@ Naruto by Masashi Kishimoto
Anime X-overs Concept Art
.
.
.
Sudah hampir setengah tahun Jiraiya melatih Naruto menjadi seorang yang ahli. Rentang waktu itu terbilang sangat singkat mengingat betapa kerasnya didikan Jiraiya terhadap para Assassin dengan menekankan pada aspek disiplin, keuletan dan kesabaran.
Jalan Akatsuki yang menjadi pedoman bagi Naruto seperti membuka lembaran baru di hidupnya.
Jiraiya merasa sangat bangga dengan prestasi yang diraih oleh Naruto yang perlahan bangkit dari kegelapan hidup yang selama ini menjadi rumah baginya. Ia seperti melihat anaknya sendiri di dalam tubuh cucunya, hanya saja Naruto lebih fokus daripada ayahnya.
Tidak jarang Tsunade memperlakukan Naruto sangat berbeda dengan apa yang sudah mereka tetapkan.
Kerap kali istrinya begitu protektif terhadap Naruto saat memberikan ajaran khusus dalam bidang pengobatan tradisional. Jiraiya hanya bisa memantau dari kejauhan tatkala ia mendapati puncak gunung kerinduan dalam diri Tsunade semakin sulit untuk dikendalikan.
Pernah suatu hari saat waktu sarapan pagi. Setelah menyiapkan makanan yang dibantu oleh semua anggota Srikandi Akatsuki, Tsunade dengan inisiatif membangunkan Naruto yang masih terlelap di dalam kamarnya. Namun begitu Jiraiya melewati kamar Naruto, ia justru melihat sang istri duduk di pinggiran kasur sambil membelai rambut pirang sang cucu.
Menyaksikan kejadian itu secara langsung membuat hatinya teriris pisau berkarat tatkala Tsunade menyisir rambut pirang dari gen keturunannya sambil menahan tangis tak kuasa dirinya tidak bisa mencurahkan semua perhatiannya sebagai keluarga.
"Semua kekayaan yang sudah disiapkan turun-temurun itu sudah tidak lagi memiliki arti," lirih Jiraiya meninggalkan kamar Naruto, memberikan Tsunade kesempatan untuk melepaskan rasa rindunya.
.
.
.
Dojo, Siang Hari
Saat ini semua orang tengah berkumpul. Setelan Assassin hitam pekat khas dengan tudung sudah terpakai.
Jiraiya berdiri di hadapan mereka seraya membuka penutup kepalanya yang diikuti oleh semua anggota Akatsuki.
Jiraiya melihat ke seluruh anggotanya dan berseru, "Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa waktu yang sudah kita nantikan untuk melaksanakan tugas mulia sebagai penyelamat manusia dari sifat bobroknya telah dekat. Ordo Assassin sudah berdiri sejak era pertama kepemimpinan Altair bin Al-Ahad sebagai Assassin pertama yang memerangi Ordo Templar dari dominasinya untuk menguasai kehendak bebas dengan idealis mereka yang bejat. Dan untuk hal itu, di era milenial ini akar konflik yang menjadi pondasi kemunduran umat manusia kembali memanggil kita untuk menuntaskan tugas memutus rantai kejahatan yang sudah mendarah daging dalam diri orang-orang."
Mendengar pidato Jiraiya membakar semangat jiwa anggota Akatsuki seraya melakukan gerakan pukul dada sebanyak tiga kali menggunakan tangan kanan secara serentak.
"Kini kita datang dengan nama baru!"
"Yeah!"
Sorak-sorai mulai memenuhi arena Dojo, nampak kobaran api semangat memancar dari mata mereka.
"We're work in the dark to serve the light. We are Akatsuki!"
Semua anggota menyerukan slogan yang menjadi jargon mereka.
"Dan untukmu, Naruto, hari ini adalah pelajaran terakhirmu untuk melengkapi kelayakanmu memimpin Akatsuki," pungkas Jiraiya setelah suasana kembali damai.
Naruto maju dan berhenti tepat tiga langkah di hadapan Jiraiya.
Jiraiya mendekat dua langkah dan berkata, "Saat aku menemukanmu di rumah sakit itu kau sudah banyak kehilangan. Tapi aku percaya padamu, telah aku ambil rasa takutmu dan memberimu sebuah jalan. Kau adalah murid terbaikku dan kau akan berdiri di sampingku untuk menyelamatkan dunia."
