KUTUB

NARUTO belongs to MASASHI KISHIMOTO

Latar: Semesta Alternatif

Islamic content

.

.

.

"Masya Allah, banyak sekali …."

Hinata terkesima dengan tumpukan buku-buku tebal yang memenuhi meja kerja Naruto. Maklum, ada pengajian atau tidak, suaminya itu selalu menyempatkan diri untuk mengkaji kitab-kitab yang berkaitan dengan masalah yang akan ia sampaikan untuk jemaah. Akan tetapi, pria itu terkadang membaca suatu bidang ilmu yang berkaitan dengan topik agar ketika ditanya lebih siap menjawab hingga ke akarnya. Misalnya, ketika menyampaikan masalah bersuci, selain berpegang pada kitab-kitab fikih, sang lelaki bermata biru layaknya batu safir itu akan menoleh juga pada buku-buku hadis yang membahas tentang hukum bersuci.

Sang wanita dengan netra sebening berlian menyusun buku-buku itu di rak yang bertahta tepat di belakang meja kerja suaminya. Kendatipun belum paham betul isi dari kitab-kitab tersebut, Hinata masih cukup ingat posisi mereka masing-masing sesuai kategori bidang ilmunya. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid[1] bersanding dengan kitab fikih semisal Rahmatul Ummah fi Ikhtilaaf Aimmah[2], Subulus Salam[3] bersatu dengan buku hadis seperti Fathul Bari[4], dan Syarh ibnu Aqil[5] di bidang nahwu berkumpul bersama Audhah Masalik[6].

Berbeda dengan dirinya yang berhasil menyabet gelar magister di bidang ilmu ekonomi, Naruto hanyalah lulusan dari madrasah aliyah di pondok pesantren yang berada di pelosok Desa Kusa. Mereka berdua dijodohkan atas permintaan orang tua Hinata dan rekomendasi Kyai Jiraiya mengenai salah satu santri terbaik yang telah mengkhatamkan masa pembelajaran selama enam tahun di sana. Awalnya, lelaki berambut pirang itu menolak dengan dalih perbedaan taraf pendidikan mereka yang terlampau jauh. Namun, gadis berkulit putih tersebut mengatakan bahwa ia sama sekali tak mempermasalahkan hal remeh semacam itu.

Pernikahan pun digelar sesuai syariat islam, salah satunya tempat jamuan makan tamu laki-laki dan perempuan terpisah. Sebagai hadiah pernikahan, orang tua Hinata memberikan sebuah hunian lengkap dengan aneka perabot penyandang kehidupan rumah tangga pada Naruto. Letaknya hanya beberapa blok dari rumah keluarga Hiashi Hyuuga. Sang pemuda dengan tiga guratan tipis di pipi kanan maupun kiri itu menolak secara halus awalnya, tetapi ia pun menerimanya juga.

Sudah enam bulan pernikahan mereka berjalan. Sama sekali tidak terlihat pertikaian, baik besar maupun kecil, tetapi itu tidak menjamin bahwa kedua insan ini harmonis. Naruto dan Hinata masih terlihat canggung satu sama lain, keduanya sama-sama jarang berinteraksi dengan lawan jenis sehingga memunculkan rasa aneh kala hidup bersama.

Manakala hendak meletakkan salah satu buku di rak, selembar kertas meluncur keluar dan melayang di udara. Hinata mewawas dan tanpa pikir panjang langsung menyambar benda itu. Rupanya, kertas tersebut berisi tulisan yang diguratkan oleh suaminya sendiri menggunakan tinta biru.

Ditulis dalam dua bahasa, yaitu Arab dan Indonesia, wanita dengan surai sewarna biru gelap itu hanya bisa membaca bagian yang ia pahami saja. Apa yang terjadi jika kau dicintai perempuan syafi'iyyah? Itulah yang tertera pada bagian atas kertas. Seingatnya, mayoritas penduduk di Kota Konoha ini memang menganut mazhab syafii sebagai pedoman pemahaman fikih mereka. Namun, ada apa gerangan suaminya menulis hal semacam ini? Apakah ini merupakan sebuah penegasan?

Kau dalam pandangannya adalah tujuan akhir. Dia akan hidup bersamamu dalam sebuah taman. Dia akan melihat kedermawananmu pencukup segala kebutuhan dan kau adalah orang yang berakhlakmulia.

Mencabar pemberian tanda kurung yang diletakkan di beberapa kata, Hinata cukup terpesona dengan untaian kata ini. Ia sama sekali tak menyangka bahwa suaminya bisa menulis seindah ini.

Apabila terlintas di pikirannya jika ia akan terombang-ambing di tengah lautan, maka kau adalah bahtera penyelamat yang akan menyelamatkannya. Jika ia tersesat di sebuah daratan, maka kaulah bintang terang yang menerangi jalannya dan petunjuk jalan yang akan ia gunakan.

