@ Naruto by Masashi Kishimoto

Anime X-overs Concept Art

.

.

.

Konoha City

Kota metropolitan dengan infrastruktur dan fasilitas lengkap yang begitu maju di mana teknologi sudah berkembang pesat di kalangan masyarakat membuat Konoha menjadi salah satu kota tersibuk kedua setelah Tokyo.

Kendaraan-kendaraan futuristik pun menghiasi wajah Konoha dengan desainnya yang begitu modern dan ciamik.

Logistik, distribusi dan bidang perusahaan lainnya menjadikan Kota Konoha sebagai surga bagi mereka untuk membuka pintu usaha menuju kesuksesan.

Banyak gedung pencakar langit menghiasi setiap sudut kota yang membuat predikat sebagai Kota Besar disandang dengan sangat layak.

Di pusat kota nampak berdiri kokoh sebuah gedung bertuliskan Avalanche Morrows, sebuah perusahaan independen yang bergerak di bidang teknologi, properti dan logistik.

Dari berbagai sumber informasi mengatakan bahwa diketahui Avalanche Morrows yang mempelopori pembangunan gedung-gedung tinggi, mensuplai teknologi ke berbagai bidang ilmu dan lain sebagainya di Konoha serta menjadi gerbang terakhir pengambilan keputusan di dalam kepemerintahan.

Seperti itulah penggambaran Konoha dengan segala kemegahannya. Sebuah kota metropolitan yang mampu menyaingi Tokyo dalam dua dekade terakhir.

.

.

.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa di balik Konoha dengan segala kemewahannya masih menyimpan rahasia bobrok yang ditutupi dengan sangat rapat oleh para aktivis kaum kapitalis yang menyangkal kalau kesenjangan sosial tengah berkecamuk di masyarakat.

Dan malam adalah waktu yang sangat buruk bagi masyarakat menengah ke bawah.

Para pelaku kriminal dengan bebasnya berkeliaran di bawah kehidupan glamor para kalangan atas.

Konoha layaknya sebuah dua sisi mata uang. Golongan atas dengan kehidupan mewah dan berkelas, sementara tepat di bawah mereka semua kemiskinan dan kesenjangan sosial, kebusukan serta keburukan bertebaran di jalan-jalan layaknya hal lumrah yang memang sudah sepantasnya terjadi.

Konoha pun dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Konoha's White Knight yang dipimpin oleh walikota dari golongan atas dan Konoha's Underworld Criminal yang diketuai oleh bos mafia yang mengendalikan wajah busuk Konoha.

Tidak ada kota besar tanpa catatan kejahatan.

.

.

.

Tepat di pinggir kota yang berada di paling ujung, nampak seorang gadis berambut cokelat yang dikuncir satu ke belakang menyisakan helaiannya menjuntai ke depan seperti membingkai wajahnya tengah menjajakan dagangan bunga kepada orang-orang yang lewat.

Peluh memenuhi wajahnya yang sama sekali tidak menggunakan riasan apapun dan hanya berhias menggunakan dress pink selutut yang dibalut jaket kulit merah serta sepatu boots tinggi gelap melengkapi penampilan sederhana gadis yang diketahui bernama Aerith Gainsborough.

Hari sudah menjelang gelap, dagangan bunga yang menjadi sumber penghasilannya belum terjual satupun.

Dengan sabar dan penuh senyum tulus, Aerith segera menutup kios kecil warisan sang ibu.

Di sisi lain, seseorang dari kejauhan memerhatikan setiap pergerakannya dari balik bayangan sudut kota. Orang-orang yang melewati gang sempit itu sama sekali tidak ada yang menyadari bahwa sepasang samudera biru tengah memantau semua aktivitas warga atas Konoha layaknya predator yang memangsa buruannya.

Dalam momentum itu, jelas sekali bayangan seorang gadis yang tengah bersiap untuk pulang terpatri di matanya seperti pantulan cermin.

Semuanya berwarna abu-abu kecuali dirinya.

Begitu mendapati gadis yang tengah dipantaunya semakin menjauh setelah berbelok ke arah gang, orang itupun mundur membiarkan dirinya bermandikan kegelapan.

Klik!

