Tittle : Date Date!

Genre : Romance, fluffy

Rating: T

Word : 2k+


Perang telah usai, dan ini setidaknya bisa membuat seorang Harry Potter jadi lebih tenang. Ia bisa menikmati tahun terakhirnya di Hogwarts. Ia bisa terus bercanda bersama teman-temannya tanpa perlu waspada akan hal-hal yang tidak mereka inginkan akan terjadi. Namun yang terbaik baginya adalah, ia bisa menikmati waktu yang lebih banyak bersama kekasihnya.

"Harry!"

Harry menoleh saat seseorang memanggil namanya, dan ternyata itu adalah sang kekasih yang sedari tadi ia tunggu. Draco berjalan ke arahnya dan segera memeluk Harry kemudian tidak lupa memberikan kecupan singkat di bibir Harry.

"Kau lama sekali, aku pikir kau tidak mau datang," kata Harry sambil mengalungkan kedua lengannya di leher Draco.

"Pansy menahanku tadi, menyuruhku membersihkan ruang rekreasi yang entah kenapa berantakan," jawab Draco.

Harry hanya mengangguk tanda mengerti. Dan kemudian Draco kembali mencium bibir Harry dengan lembut. "Apakah kita hanya akan menghabiskan kencan hari ini seperti biasanya?" tanya Harry setelah Draco melepaskan ciumannya.

"Memangnya kau mau apa?"

Harry memasang pose berpikir. "Hm, aku sih mau pergi ke suatu tempat denganmu," Draco menaikkan alisnya menyuruh Harry melanjutkan perkataannya. "ayo berkencan di London,"

Draco sedikit terkejut. Kencan di tempat penuh Muggle? Hal itu memang belum pernah terpikirkan oleh Draco. "Tapi bukankah Inggris terkenal hujan? Jika kemarin hujan, hari ini hujan, maka besok sudah pasti hujan. Kau yakin ingin berkencan di sana?"

Harry mengangguk pasti. "Dan bukankah menurutmu kencan di saat hujan itu terlihat romantis?"

"Romantis? Kau hanya akan demam,"

Harry mendadak cemberut dan melepaskan kedua tangannya dari pundak Draco. "Kau yang tadi bertanya padaku mau ke mana kencan kali ini. Dan sekarang kau malah tidak mau menurutiku,"

Draco menggeleng cepat. "No dear, aku bukannya tidak mau menuruti permintaanmu, tapi kan..." Draco kehabisan alasan melihat Harry yang sudah cemberut dan tidak mau menatapnya. "Baiklah, kencan hari ini adalah di London,"

Wajah Harry langsung berubah girang. "Baiklah, kita berangkat sekarang!"

"Tunggu, dengan pakaian ini?" Draco merentangkan kedua tangannya memberitahu Harry dengan seragam Hogwarts yang mereka gunakan sekarang ini.

"Ah iya juga, kita ganti baju dulu," ucap Harry. "kembali lagi ke sini setelah ganti baju,"

"Kau tidak mau aku tolong ganti baju?" Draco sedikit menggoda Harry, dan berakhir mendapat satu pukulan sayang di kepalanya.

Keduanya kemudian berpisah sebentar untuk ganti baju. Harry sudah menggunakan celana jeans dan kemeja kotak-kotaknya kembali lebih dahulu. Diikuti Draco yang datang dengan sweater berwarna hijau gelap dan celana Levi's hitam.

"Kita pergi sekarang!" ucap Harry bersemangat. Dan tepat sebelum Draco sempat bicara, Harry segera ber-apparate sambil memeluk lengan Draco erat. Ini lah yang tidak terlalu disukai oleh Draco. Ber-apparate benar benar membuatnya tidak nyaman. Dan hanya dalam hitungan detik, kini Harry dan Draco sudah berada di jalanan kota London yang ramai.

"Drake, ayo cepat!" Harry langsung saja menarik lengan Draco yang membuat pemuda Malfoy itu hampir saja terjatuh.