Naruto hanya membungkuk setengah badan mengiyakan apa yang dituturkan oleh sang mentor.
Jiraiya menoleh ke samping belakang Naruto seraya menganggukkan kepalanya pada Itachi yang langsung mengambil posisi di seberang Naruto.
Mengerti apa yang dimaksud oleh Jiraiya, Naruto bergerak mundur dan menjajarkan dirinya tepat berhadapan dengan Itachi. Keduanya memakai tudung kepala masing-masing pertanda bersiap untuk duel.
"Untuk menaklukkan ketakutan orang lain, kau harus menjadi rasa takut itu sendiri," imbuh Jiraiya memberikan isyarat pada Itachi untuk memberikan trik ilusi khususnya yang membuat Naruto hilang konsentrasi.
Di sisi lain, Naruto mulai sulit mengontrol panca inderanya yang perlahan saling menolak satu sama lain.
Naruto jatuh bersimpuh, kenangan dan mimpi buruk yang selama ini sudah terkubur dalam-dalam dengan cepat menyeruak. Memori-memori pahit tragedi 10 Oktober dan trauma masa kecilnya akan hal mistis yang dilihatnya mulai menguasai dirinya.
Tsunade yang berada di samping Jiraiya bergerak, khawatir dengan kondisi Naruto, namun sang suami mencegahnya dengan cara menatapnya sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
Naruto mulai merintih kesakitan saat suara-suara menggema memenuhi kepalanya.
-
Apa yang kau takutkan itu ada di dalam dirimu sendiri.
Kau takut akan kekuatanmu.
Kau takut pada kemarahan yang mampu mendorongmu untuk melakukan hal baik atau buruk.
Sekarang, kau harus menjelajahi rasa takutmu di dalam.
Hadapilah.
-
Bagaikan setetes air yang jatuh ke lautan luas, Naruto perlahan mulai tenang, guncangan yang sempat melanda dirinya sedikit demi sedikit menghilang.
Bersamaan dengan itu Naruto bangkit kembali.
Dulu aku mempunyai seorang putra, anak kebanggaanku.
Dia direnggut dariku dengan cara yang paling sadis.
Seperti dirimu aku dipaksa tahu bahwa masih banyak orang seperti mereka yang harus dilawan tanpa ragu, tanpa ampun.
Amarah bisa memberimu kekuatan hebat, namun jika kau biarkan, itu akan menghancurkanmu. Itu hampir terjadi padaku.
Lalu apa yang menghentikanmu?
Rasa keadilan.
Naruto mengingat kembali percakapannya dengan Jiraiya kemarin. Dan itu memberikan efek yang sangat baik untuknya, terbukti guncangan yang sempat melanda dirinya kini kian mengikis.
Di sisi lain, Itachi yang melihat Naruto sudah berada pada posisi semula mulai memasang kuda-kuda. Sulit melihat seperti apa reaksi Naruto karena wajahnya sama sekali tidak terlihat di dalam tudung yang menutupi seluruh kepalanya layaknya kegelapan malam yang menghantui orang-orang.
Tanpa peringatan, Naruto melempar kunai yang dengan mudah ditangkap oleh Itachi menggunakan dua jari, namun saat Naruto sudah berada di depannya seraya melayangkan tinju kanan, Itachi langsung menghindar ke samping.
Tak berhenti sampai di situ, Naruto kembali mencoba memberikan serangan menggunakan sikut kiri dengan cara memutar tubuhnya. Sekali lagi, Itachi mampu meloloskan dirinya walaupun harus dilakukan dengan tenaga ekstra karena temponya sangat tipis.
Melihat celah renggang, Itachi langsung melayangkan tinjunya yang menghantam wajah Naruto membuatnya jatuh ke bawah.
"Ugh!"
Kesempatan.
Itachi berniat akan memberikan serangan lanjutan, namun ia urungkan saat merasakan sebuah kaki melayang ke arahnya yang membuat pria Uchiha keriput itu dengan terpaksa melompat ke depan.
Hup!
Naruto langsung berdiri tatkala tendangannya tidak mengenai lawan.
Kali ini Itachi yang memulai serangan dadakan menggunakan tendangan memutar dengan kuda-kuda Brazilian Capoeira.
Bug!
Lagi, serangan Itachi telak mengenai wajahnya yang membuat Naruto mundur.