Saat seseorang dari orang yang lewat menyalakan sakral lampu tiang listrik, orang itu sudah tidak ada di tempat.

.

.

.

"Aku pulang, Bu," salam Aerith menyalakan lampu setelah sampai di rumah susun sederhana yang terletak jauh di belakang kota.

Seperti sudah biasa tidak ada jawaban, Aerith langsung pergi menuju kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya.

Blam!

Setelah pintu kamar mandi tertutup, nampak seseorang berpakaian gelap dengan hoodie yang menutupi seluruh kepalanya berdiri di tengah-tengah ruangan.

Orang itu membuka penutup kepala dan memperlihatkan wajah seseorang yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik Aerith di kota, Naruto.

Naruto berjalan menuju dapur, ia meraih sebuah figura foto yang terletak di atas meja makan memperlihatkan sosok yang mirip sekali dengan Aerith hanya saja lebih dewasa tersenyum ke arah kamera. Naruto tidak sengaja melihat susunan kata yang berada di sudut kanan bingkai bertuliskan, 'Beloved Mother 1980 - 2020.'

"Siapa kau?! Dan apa yang kau lakukan di rumahku?!"

Naruto hanya diam dan mengembalikan figura foto itu ke tempatnya, ia membalikkan badannya seraya berkata, "Rumahmu?"

Tik!

Nampak Aertih sangat shock dengan apa yang dilihatnya di depan matanya, pisau dapur yang semula mengarah ke pria itu pun terjatuh.

Naruto tidak kuasa menahan senyumannya melihat Aerith yang sudah mengenakan piyama tidurnya kaku di tempat.

"Hai," sapa Naruto mendekat dan membelai lembut pipi Aerith yang dialiri air yang berasal dari matanya.

Aerith yang tersadar pun membekap mulutnya sendiri menahan jeritannya yang sepertinya akan keluar.

Dengan sekali langkah Aerith sudah menghamburkan dirinya ke dalam pelukan hangat Naruto.

"Oh, Ya Tuhan! Kau selamat! Syukurlah! Oh, Ya Tuhan!" lirih Aerith yang tidak bisa lagi membendung air matanya sambil membelai semua tubuh Naruto memastikan bahwa apa yang dilihat dan dirasakannya adalah nyata.

Naruto yang sudah lebih tinggi dari Aerith mendekap gadis itu begitu erat, ia meresapi dalam-dalam aroma tubuh yang sudah lama menghilang dari ingatannya.

"Akhirnya 'ku menemukanmu."

.

.

.

Dojo

Jiraiya yang sudah bersetelan lengkap Assassin tengah berjalan menuju kamar Naruto untuk acara penobatan.

Setelah sampai, ia langsung membuka pintu dan mendapati pemandangan asing tersaji di depannya membuat sebelah alisnya terangkat.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Jiraiya melihat Tsunade, Konan dan Karin tengah berbincang ringan dengan Aerith di atas tempat tidur Naruto.

"Oh, Jiraiya, lihat! Naruto membawa gadis cantik ini ke kediaman kita," jawab Tsunade girang sembari memeluk tubuh kecil Aerith yang membuat sang empunya tersenyum malu.

"Lalu di mana sepupumu, Karin?"

"Dia di belakang."

Jiraiya langsung berlalu setelah Karin memberitahu keberadaan Naruto.

-

Danau

Nampak Naruto tengah membersihkan tangannya dari noda darah. Sekilas ingatan perjuangan dirinya semalam membawa Aerith keluar dari kota terlintas di benaknya.

Naruto harus lebih berhati-hati dalam melangkah, ia harus lebih mematangkan rencana dengan mempersiapkan segala kemungkinan terburuknya.

"Apa maksudmu membawanya kemari, Naruto?"

Seperti saat ini, ia sudah belajar dari pengalamannya dan sudah mempersiapkan dirinya.

Naruto berdiri ia mengelap tangannya terlebih dahulu sebelum dirinya memutar tubuh menghadap sang guru yang saat ini berdiri tepat di depannya.

"Aku menyelamatkannya, Guru."

"Dengan membahayakan keselamatannya?!"

"Itu tidak akan terjadi."

"Kau sudah tahu bahaya dari kasih sayang, sudah kuperingatkan."