"Pelan-pelan Harry, kita bahkan baru sampai," Namun sepertinya Harry tidak mendengarkan apa kata Draco dan tetap menariknya hingga sampai di depan bioskop.

Draco memandang bingung pada bangunan di depannya. "Tempat apa ini?"

"Bioskop. Tempatmu untuk menonton film," jelas Harry singkat sambil memeluk lengan Draco.

"Film? Apa lagi itu?" Draco makin terlihat bingung. Namun juga merasa senang karena Harry yang tidak pernah melepaskan tangannya. Biasanya, saat mereka berkencan, jangankan untuk bisa sedekat ini, bergandengan saja Harry tidak mau. Malu jika ada yang melihat.

"Hm, ya film. Para Muggle membuatnya untuk kesenangan mereka sendiri. Kau tau, saling beradu peran, namun kau tetap bisa menyaksikannya berkali-kali." jelas Harry sambil memesan dua tiket untuk mereka.

"Ayo kita masuk," ajak Harry. Draco yang masih belum mengerti apa-apa hanya menurut dan kemudian duduk di samping Harry.

"Kenapa di sini gelap sekali?" tanya Draco sambil melihat sekeliling.

"Memang begitulah bioskop, dan jangan terlalu berisik, kau akan mengganggu yang lain," balas Harry dengan mengecilkan volume suaranya.

Draco lagi-lagi hanya bisa menurut dan duduk diam. Mencoba mencari apa yang menarik hingga Harry tidak pernah melepaskan pandangannya dari film berjudul Baby's Day Out.

"Harry, bukankah para penculik itu terlalu bodoh? Dan bukankah bayi itu mendapatkan terlalu banyak keberuntungan? Dia bisa membaca masa depan ya? Sampai bisa tau jika dia akan selamat meski melewati kayu itu," Draco bertanya.

"Tentu saja tidak,"

"Lalu bagaimana caranya? Apakah ini sihir? Dia hanya bayi yang bahkan masih berjalan dengan empat kaki! Dan kenapa tidak ada orang-orang yang menyadari keberadaannya? Dan makhluk hitam besar berbulu itu, apakah monster penjaganya?"

Harry gemas. Ia menoleh pada Draco dan mencoba menjelaskan. "Drake, film itu ada yang nyata dan ada pula yang tidak. Para Muggle hanya menggunakan imajinasi mereka untuk membuat cerita lebih menarik. Lihat bagaimana bayi itu menyebrang jalan? Tidak mungkin juga orang mau membiarkan anak sekecil duduk diam di tengah jalan. Mereka mengeditnya, itu hanyalah bagian dari teknologi. Jangan salah, teknologi para Muggle bahkan bisa membuat cerita di mana hewan-hewan hidup seperti manusia, atau mungkin membuat para Muggle bisa menggunakan sihir," jawab Harry yang akhirnya diangguki tanda mengerti oleh Draco. Walau Draco masih belum sepenuhnya mengerti.

Setelah satu jam penuh, Draco dan Harry akhirnya keluar dari bioskop. "Hah, seru sekali tadi," kata Harry sambil mengingat-ingat setiap scene yang ada. "walau begitu menyebalkan karena kau tidak pernah berhenti bertanya hal-hal sepele padaku,"

"Mungkin bagimu sepele Harry, tapi bagiku semua hal itu aneh," Draco membela diri. Harry hanya angkat bahu.

"Sekarang kita mau ke mana?" tanya Draco setelah keduanya meninggalkan bioskop.

Harry tampak berpikir sejenak. "Tempat yang wajib kau kunjungi saat ke Inggris," usul Harry dengan wajah yang berseri-seri. "Big Ben!"

"Big Ben? Aku rasa aku pernah mendengarnya. Katanya itu adalah ikon negara ini, tapi aku tidak tau apa itu," kata Draco jujur.

