawasi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan..."

Hal yang seperti itu benar-benar baru di Cephiro dan negara-negara lainnya, dan itulah pendekatan yang digunakan untuk menolong Autozam keluar dari krisisnya. Dan lagi-lagi dunia ini begitu misterius... Dengan kemampuan menggunakan magic, waktu pemulihan yang sedianya menghabiskan masa bertahun-tahun dipangkas sedemikian rupa sehingga setelah satu tahun lewat, Autozam dapat melihat langit yang biru dan tumbuhan hijau tumbuh subur.

Spesialis hidup di ruang yang ganas, Fahren dan Chizeta adalah tempat berkonsultasi yang baik. Autozam menyetujui pengurangan penggunaan mesin yang mengemisikan gas-gas berbahaya dan perubahan gaya hidup lewat peraturan-peraturan yang ketat. Tanah yang semula ditutupi ribuan produk teknologi dibuka sebagai ruang bagi begitu banyak pepohonan. Fahren menggali kanal-kanal raksasa untuk mengalirkan beberapa aliran sungai mereka untuk melintasi Autozam. Sedikit demi sedikit polusi terangkat dari Autozam. Awan gelap yang selama ini menaungi Autozam tersibak, matahari yang hangat bersinar sepanjang tahun, termasuk ketika musim dingin yang biasanya begitu begitu membekukan...

Sebagai balasan, Fahren mendapatkan daerah datar di utara Autozam yang cukup luas, memanjang sampai ke barat. Pengurangan sedikit wilayah bukan masalah besar bagi Autozam yang tengah mencari obat bagi kondisi sekaratnya. Fahren pun melakukan yang terbaik. Setelah Chizeta mendapatkan wilayah yang dijanjikan oleh Cephiro, keempat negara memiliki wilayah yang berimbang dalam luas maupun kekuatan. Cephiro mulai membangun kekuatan militer sebagai respon atas ketiadaan Pillar pelindung mereka lagi. Hari ini semua negara berada dalam posisi yang setara dan bersahabat, saling berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki...

"Ini kemenangan tidak hanya bagi Cephiro, tetapi juga bagi seluruh dunia..." kata Clef sambil bersandar di kursinya, mengingat semua yang terjadi setelah satu tahun berlalu. "Benar, bukan? Ferio?" Clef menoleh...

Ditemani Presea dan Fuu, Ferio memulai pelajarannya sebagai kepala negara Cephiro. Ferio memandang berlembar-lembar kertas, perkamen, gambar-gambar... Ia bukan seorang pembelajar yang baik mengingat ia menghabisakan bertahun-tahun usianya di alam liar. Clef pun tersenyum... Pangeran muda ini memang perlu belajar dan ini memang tidak mudah. Selama masa belajar ini, Clef-lah yang untuk sementara memimpin negara.

Presea memiliki murid yang keras kepala, mendebatnya dalam berbagai hal... Sementara itu, Fuu begitu sabar menjelaskannya berbagai hal. Dan saat-saat rehat mereka berubah menjadi romantis...

"Hahh..." desah Ferio. Ia bersandar di kursinya. "Aku pernah membayangkan punya sebuah pondok di Hutan Kesunyian..."

"Untuk apa?" tanya Fuu sambil lalu. Ia sedang membaca sesuatu.

"Untuk tinggal denganmu." Presea dan Clef mengangkat kepala mereka, terkejut, lalu tertawa. Sementara itu, wajah Fuu merah seperti tomat.

"Apa yang kau bicarakan di saat seperti ini?" Fuu memukul Ferio main-main. "Seriuslah belajar!"

"Baiklah... baiklah..." Ferio tertawa-tawa. "Kalau kau tak mau, aku akan membuatkanmu sebuah kastil!"

Ya, kebahagiaan terbesar Ferio adalah Fuu. Keberuntungan terbesar Ferio adalah betapa Fuu sungguh gadis yang dapat diandalkan. Hubungan di antara mereka berdua begitu dekat. Clef sendiri membayangkan akan adanya pernikahan di antara keduanya. Clef melihat cincin di tangan Fuu dan ia sangat mengenalinya. Di masa kecilnya, Putri Emeraude pernah menunjukkan cincin itu kepadanya dan dengan sangat bersemangat mengatakan bahwa ia akan memberikan cincin itu kepada pria yang dicintainya.

"Maaf." Clef bangkit dari kursinya. Ia membereskan beberapa hal, "Aku perlu mencari udara segara..."