Tidak memberi kesempatan, Itachi dengan brutal menyerang Naruto dengan tendangan variasi seperti yang diperagakan oleh Bruce Lee.
Naruto semampu mungkin menangkis dan menghindari hantaman kaki yang kelewat lincah itu meskipun ia tahu usahanya kurang membuahkan hasil.
Di sisi lain, Jiraiya dan Tsunade tidak tahu apa yang direncanakan Naruto karena begitu mudahnya serangan Itachi mengenai tubuhnya. Padahal semua latihan keras bak neraka sudah Naruto lalui tanpa adanya kendala. Bahkan di kalangan anggota pun Naruto menyandang nama lain karena kelincahan dan kecepatannya dalam menyerap informasi.
Namun demikian, hal itu sepertinya menjadi sia-sia saat berhadapan dengan salah satu Assassin terbaik di Akatsuki.
Bug!
Kembali ke Itachi, setelah tendangan terakhir ia layangkan ke dada Naruto, si rambut kuning masih saja berdiri di tempat.
Semuanya nampak kebingungan karena tidak biasanya Naruto begitu mudah menerima hantaman demi hantaman mengingat dirinya dimaksudkan menjadi pemimpin mereka.
Keadaan hening seketika saat Naruto menurunkan kuda-kudanya.
Namun kondisi berbanding terbalik tatkala Naruto dengan begitu cepat bergerak mendekat ke arah Itachi.
Itachi yang sudah mengantisipasi terjadinya serangan dengan sigap mengubah posisinya menjadi bertahan.
Tap!
Tetapi, dalam momen sepersekian detik, Itachi melihat samudera biru Naruto menampakan dirinya dan itu membuatnya sangat terkejut.
Bug!
Naruto berhasil menyarangkan tinju kerasnya ke perut Itachi. Tanpa menunda waktu, Naruto langsung melayangkan sikutnya ke pundak pria Uchiha itu yang membuatnya jatuh tersungkur.
Brak!
Naruto menarik kerah Itachi mengangkatnya untuk memberikan tinjuan ke dagu yang membuat sang empunya terlempar ke belakang.
"Ugh!"
Itachi langsung bangkit kembali, pandangannya mulai samar. Merasa harga dirinya sebagai Assassin yang disegani tercoreng, Itachi dengan cepat menuju Naruto bersiap memberikan serangan.
Naruto hanya diam, ia menunggu sang lawan mendekat.
Hap!
Dengan mudahnya Naruto menepis bogem mentah yang akan dilayangkan Itachi padanya, namun kali ini Naruto melawan, ia menyerang menggunakan totok syaraf ke area bawah ketiak yang melumpuhkan fungsi motorik tangan kanan Itachi yang digunakan untuk menyerangnya.
Naruto juga melakukannya pada tangan kiri Itachi dengan cepat.
"Ugh!"
Sadar dirinya dalam posisi yang kurang menguntungkan, Itachi melayangkan tendangan memutar ke tubuh Naruto dengan tujuan menjauh.
Tsunade agaknya sedikit tersenyum, ia merasa bangga karena metode pengobatan menggunakan totok syaraf pusat yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan pendarahan mampu dimaksimalkan dengan baik oleh Naruto untuk melemahkan semangat dan daya serang lawan.
Tap!
Setelah posisi mereka dirasa ideal, keduanya kembali memasang kuda-kuda. Namun ada perbedaan di antara keduanya, Naruto memakai teknik Wing Chun yang dipopulerkan oleh Ip Man sedangkan Itachi menggunakan beladiri campuran Muaythai hanya saja menggunakan kaki, untuk sementara ia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya.
Keadaan menjadi tumpang tindih, beladiri yang Naruto gunakan sangat efektif untuk serangan dekat baik menggunakan tangan dan kaki. Itachi harus memutar otak agar setidaknya ia bisa menyarangkan satu serangan fatal.
Namun sepertinya Itachi baru teringat akan sesuatu.
Itachi dengan percaya diri langsung melaju ke depan, Naruto dengan sigap mempersiapkan dirinya untuk menghalau serangan.
Tap!
Setelah jaraknya menipis, Itachi melompat dengan cara membuat tubuhnya memutar secara vertikal.
Agaknya Naruto terkejut dengan serangan kejutan yang dilayangkan Itachi kepadanya.
Kung Fu China yang kau gunakan itu memang hebat, tapi celah sedikit seperti ini pun sudah cukup untuk membuatmu setidaknya terluka, Ketua, batin Itachi.