"Kau akan tau nantinya," Harry lagi-lagi menarik tangan Draco tiba-tiba. Harry memilih berjalan kaki menuju Big Ben, karena memang mereka tidak terlalu jauh dari menara jam itu. Lagipula, jika jalan seperti ini, akan terasa lebih romantis kan? Memang sulit untuk menjelaskan hal-hal asing yang mereka lewati pada Draco, tapi Harry juga menikmatinya. Begitu pun dengan Draco, ia malah sangat menikmatinya. Bahkan ia terus mencuri ciuman dari Harry tanpa harus mendapatkan pukulan balasan dari Harry.

"Itu dia!"

Draco mengikuti arah telunjuk Harry dan mendapati sebuah menara jam yang begitu tinggi tak jauh dari tempat mereka berada. "Jadi, ikon kota ini hanya sebuah menara jam yang tinggi itu?"

Harry menghela napasnya. "Dray, kau benar-benar tidak mengerti nilai seni dan sejarah!"

"Bukannya tidak mengerti, tapi memang tidak peduli," gumam Draco dan kemudian Harry segera menarik Draco menuju sebuah toko eskrim.

"Draco, ayo kita beli eskrim," ajak Harry dan langsung memesan satu eskrim untuk mereka.

"Kenapa hanya satu? Kau tidak membelikanku?" tanyanya saat Harry hanya membeli satu cup eskrim dan segera mengajaknya keluar dari toko.

"Satu untuk berdua." jawab Harry dengan senyum manisnya. "lebih romantis bukan?"

Draco hanya balas tersenyum gemas. Jujur saja, Draco begitu senang melihat senyum lebar Harry sedekat ini. Biasanya Harry hanya akan memberikannya senyum termanisnya saat mereka sedang berduaan saja. Tapi berbeda sekali dengan kencan hari ini, Harry malah terlihat yang paling bersemangat.

"Dray, cobalah," Harry menyodorkan satu sendok eskrim coklat pada Draco saat mereka sudah berada di Wesminster bridge, di atas sungai Thames.

Draco awalnya sedikit ragu membuka mulutnya. Merasa sedikit aneh harus mencicipi salju berwarna coklat di depannya. Namun Draco segera berseru setelah Harry malah memaksakan sendok kecil itu masuk ke dalam mulutnya. "Hm, manis." komentar Draco singkat dan membuat Harry tersenyum. "apakah para Muggle selalu mengumpulkan salju saat winter dan memberikannya bermacam warna?"

Harry terkekeh gemas dengan pertanyaan Draco padanya. "Tentu tidak Draco, eskrim bukan terbuat dari salju. Bahkan anak kecil pun tau itu,"

Draco mendengus. "Dan kau pikir aku akan tau? Para Muggle punya selera yang aneh,"

"Kalau begitu kau harus mencoba makanan Inggris lainnya. Beberapa orang atau mungkin banyak orang luar yang mengatakan jika makanan Inggris itu sedikit aneh. Dan yah, beberapa orang Inggris juga kadang tidak terlalu menyukai makanan mereka sendiri sih," balas Harry dan menyuap satu sendok eskrim ke mulutnya. Draco begitu gemas melihat Harry yang makan seperti anak kecil.

"Kau sudah besar, bagaimana mungkin makan masih belepotan begitu," katanya sedikit terkekeh dan kemudian mendekatkan wajahnya untuk membersihkan sudut bibir Harry dengan bibirnya. Harry jadi memerah. "Kalau begini jadi makin manis," Harry hanya menundukkan wajahnya malu. Dan saat-saat seperti inilah Draco makin senang menggoda kekasihnya.

"Um, Harry," panggil Draco setelah Harry menghabiskan sendok terakhir dari eskrim mereka. "sebenarnya benda apa itu?" tunjuk Draco pada sebuah lingkaran yang terletak cukup jauh dari mereka namun tetap terlihat begitu besar.

"Ah, itu London eye," jawab Harry. "Biang lala yang juga Landmark negara ini. Kau mau naik?"

Draco memasang raut bingung. "Naik?"