Clef meninggalkan ketiga orang yang sudah kembali melanjutkan kegiatan mereka. Di sepanjang koridor, Clef memandang Cephiro... Dunia yang seperti ini adalah juga impian dua sahabatnya itu. Ia ingin mempersembahkan kemenangan ini pada mereka dan mengenang mereka sungguh hal yang memedihkan hati. Tapi, bagaimana ia dapat menyampaikannya? Nair dan... Irida di Rune. Keberadaan mereka lama sekali tak diketahui. Mereka adalah buronan terbesar Autrous karena mereka adalah dalang di balik pemberontakan-pemberontakan orang-orang Rune untuk mengusir orang-orang Autozam yang menjajah tanah mereka.

Bersamaan dengan semakin akrabnya hubungan Cephiro dan Autozam, sesungguhnya Clef ingin memulai pembahasan mengenai nasib bangsa Rune yang terabaikan. Namun, ia belum menemukan saat yang tepat untuk mengangkatnya dalam forum empat negara maupun membicarakannya dengan Ferio sendiri. Sementara itu, masa lalu Cephiro dan Rune pun tidaklah baik dengan riwayat perang-perang besar mereka...

"Guru Clef!"

Clef terlonjak mendengar dirinya dipanggil. Ia menoleh pada asal suara itu dan menemukan Umi dan Ascot sedang dikelilingi oleh belasan anak-anak berkumpul di pelataran kastil yang ditumbuhi rerumputan dan bunga-bunga. Mereka tengah bermain-main bersama monster-monster Ascot, juga menggelar alas untuk makan bersama. Umi rupanya membuat banyak kue kali ini.

"Bergabunglah bersama kami!" teriak anak-anak berbarengan. Umi dan Ascot tertawa senang.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Clef menghampiri mereka.

"Kakak menceritakan dongeng!" jawab seorang anak perempuan. Mira. "Dan kami mendramakannya. Ascot menjadi kuda! Aku menjadi tuan putri!"

Seketika Clef terbahak. Wajah Ascot bersemu merah. Ia tampak menggosok-gosok kepalanya karena malu isi hatinya terungkap. Jika itu permintaan Umi, apapun akan dilakukannya. Monster-monster Ascot ikut melonjak-lonjak gembira. Pemandangan yang mencerahkan hati.

"Kakak, ajarkan kami membuat kue!"

"Tidak hari ini, adik-adik..." Umi menggeleng. "Aku harus menyiapkan bahan-bahannya. Minggu depan kami akan kembali lagi dan aku berjanji hari itu adalah untuk kalian!" Umi berseru kegirangan. Ia menggendong anak terkecil dan melempar-lemparkannya ke udara, bermain-main.

Ini kemenangan yang lain... pikir Clef. Ada lebih banyak kegembiraan. Tak ada lagi ancaman perang secara nyata ketika keempat negara membuat perjanjian damai. Inilah rasa aman itu sehingga anak-anak dapat tertawa sedemikian renyahnya. Anak-anak yang tak bisa berbohong tentang apa yang ada dalam hati mereka...

"Kau hendak ke mana, Guru?" tanya Ascot terengah-engah. Ia tadi mengejar-ngejar seorang anak yang mengambil topinya.

"Kembali ke menaraku. Tetapi sebelumnya, aku perlu memeriksa keadaan Eagle hari ini."

"Sayang sekali..."

Clef tersenyum berterima kasih. Ia merasa sudah terlalu tua untuk bermain bersama mereka... kilahnya kepada mereka yang mendesak-desaknya agar tetap tinggal. Ia melambai pada anak-anak dan berlalu meninggalkan mereka.

Komandan pasukan Autozam, Eagle Vision, belum meninggalkan Cephiro sejak saat itu. Ia masih belum sadarkan diri. Sejauh ini kondisi Autozam belum siap untuk menerimanya dan Eagle Vision membutuhkan dirinya. Selama ini Clef bertanggung jawab merawatnya secara khusus, bersama Lantis dan Hikaru yang setia mendampingi Eagle.

Clef mengevaluasi setiap perkembangan Eagle Vision dari hari ke hari. Pemuda itu sungguh menderita penyakit yang tidak pernah ada sebelumnya. Degenerasi kesadaran karena terlalu banyak menggunakan energi mental. Ia belum pernah mengetahuinya. Meskipun demikian, Eagle telah terhindar dari kondisi kritis dan pelan-pelan bergerak menuju kesembuhan...

"Kau ingin melihat Eagle, Guru Clef?" Geo Metro menyapanya sopan. Tak disangkanya mereka berpapasan di jalan menuju kamar Eagle Vision. "Bagus. Aku juga ingin ke tempatnya." Geo Metro termasuk prajurit Autozam yang selamat dalam invasi tahun lalu. Ia dikalahkan Ascot dan Umi pada pertempuran saat itu, tetapi berhasil menyelamatkan diri. Sekarang menjadi rekan mereka semua dan bersama Zazu Torque memutuskan tinggal di Cephiro untuk menemani Eagle.

Clef mengamati penampilan Geo Metro yang luar biasa dalam seragam militernya yang berwarna putih dan dihiasi berbagai lencana. "Kau ikut kembali ke Autozam?"