Brak!
Naruto kena telak kuncian kaki Itachi yang menyerang pundak kirinya. Namun, pemandangan yang di luar nalar pun tersaji di depan mereka.
Kendati demikian, Naruto tidak terjatuh, ia hanya berlutut menahan bobot tubuh karena tendangan keras Itachi.
Tap!
Kejadiannya begitu cepat, Naruto kembali menotok syarat tepat di belakang lutut sementara kakinya masih bertengger manis di pundak Naruto.
Tanpa basa-basi lagi, Naruto melepas semua pertahanan dan mulai menyerang Itachi dengan membabi-buta menggunakan teknik Wing Chun ke seluruh tubuhnya.
Bug!
Crack!
Tap!
"Ugh!"
Untuk serangan terakhir, Naruto melakukan penghabisan dengan semakin cepat memberi hantaman ke tubuh yang sudah kejang itu.
Tap!
Naruto melompat rendah seraya memutar tubuhnya horizontal dan melayangkan tendangan ke kepala Itachi yang membuatnya langsung tersungkur.
Hap!
Hening.
Duel selesai.
Namun suasana menjadi tidak kondusif saat semua orang yang berada di Dojo mulai mengerumuni Itachi yang tidak sadarkan diri.
Tsunade dengan cepat melakukan pertolongan pertama, sementara Karin dan Konan menyiapkan obat-obatan dan air panas.
Naruto pun mendekat, ia berlutut dan melihat keadaan Itachi yang begitu lemah. Dengan sigap Naruto mengecek urat nadi yang di sekitar leher Itachi untuk memastikan masih berdenyut atau tidak.
Mendapati denyutnya kian melemah, Naruto menotok dada Itachi di antara jantung, hati dan paru-paru.
Tap!
Ajaib.
Itachi langsung sadarkan diri dengan napas panjang memenuhi paru-parunya.
Itachi mengedarkan pandangannya sampai matanya berpapasan dengan sepasang samudera biru yang menatapnya khawatir.
Nampak senyum tulus di wajah Naruto adalah hal pertama yang menyambutnya saat membuka kedua matanya.
"Naruto," panggil Itachi melihat orang yang dimaksud sudah tidak memakai tudung kepalanya.
"Mari," pungkas Naruto tersenyum sambil membantu Itachi berdiri.
"Aku mengakuimu, Ketua," tutur Itachi setelah dirinya berdiri.
Melihat interaksi hangat antara Naruto dengan salah satu anggota Akatsuki terbaik, agaknya membuat Jiraiya dan Tsunade mengulas senyum tipis. Keduanya merasa bahwa terapi yang mereka lakukan sudah tepat untuk menyembuhkan Naruto dari derita yang selama ini membelenggunya.
"Biarkan aku saja yang merawatnya, Naruto," saran Nagato mengalungkan tangan Itachi ke lehernya.
Terdengar suara tepuk tangan yang dimulai dari Yahiko dan diikuti oleh semuanya, sedangkan Itachi hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
Karin mendekat membuat aksi tepuk tangan menjadi terhenti, ia tersenyum begitu tulus membelai pipi Naruto seraya berkata, "Aku bangga padamu, Naruto."
Naruto bergeming untuk beberapa saat melihat sosok Karin.
"Ibu," lirih Naruto memanggil Karin.
Wajah Karin jika tanpa kacamata sangat mirip dengan mendiang sang ibu, Kushina, tanpa sadar Naruto mendekapnya erat.
Tsunade langsung jatuh ke dalam tangisnya saat kata yang keluar dari mulut Naruto sangat menyayat hatinya.
Tsunade dengan segera memeluk mereka berdua, untuk kali ini saja biarkan ia bertindak egois karena apa yang selama ini ia tahan sudah tidak sanggup ia bendung.
Karin tak ubahnya seperti Tsunade, ia dalam diam merintih saat air matanya yang menetes pertanda bukti bahwa ia pun tersiksa dengan keadaan ini.
Jiraiya dengan pelan mengusap rambut Naruto, sekuat mungkin ia menahan air matanya agar tidak menetes karena ia pun tidak sanggup mempertahankan dirinya saat mendengar satu kata yang keluar dari mulut Naruto adalah seseorang yang begitu dicintai oleh mendiang putranya.
Saat semua masih dalam keadaan haru, Nagato membawa Itachi keluar dari Dojo.