Harry mengangguk dengan semangat. Benar-benar menggemaskan. "Kita bisa naik dan menikmati keindahan kota London dari atas. Dan beruntung ini sudah hampir sore, kita bisa melihat matahari tenggelam!" jelas Harry begitu bersemangat hingga Draco sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ia katakan. Harry hanya menghela napasnya dan kemudian segera berdiri dari tempat duduknya dan segera menarik Draco untuk ikut berdiri. "Ayo! Kita kesana," rengek Harry masih menarik-narik lengan Draco.

"Tunggu, kita jalan kaki?" tanya Draco tidak percaya.

"Tentu saja, mungkin memang sedikit lama, tapi setidaknya pemandangan di sekitar tidak akan membuatmu bosan," Draco hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Harry. "Mari menyebrangi sungai Thames!" Draco benar-benar tidak bisa menahan senyum di wajahnya melihat Harry yang benar-benar antusias.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup lama, Harry dan Draco sudah berada di depan London eye. "Wow, aku tidak menyangka jika ternyata ukurannya sebesar ini," kagum Draco sambil melihat puncak dari London eye.

"Ayo masuk," ajak Harry tanpa mempedulikan Draco yang masih terlihat bingung. Draco makin bingung saat Harry mengajaknya memasuki semacam kapsul dan diikuti oleh beberapa orang.

"Lalu apa sekarang?" tanya Draco bingung pada Harry setelah pintu kapsul tertutup. Harry hanya tersenyum seolah mengatakan agar Draco melihatnya sendiri. Dan baru saja Draco ingin kembali buka suara, bianglala besar itu langsung bergerak membuatnya terkejut. "W-wow, kenapa tiba-tiba benda ini bergerak?"

Harry hanya tertawa gemas melihat reaksi Draco. Harry kemudian mengajak Draco untuk melihat pemandangan kota London yang dihiasi dengan langit orange. Harry memeluk lengan Draco erat dan menyenderkan kepalanya pada bahu Draco. "Bukankah indah?" tanya Harry pelan.

"Hm," balas Draco singkat yang juga mengakui betapa indahnya langit sore di London. Bahkan Big Ben terlihat jadi lebih elegan dengan matahari tenggelam sebagai latarnya. Dan bukan sebuah kejutan lagi jika Draco mengambil banyak ciuman dari Harry.

Setelah satu putaran penuh, akhirnya Harry dan Draco keluar dari London eye. Dan lagi-lagi, Draco hanya bisa bersyukur karena Harry yang masih belum mau melepaskan tangannya. Sepertinya Harry benar-benar menikmati kencan mereka hari ini. Terlihat dari semangat Harry yang masih belum surut, padahal ini sudah hampir gelap.

"Sekarang kemana lagi?" tanya Draco setelah ia dan Harry meninggalkan London eye.

Harry berpikir. Mengingat-ingat tempat yang sudah lama ingin ia kunjungi untuk kencannya. "Hm, apa ya, tempat yang begitu indah saat malam hari?" dan saat Harry berusaha mengingat-ingat, tiba-tiba ia merasakan tetesan air jatuh di ujung hidungnya. "Eh, hujan kah?" tanyanya menatap langit.

"Sepertinya begitu," tepat setelah Draco membalas perkataan Harry, hujan dengan segera mengguyur London. Harry dan Draco langsung berlari tak tentu arah hingga Harry mengajak Draco masuk ke sebuah telephone box. Awalnya sih Draco begitu bingung karena Harry lebih memilih untuk berteduh di kotak merah ini, tapi jika tidak mau kehujanan, mau bagaimana lagi kan. Memang sih, agak aneh saat orang-orang lebih memilih berdiam diri di toko atau cafe pada saat hujan begini, sedang sepasang kekasih ini malah memilih berteduh di kotak telepon.

"Aku bilang juga apa, pasti akan turun hujan," kata Draco sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena hujan. "dan kenapa kita berteduh di sini?"

Harry hanya tertawa kecil sebagai balasan. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya pada Draco sehingga Draco langsung memeluk tubuhnya. "Tidak apa kan, ini juga romantis," katanya sambil membalas pelukan Draco.