"Ya. Aku hendak berpamitan kepada Eagle dan Lantis. Tapi kepergianku hanya sementara. Aku akan kembali. Aku tidak bisa meninggalkan Eagle sendirian terlalu lama. Terima kasih sudah menerima kami selama ini."

"Jadi, kapan pasukan Autozam akan diberangkatkan?"

"Tidak lama lagi. Sekitar satu jam lagi. Oh ya. Aku meninggalkan NSX di Cephiro. Aku tak bisa membawanya pulang karena kerusakannya yang parah luar biasa. Zazu masih berjuang menyelamatkan kapal itu. Semoga dia berhasil. Ia sangat mengharapkannya. Dia juga bertekad memperbaiki FTO dan GTO. Ia benar-benar bersikeras, padahal sudah kukatakan, ia tak perlu melakukannya. Kondisi damai ini tak butuh mesin perang..."

"Itu benar."

Kamar Eagle tampak di hadapan mereka. Pintunya terbuka lebar dan terdengar suara seorang gadis yang ribut mengocehkan sesuatu. Hikaru ada di sana. Dan itu berarti pula Lantis ada di sana. Clef melihat keduanya dan dan merasa geli... Pasangan yang sungguh tidak biasa, bertolak belakang bagaikan bumi dan langit...

"Apa kabar kalian?" sapa Geo.

"Geo! Guru Clef!" Hikaru segera bangkit dan menyongsongnya.

"Kau begitu berisik..." keluh Geo. "Apa cerita hari ini?"

Hikaru tak mempedulikan pertanyaan itu, justru berseru, "Kau sangat keren!" Hikaru terkesima menyaksikan penampilan Geo, sementara Guru Clef melewati mereka menuju ranjang Eagle Vision. Lantis bergeser, memberikan Clef tempat.

Hikaru terdengar sedang menceritakan sebuah kejadian di dunianya, Clef duduk dan mendengarkannya sebentar, lalu berpaling pada Eagle dan Lantis. Tanpa Hikaru di dekat situ, memang suasana menjadi bisu. Lantis bukan orang yang suka berbicara panjang lebar, tetapi entah dengan hatinya, jika dia dan Eagle berdua saja. Mereka tentu bicara banyak.

"Mengapa kalian diam?" Lantis membuang mukanya dan memandang ke luar jendela di sampingnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan tak ingin Clef tahu. Ada apa dengannya, sementara itu Eagle terdengar terkikik. "Kau terdengar sedang senang, Eagle?"

"Tentu saja..."

Ya. Tanpa suara. Sungguh keajaiban ketika dalam kelumpuhannya, Eagle masih dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya dengan cara seperti ini. Tak ada suara, tetapi terdengar dalam benak mereka seakan-akan hati mereka memiliki telinganya. Mereka saling tersambung lewat telepati.

"Kau sudah bisa tertawa seperti ini..." Eagle mendengarkan. "Kau benar-benar akan pulih... Kau mungkin akan sadar sebentar lagi." Kata mungkin itu sesungguhnya sedikit menyedihkan karena bagaimana pun ia menunjukkan betapa tidak pastinya keadaan Eagle. Namun demikian, ada optimisme yang besar dalam cara Eagle meresponnya...

"Ya. Sangat mengharapkannya. Sesorang dengan tulus mendoakan kesembuhanku... Aku harus pulih..."

Clef memandang ke arah Hikaru dan tersenyum. "Ya. Dia luar biasa." Clef memeriksa beberapa bagian tubuh Eagle. "Kau dapat merasakan hangatnya matahari? Hari ini sangat cerah..."

"Belum benar-benar dapat merasakannya. Tetapi, aku bisa merasakan betapa terangnya dunia di sekitarku..."

"Saat ini musim panas. Tak ada awan di langit. Kau dapat merasakan lembutnya hembusan angin? Jendela di dekatmu terbuka lebar. Tirainya bergerak-gerak, lonceng yang digantung di atasmu bergemerincing... Suaranya sangat pelan dan membuat pendengarnya merindukan sesuatu yang jauh..."

"Meski begitu samar... Sangat menghibur, Guru..."

"Memang pelan, tetapi pasti. Semua memang terasa merayap. Satu tahun sudah berlalu. Bersabarlah sebentar lagi..."

"Aku benar-benar belajar bersabar, Guru... Aku tak terlalu memikirkan kapan waktunya. Aku dapat menikmatinya. Sekalipun sederhana, selalu ada kebahagiaan. Aku bersyukur dapat hidup di sini sehingga aku bahkan tak ingin kembali ke negaraku."

"Apakah ada alasannya?" Clef ingin tahu.

"Rahasia."

"Baiklah. Sudah selesai," kata Clef sambil bangkit. Ia memperhatikan Lantis. "Lantis... Apa masalahmu? Mengapa kau tak mau melihatku?"