Saking harunya, sang wanita tak sadar bahwa satu dua tetes air mata lolos dari pelupuknya. Memang inilah yang ia rasakan bersama Naruto. Walaupun kemajuan proses cinta mereka terbilang lambat, suaminya itu tak pernah luput memberikan afeksi. Tak perlu rayuan manis, kecupan di dahi setiap berangkat kerja dan pulang ke rumah cukup manjur menumbuhkan rasa di hati.

Oleh karena itu, berbahagialah apabila kalian mendapatkan perempuan syafi'iyah. Dia akan menjadi teman hidup yang taat dan taman yang menakjubkan. Inilah yang disebut sebagai tujuan terindah.

Netra sebening berlian itu basah oleh air mata. Masih terhenyak dengan kalimat-kalimat romantis itu, sepasang lengan kekar melingkari tubuhnya, mendekapnya mesra.

"Kau sudah baca semuanya?"

Suara cempreng khas ini, tak lain adalah milik sang suami seorang, Naruto Uzumaki. Hinata anggup-anggit sebagai respon.

"Maaf …." Naruto meletakkan dagunya di bahu kanan perempuan berkulit putih itu. "Aku memang jarang berinteraksi dengan perempuan … sehingga tidak tahu harus bersikap apa padamu. Tapi, harus kau tahu bahwa dirimu itu penyejuk mata dan hadiah yang paling kuridai bagiku, Hinata."

"Jangan bilang itu nama kitab lagi?"

Lelaki bermata sebiru safir itu terkekeh. Tak lama berselang, istrinya pun ikut tergelak. "Kau malu punya suami hanya lulusan madrasah? Kau sungkan punya suami yang bekerja di warung ramen dan mengisi kajian kecil?"

"Sama sekali tidak." Hinata berbalik dan menangkup kedua pipi sang suami. "Justru itulah yang kuidamkan sejak dulu, Naruto-kun, seorang suami yang bisa membimbingku melalui kerasnya godaan kehidupan."

.

.

.

Owari.

.

.

.

[1] Kitab fikih perbandingan mazhab dengan basis Mazhab Maliki karya seorang Ulama Maliki bernama Ibnu Rusyd Al Hafiid atau lebih dikenal di Barat dengan nama Averoes; Beliau wafat pada tahun 595 H atau 1198 M.

[2] Kitab fikih perbandingan mazhab dengan basis Mazhab Syafi'i karya seorang Ulama Syafi'i bernama Muhammad bin bin Abdurahman bin Al Husain Ad Dimasyqi Al Usmani. Beliau wafat pada tahun 780 H, ada juga yang mengatakan pada tahun 800 H.

[3] Kitab Hadis yang membahas mengenai hukum-hukum fikih, sebagai salah satu dari sekian banyak kitab penjelasan dari Bulugul Maram, karya Ulama bernama Al Amiir Muhammad bin Ismail As Shan'ani. Beliau wafat pada tahun 1182 H atau 1768 M.

[4] Salah satu dari kitab penjelasan mengenai kitab hadis Imam Bukhari yang ditulis oleh ulama Fenomenal Al Haafiz Syihaabudin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al Asqalani atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Hajar Al Asqalani. Beliau wafat pada tahun 852 H.

[5] Salah satu dari kitab penjelasan bait-bait syair Alfiyyah bin Malik karya Ulama Nahwu dan Sharaf Bahaudin Abdullah bin Aqil Al Hamdani Al Misri. Beliau wafat pada tahun 769 H atau 1367 M.

[6] Salah satu dari kitab penjelasan bait-bait syair Alfiyyah bin Malik karya Ulama Nahwu dan Sharaf Jamaludin Abdullah bin Yusuf bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam Al Anshari atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Hisyam. Beliau wafat pada tahun 761 H atau 1360 M.

.

Halo, Para Pembaca dan Perangkai Kata!

Izinkan saya menyapa melalui karya lama, sebenarnya sudah lama ditulis, tetapi baru saja dipublikasikan. Inspirasinya dari sebuah status f*c*book. Nama-nama kitab, yang dicetak tebal atau miring, dalam status tersebut sudah banyak terlupakan karena statusnya belum saya temukan lagi. Jadi, saya tulis berdasarkan pemahaman pendek saya terhadap bahasa Arab. Ngomong-ngomong, karya ini saya racik ketika masih menginjak semester 2 D-2 Bahasa Arab.

Maksud dari perempuan Syafi'iyyah di situ tak terbatas pada yang belajar mazhab Syafi'i, tetapi juga mencakup yang mempraktikannya. Bagaimana dengan mazhab lain? Mohon maaf, ilmu saya belum sampai sana. Namun, saya yakin perlakuan mereka akan sama jika visi misi pernikahan mereka sama.

Yang terakhir, silakan tinggalkan jejak, entah itu fav, follow, atau ulasan. Terima kasih.

~Sincerely,

Hasan Kabar