"Kenapa kau tidak ikut bersama mereka, Nagato?" tanya Itachi.
Sementara yang ditanya diam seribu bahasa. Namun saat jarak mereka agak jauh dari Dojo, Itachi mendengar Nagato berucap, "Otsutsuki."
Nampak wajah Nagato mengeras saat satu nama itu keluar dari mulutnya.
.
.
.
Dua Bulan Sebelumnya
Petang
Di belakang pekarangan pondok tempat yang menjadi arena pelatihan Naruto di bawah pengawasan Jiraiya langsung.
Di atas batu lancip terduduk Naruto yang bertelanjang dada beralaskan sepapan kayu yang tebal.
Nampak keseimbangan absolut tersaji tatkala Naruto tengah melakukan meditasi yang bertujuan untuk mengendalikan diri dari berbagai emosi serta menekan jauh seluruh rasa takut dan trauma.
Jiraiya yang memperhatikan sembari berjalan keliling mengitari sang anak didik memastikan apakah Naruto tengah fokus atau tidak.
"Media Ninjutsu bisa menggunakan metode apa saja, seperti bubuk mesiu yang bisa menjadi kekuatan penghancur atau sekadar pengalihan fokus dalam pertarungan," papar Jiraiya setelah berada tepat di hadapan Naruto.
"Kau harus menjadi lebih dari sekadar manusia untuk menguasai seluruh panca inderamu," lanjutnya yang membuat Naruto membuka matanya.
Jiraiya mengangguk memberi isyarat agar Naruto turun dari duduknya.
Hap!
Setelah Naruto sudah menapakkan kakinya, Jiraiya memberikan kaos hitam kepadanya yang langsung dipakainya.
"Kau mampu menghindar, akan aku ajari cara bagaimana benar-benar tak tersentuh," seru Jiraiya saat Naruto sudah dalam keadaan normal.
"Tak tersentuh?"
Jiraiya kembali mengangguk dan itu membuat Naruto bingung, namun saat dirinya menoleh ke samping, Naruto begitu terkejut hingga terjungkal ketika Konan sudah berdiri di sampingnya.
"Selalu waspadai sekitarmu, Naruto," imbuh Jiraiya membantu Naruto berdiri.
Sementara wanita cantik berambut biru itu berusaha menahan tawanya melihat tingkah Naruto yang menurutnya sangat lucu.
"Kakak Konan," sapa Naruto ketika sudah kembali ke posisinya semula.
Konan hanya membalasnya dengan senyum manisnya.
"Dari jarak ini, kau tikamlah," suruh Jiraiya memberikan sebuah belati pada Naruto.
Naruto yang mendapat perintah pun dengan patuh mengikuti instruksi yang telah diberikan. Namun nampak jelas keraguan terpancar dari raut wajahnya saat mengetahui jarak antara dirinya dan Konan hanya satu langkah kaki orang dewasa.
"Kasih sayang dapat membuat dirimu jatuh ke dalam marabahaya," timpal Jiraiya memotivasi Naruto untuk tidak ragu dalam menjalankan tugas.
Naruto mengembuskan napas panjang dan mengangguk, ia sudah siap untuk semua risikonya.
Naruto memposisikan belatinya ke depan seraya memasang kuda-kuda bersiap untuk memberikan tikaman dari jarak yang sangat dekat.
Dengan cepat Naruto bergerak.
Tap!
Hap!
Kejadiannya pun juga sangat cepat, Konan sudah berada di belakangnya sembari mengalungkan belati miliknya.
Naruto serasa kosong saat benda tajam yang diberikan Jiraiya sudah berpindah tangan dan kini bertengger manis di lehernya.
"Para Assassin sadar bahwa tak tersentuh hanya masalah intuisi dan kecakapan seseorang dalam membaca situasi," tutur Jiraiya sekalian memberi isyarat pada Konan untuk mengakhiri latihan.
Sebelum Konan melepas tubuh Naruto, ia terlebih dahulu mencium pipi dan leher Naruto yang membuat sang empunya tersenyum.
Jiraiya hanya mendengus kecil melihat interaksi mereka, sepertinya pesona Minato menurun pada anaknya.
Wajar saja karena dengan tubuh tinggi jangkung dilapisi otot yang pas, tidak terlalu kecil dan tidak pula terlalu besar, paras menawan yang dihiasi kulit eksotis, dilengkapi rambut pirang undercut yang menambah daya tariknya di kalangan kaum hawa.