"Tidak ada," jawabnya singkat. Tapi, Eagle terdengar terkikik lagi.

"Apakah aku perlu memeriksamu?" tanya Clef berpura-pura mengkhawatirkannya.

"Kau sudah pandai bercanda, Guru... Aku baik-baik saja."

Clef terkekeh, "Kalau kau ingin mengkonsultasikan sesuatu, datanglah kepadaku. Anak nakal..."

Lantis berubah merah padam. "Aku bukan anak-anak..." katanya dengan gigi bergemeretak.

"Sampai nanti, kalian semua." Sungguh anak-anak muda... sedikit banyak mereka tetap sulit untuk dimengerti oleh orang tua ini. Clef pun berjalan keluar dari tempat itu, tetapi sebentar saja ia mendengar tawa sudah meledak lagi. Di balik pintu, ia sempat mendengarkan.

Geo yang terdengar paling keras. "Ya Tuhan, kalian masih membicarakan kejadian itu? Kalau diingat-ingat aku juga masih ingin tertawa. Pertama kalinya kau begitu gila, Lantis!"

"Jangan membuat dia malu..." pinta Hikaru. "Bicarakan hal yang lain saja. Kalian tahu, anak kucing-"

Geo tak menggubrisnya yang berusaha mengalihkan topik. "Hikaru, pertanyaannya kini adalah apakah kau sendiri sudah setingkat lebih dewasa? Kalau Lantis kembali bertanya adakah seseorang yang ingin kau nikahi, apa jawabanmu sekarang? Apakah kau masih ingin menikahi semua orang?"

Clef mendekap mulutnya agar tawanya tidak pecah. Ia pun masih ingin tertawa jika mengingatnya. Ia menyaksikan peristiwa itu secara langsung... Lantis yang seumur hidupnya hanya kenal pedang, magic, berlatih dan bertarung akhirnya menjadi seorang pria yang lebih sempurna ketika mulai belajar tentang mencintai seorang wanita dan menyatakan cintanya. Apakah memenangkan hati seorang wanita sama seperti memenangan sebuah pertempuran?

"Hei, aku masih 16 tahun!"

"Kau tahu, ibuku melahirkanku di usia semuda itu?"

"Kau hanya bercanda. Aku tahu itu. Hentikan. Jangan membuatnya sulit..." Lantis membela Hikaru.

"Sekalipun kalian tak mengatakannya, aku sudah bisa melihatnya dengan jelas," kata Geo menggoda mereka berdua. Tiba-tiba Geo ingat mengapa ia ada di sini. "Oh ya, sebentar lagi prajurit Autozam akan diberangkatkan pulang. Aku harus mengantar mereka sebagai wakilmu, Eagle."

"Apa yang kau bawa itu?" tanya Hikaru.

"Kamera!" jawab Geo riang. "Kalian berdua, mendekatlah pada Eagle. Aku ingin mengambil gambar kalian bersama dengan Eagle. Aku akan menjadikan foto ini hadiah untuk ayahmu, Eagle. Ia akan tenang jika tahu kau baik-baik saja di Cephiro... Tapi, apa jadinya jika ia tahu kau tak mau pulang?" Geo tertawa. "Hei, apa-apaan kalian berdua?" Geo meneriaki Hikaru dan Lantis.

"Kenapa?"

"Mengapa kalian sekaku itu? Rangkul dia, Lantis!"

"Geo!" Hikaru keberatan dengan permintaan itu. Wajahnya merah padam. "Lantis!" Rupanya Lantis menurutinya.

"Berhenti bergerak-gerak... Aku ingin orang ini berhenti bicara. Jadi, cepatlah." Lantis tak melepaskan Hikaru.

Terdengar tawa Geo lagi... "Bagus! Kalian sangat serasi…"

Tak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya... Clef memutuskan melanjutkan langkahnya, masih tersenyum. Itulah kehidupan; untuk memiliki orang yang menemanimu hidup, sahabat, kekasih, untuk saling mencintai dan dicintai...

Masa muda yang seperti itu baginya tidak pernah menjadi kenangan karena ia tak pernah mengalaminya. Namun, ia bisa mensyukuri umur panjangnya. Ia bisa melihat perubahan. Perubahan yang baik... Bisa melihat generasi ini bahagia adalah kemenangannya sebagai seorang guru atas murid-muridnya. Ketika melihat ke belakang, ke masa yang telah lalu, untuk pertama kalinya ia merasa ringan dan puas. Ini juga adalah kemenangannya sebagai manusia sejak ia memutuskan untuk tidak menyerah. Ia pun memutuskan untuk kembali tidak menyerah... Masa depan Cephiro masih panjang dan mungkin ia masih akan dianugerahi hidup yang pajang.