"Kau selalu bilang romantis, tapi saat kita di Hogwarts, kau bahkan tidak mau membiarkanku menggandengmu," kata Draco yang hanya membuat Harry tersenyum padanya.

"Itu karena aku malu, kita selalu jadi perhatian tiap kali bersama," jawab Harry, "bahkan jika kita hanya berdiri berdampingan, orang-orang langsung melihat. Dan itu sangat membuatku tidak nyaman."

"Kenapa juga tidak nyaman?" Draco mendekatkan wajahnya pada Harry dan mencium bibir peach Harry sekilas. "Nanti juga saat di pernikahan kita perhatian semua orang hanya akan tertuju pada kita. Dan kupikir tidak apa jika kita memperlihatkan betapa romantisnya kita sekarang, agar orang-orang yang nanti tidak sempat datang ke pernikahan kita tidak menyesal karena tidak datang. Karena mereka sudah sering melihat kita berdua dikelilingi aura cinta,"

Harry tertawa pelan. "Tidak aku sangka pemikiranmu sudah sampai sana Draco,"

"Apa salahnya? Aku tidak salah kan?" bela Draco yang hanya dibalas Harry dengan tawanya. "Harry, apakah kau sudah mau pulang?"

Harry menggeleng dan kemudian menjawab, "Makan malam dulu baru kita kembali ke Hogwarts," katanya. "Bukankah kau berpikir jika kencan ini cukup menyenangkan?" tanya Harry membuat Draco mengangguk. Draco jujur kok, dia tidak menutupi apa-apa. "baiklah, kapan-kapan kita akan kencan lagi ke London. Ada banyak tempat lagi yang belum kita datangi. Nanti aku akan mengajakmu mengunjungi Westminister Abbey, Istana Buckingham, Green Park, St James Park, Trafalgar Square. Dan kita juga bisa pergi ke Baker Street No. 221B,"

Draco mencubit gemas pipi Harry. Sudah menjadi rahasia umum jika wajah Harry makin menggemaskan saat ia bicara dengan begitu bersemangat seperti ini. Draco makin menghujani wajah Harry dengan kecupan-kecupan lainnya membuat Harry kegelian. "Setelah kita menikah, kita akan berkeliling Eropa," kata Draco tiba-tiba.

Harry yang awalnya terkejut kemudian tertawa ringan. "Apa kau baru saja melamarku?"

Draco mengangkat bahu. "Aku pikir kita sudah tunangan," balasnya santai membuat Harry kembali tertawa.

Harry kembali mengeratkan pelukannya pada Draco hingga wajahnya terbenam di dada bidang Draco. Harry merasa nyaman, apa lagi saat mendengar detak jantung teratur Draco yang seolah menjadi lullaby tersendiri untuknya. "Aku mengantuk," ucapnya dengan nada serak dan pelan. Benar-benar pas dengan apa yang dia katakan, bahwa dia mengantuk. "namun juga lapar di saat bersamaan," sambung Harry membuat Draco terkekeh.

Draco mengelus punggung Harry dan menatap ke luar. "Setelah hujan reda pilihlah tempat makan yang kau suka, setelah itu kita kembali,"

Harry mengangguk dengan lemah. Benar-benar sudah lelah. Memang dialah yang paling bersemangat hari ini, jadi wajar saja jika Harry yang akan kelelahan pertama kali. Draco masih merasa gemas dengan tingkah kekasihnya, ia segera mengangkat kepala Harry dan menatap wajah lelah Harry. Memberikan sebuah ciuman dengan sedikit lumatan manis memang keahlian Draco, karena itulah Harry tidak akan pernah mau menolak hingga berkali-kali. Dan ciuman di bawah hujan malam Inggris ini sepertinya akan menjadi penutup kencan manis mereka hari ini. Dan dalam hati, Draco mengakui satu hal. Semua suasana ini memang romantis.


Date Date! Completed