"Aku sudah memperhitungkan segalanya, Guru."

"Kau justru membahayakan dirimu sendiri! Kau sudah sangat teledor dari apa yang sudah kuajarkan!"

"Aku berhasil membawanya ke sini dengan selamat, Guru, dan Dojo adalah tempat yang paling aman untuknya saat ini."

"Kau belum siap!"

Hening

Suasana di antara mereka menjadi sunyi tatkala Jiraiya meneriakkan kalimat terakhirnya.

Naruto dengan penuh kesabaran memilih bungkam ia siap menerima semua hukuman buah dari aksinya yang diam-diam.

"Kau belum siap untuk melakukan misi pertama, masih banyak yang harus kau lakukan sebelum terjun untuk memerangi mereka dan menyelamatkan dunia," tegur Jiraiya seraya menepuk pundak Naruto.

Naruto hanya mengangguk mengiyakan karena memang apa yang ia lakukan berdasarkan insting, lebih buruk lagi ia tidak memberitahu siapapun perihal ini. Tiba-tiba saja Aerith sudah ada di kamarnya dan langsung disambut dengan baik oleh Tsunade dan Srikandi Akatsuki lainnya.

"Kau akan memberikan tongkat kepemimpinan kepadaku, 'kan?"

"Itu benar."

"Dan inilah langkah pertamaku untuk menyelamatkan dunia. Dia duniaku, Guru, dan aku akan melakukan apa yang agar duniaku tumbuh subur dengan kehidupan yang layak."

Jiraiya tertegun, ia termenung sejenak saat Naruto mengucapkan kalimat itu.

"Aku akan membuatmu dan Akatsuki bangga," lanjut Naruto, tampak dari raut wajahnya memperlihatkan keseriusan dengan fokus yang mutlak.

Jiraiya mengulas senyum, ia mengangguk seraya mengangkat tangannya dari pundak Naruto.

Dan itu sudah cukup bagiku, batin Jiraiya.

"Baiklah, apa yang kau dapat semalam?"

Sebelum menjawabnya, Naruto menolehkan kepalanya ke samping sejenak ia kembali menggali ingatan tentang peristiwa semalam.

Naruto mengarahkan atensinya mengahadap Jiraiya dan berkata, "Konoha's White Knight diduduki oleh Kaguya, perusahaan mendiang ayahku dipimpin Toneri sebagai CEO dan yang paling buruk adalah Konoha's Underworld diketuai Sephiroth."

"Semuanya Otsutsuki," tukas Jiraiya membuat Naruto menganggukkan kepalanya.

"Sebelum kami berhasil keluar dari kota, aku menghadapi antek-antek Sephiroth yang dilengkapi dengan teknologi canggih dari Shinra Enterprises, cabang Avalanche Morrows yang berfokus dalam kemajuan teknologi dengan memanfaatkan energi mandiri."

"Perusahaan itu sudah disalahkan gunakan," lirih Jiraiya. "Apa kau meninggalkan jejak?"

"Seharusnya tidak, tetapi aku lebih suka beranggapan kalau ada barang yang tidak sengaja terjatuh dari koper Aerith atau dari kantungku. Untuk itu kita harus siap dengan segala kemungkinan besar terjadinya hal buruk."

Jiraiya kembali mengangguk dan berkata, "Baiklah, sebaiknya kau istirahat untuk hari ini. Kita akan menyusun ulang rencana."

"Baik," pamit Naruto menjauh dari tempat itu.

"Naruto."

"Ya?"

Naruto menghentikan langkahnya dan menoleh ketika Jiraiya memanggil tanpa melihat ke arahnya seraya berucap, "Bagaimana perasaanmu setelah membunuh orang-orang itu?"

Naruto hanya bungkam, ia lebih memilih melanjutkan perjalanannya menuju Dojo ketimbang menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah diketahui Jiraiya.

Sementara itu di sisi lain, Jiraiya hanya menundukkan kepalanya. Nampak kepalan tangannya mengeras dan matanya memicing tajam.

"Otsutsuki," hardiknya dengan penuh tekanan.

.

.

.

TBC

.

.

.

AN:

Pendapat?

Jangan lupa review di bawah ya

Tertanda, minurighazali