"Terakhir aku akan mengajarimu teknik pamungkas yang menjadi andalan Akatsuki, Naruto," cakap Jiraiya yang membuat Konan menundukkan kepalanya.
Aneh.
Entah kenapa Konan merasa tidak rela saat Naruto akan mewarisi sebuah seni bertarung next level yang mampu membuat para Assassin keluar dari situasi apapun.
"Sekarang kau boleh pergi, Konan," titah Jiraiya.
"Tapi—"
Jiraiya hanya menatapnya lekat. Naruto menolehkan kepalanya ke samping seraya memberikan senyuman tulus kepada Konan memberitahu kalau ia akan baik-baik saja.
Konan yang mendapati dirinya tidak bisa melawan hanya bisa menghela napas panjang seraya menghilang dari tempatnya berdiri.
Sut!
Setelah kepergian Konan, Jiraiya langsung menyiapkan diri untuk melakukan pewarisan kepada Naruto.
"Teknik ini bernama Pacu Darah. Kendati demikian, teknik ini menitikberatkan pada pemicu utama untuk membangkitkan adrenalin di atas rata-rata manusia. Jika kau bisa menguasai ilmu ini, kau akan mampu bergerak, bertindak dan berpikir dengan cepat. Namun ada batasan waktu dalam melakukan teknik ini yang jika kau melanggarnya itu akan berdampak buruk pada kinerja otak," imbuh Jiraiya memejamkan matanya.
Suasana hening sesaat setelah Jiraiya menjelaskan tentang ilmu psychological effects.
"Ugh!"
Naruto jatuh tersungkur tatkala Jiraiya membuka kedua matanya. Naruto memegang kepalanya yang terasa sangat sakit secara tiba-tiba.
"Pacu Darah ini adalah teknik yang dapat membangkitkan ketakutan dan trauma terdalam seseorang. Untuk mengakses teknik juga harus memicu diri dengan ketakutan dan trauma diri sendiri yang dilempar ke lawan," tegas Jiraiya melihat Naruto semakin kesakitan.
Di sisi lain, Naruto yang tidak tahan memukul-mukul tanah dengan kepalanya, tubuhnya bergetar hebat saat semua memori-memori kelam menguasai dirinya.
Bruk!
Naruto ambruk ke samping, nampak keringat dingin mengucur deras dari pori-pori wajahnya.
Sut!
Plak!
Tsunade tiba-tiba muncul dan langsung menampar Jiraiya. Terlihat sekali emosi menguasai dirinya tepat setelah Naruto pingsan.
"Cukup!" titah Tsunade mengakhiri latihan secara sepihak.
Karin dan Nagato yang datang bersama Tsunade langsung mengecek kondisi tubuh Naruto yang tak sadarkan diri.
"Tekanan darah di otaknya melonjak tinggi, jika dibiarkan akan berakibat fatal pada syaraf-syarafnya," gagap Karin saat mengetahui kondisi Naruto.
"Bawa ke Ruangan Lilin, Karin, Nagato," perintah Tsunade yang langsung dituruti oleh keduanya.
Nagato menggendong Naruto di punggungnya yang dibantu Karin dari belakang.
Sut!
Setelah kepergian mereka, Tsunade kembali menghadap Jiraiya yang menatapnya dengan sabar. Tsunade mengangkat tangan berniat untuk menampar wajah sang suami, namun ia urungkan. Tsunade hanya memukul dada Jiraiya lemah, karena dalam hatinya ia tahu bahwa apa yang dilakukan oleh suaminya memang perlu, namun ia tidak tahan lagi melihat Naruto begitu tersiksa dan menderita dengan latihan keras yang harus dilewatinya.
Naruto tidak pernah mengeluh ataupun menceritakan betapa lelahnya pelatihan yang diberikan Jiraiya dan itu semakin membuatnya tersiksa karena ia tidak bisa bertindak jauh semata-mata untuk tercapainya tujuan mereka.
Jiraiya dengan lembut menggenggam tangan Tsunade untuk menenangkan hati sang istri seraya berkata, "Sedikit lagi, Tsunade, sedikit lagi. Bersabarlah, satu kali dorongan dan semuanya akan selesai."
.
.
.
TBC
A/N:
Pendapat?
Jangan lupa review di bawah ya
Tertanda, minurighazali
