Balas Review! :D

RosyMiranto18: Well, ultah Adel-chan kelewat telat banget ya... ^^a

Adelia dan Alisa: "Karakter apa saja pun jadi..."

Salem: "Julukan itu lebih aneh tau nggak?" -w-

Yah, terima kasih Review-nya! :D

Happy Reading! :D


Chapter 13: Garuchan Squad and Truth or Dare


"Guys, main ToD yuk!" ajak Edgar tiba-tiba.

Semua cowok di ruang tengah langsung menatap bingung si Hawkeye sambil membatin, 'Tumben Edgar ngajakin main, biasanya cuma ikutan doang!'

"Ciyus lu, Gar?" tanya Rendy sambil mengangkat alis.

"Iyalah, emangnya kenapa?" Edgar nanya balik ke arah si Geomje.

Rendy hanya memutar mata. "Nggak ada..."

"ToD ya?" Ikyo memasang tampang berpikir. "Boleh aja sih, daripada bosen!"

"Ajakin para cewek biar rame!" usul Tumma.

"Ya udahlah, gue panggilin ya!" Mathias pun berjalan menaiki tangga untuk memanggil para cewek.

"Asal jangan bangunin Ketua aja..." gumam Thundy agak risih.

Mathias menengok sesaat. "Siapa juga yang mau bangunin si 'ratu nista' itu? Entar kita malah disuruh yang aneh-aneh!"

Thundy hanya manggut-manggut selagi Mathias berjalan pergi ke lantai atas.

"Ron, Bibi Rilen latihan lagi?" tanya Maurice.

"Besok pagi baru pulang..." balas Teiron datar.

Maurice hanya ber-'oh' ria.

"Moncong-moncong soal Ketua, apa nanti dia nggak terbangun kalau ada yang teriak?" tanya Tumma agak cemas.

"Tenang aja! Kamar dia kedap suara, jadi dia nggak bakalan dengerin suara dari luar!" jelas Alpha meyakinkan.

"Ya baguslah..." timpal Teiron agak lega.


Beberapa menit kemudian...

"Oy, ayo cepetan!" kata Salem sambil mengisyaratkan para gadis yang baru turun dari surga (?) tersebut.

Mereka semua sudah duduk melingkar dengan meja di tengah-tengah dan botol plastik yang siap diputar. Para cewek beserta Mathias juga ikut duduk di tempat yang kosong.

"Aku duluan ya!" kata Alpha sambil memutar botol itu dan berhenti di Adelia.

"Truth or Dare?" tanya Alpha sambil main game. (Nih orang serius main nggak sih?)

"Truth!" kata Adelia.

"Pilih Cerberus atau Ikyo?" tanya Alpha.

Adelia bimbang, sementara Ikyo mulai blushing.

"Pilih Kyo aja deh..." jawab Adelia yang mulai merona.

Ikyo pun tambah blushing mendengarnya.

Adelia memutar botol itu dan berhenti di Rendy.

"Truth or Dare?" tanya Adelia.

"Dare aja, sesekali..." jawab Rendy datar.

Tanpa disadari, senyum licik terlihat di wajah gadis Hades itu.

"Cosplay jadi Thundy sampai permainan selesai!" tantang Adelia.

Yang bersangkutan pun langsung membatu sampai akhirnya dia digeret paksa oleh Vience dan Mathias.

"WHOAAA! SOMEBODY HELP ME!" teriak Rendy saat digeret oleh dua makhluk pirang yang akan mengubahnya menjadi Thundy.


Lima menit kemudian...

"Coba tebak mana yang Thundy?" tanya Mathias sambil menarik turun dua orang cowok.

Mereka sama-sama berpenampilan serba biru (dari warna rambut, mata, dan baju). Tapi bedanya, yang satu terlihat normal dan yang lainnya malah cemberut.

"Yang cemberut itu Rendy kan?" tanya Maurice.

"SELAMAT! Anda benar!" jawab Vience sambil menyalami Maurice seperti pemenang kuis lima miliyar. *plak!*

Rendy hanya menatap tajam Adelia (yang duduk agak jauh dari lingkaran sambil tersenyum puas), kemudian memutar botol itu dan berhenti di Teiron.

"Truth or Dare?" tanya Rendy.

"Dare..." jawab Teiron.

'Semoga bukan nyatain perasaan atau crossdress...' batinnya harap-harap cemas.

"Oy, Rice! Ambilin 'itu' dong!" Rendy memerintahkan Maurice untuk mengambil sesuatu di dapur markas.


Setelah Maurice memberikan benda 'itu', Rendy pun menjelaskan Dare-nya.

"Nah! Lu liatin ini, tapi jangan ngi-" Perkataan Rendy langsung terputus karena munculnya 'danau dadakan' di mulut Teiron.

"Ambil aja nih!" Rendy pun melempar benda 'itu' keluar ruangan dan duduk di belakang lingkaran, sementara Teiron langsung mengejarnya kayak anjing kelaperan. *plak!*

"Hmm, jadi yang udah dikasih dan ngasih tantangan boleh keluar?" gumam Ikyo manggut-manggut sendiri.


Setelah kembali, Teiron memutar botol itu dan berhenti di Lucy.

"Truth or Dare?" tanya Teiron.

"Dare!" jawab Lucy.

"Hmmm, gendong ala bridal style satu cowok di sini, terus bawa keliling mar- Whoa!" tantang Teiron yang sekarang berada di gendongan Lucy.

Karena Teiron yang notabene merupakan cowok paling pendek di antara para cowok lainnya (Teiron: *nyiapin batu bata.*/Me: "A-ampun, Bantet-sa-" *ditimpuk duluan.*), jadi Lucy langsung kepikiran buat gendong dia.


Beberapa menit kemudian...

"U-udah kan?" tanya Lucy yang ngos-ngosan.

Teiron pun turun dan duduk di sebelah Adelia, sementara Lucy memutar botol itu dan berhenti di Alisa.

"Truth or Dare?" tanya Lucy.

"Dare!" jawab Alisa tegas.

"Tidur di pangkuan Alpha sampai aku bilang cukup!" tantang Lucy.

Alisa pun beranjak ke tempat Alpha yang sibuk main game dan tidur di pangkuannya. Alpha yang merasa beban tambahan langsung berhenti main dan melihat Alisa yang tiduran di atas pangkuannya. Entah kenapa, dia mulai mendekatkan wajahnya ke arah Alisa, tapi...

"CUKUUUUP!" teriak Lucy. "Lu mau ngapain, BakAlpha?"

Alisa yang mendengar teriakan barusan langsung membuka matanya dan...

"Maaf..." gumam Alpha dengan tampang polos.

"HENTAI!"

PLAK!

Alisa pun langsung menampar Alpha dan kembali ke tempatnya, kemudian memutar botol itu dan berhenti di Vience.

"Truth or Dare?" tanya Alisa.

"Truth!" jawab Vience.

"Kalau ada kesempatan untuk membuka aib orang, siapa yang ingin kau buka aibnya?" tanya Alisa.

"Pastinya Edgy dong~" jawab Vience yang sukses membuat Edgar kabur ke toilet (?). *apa hubungannya?*

Alisa pun duduk di sebelah Lucy, sementara Vience memutar botol itu dan berhenti di Rina.

"Truth or Dare?" tanya Vience.

"Truth!" jawab Rina.

"Dari semua cowok di sini, suka sama siapa?" tanya Vience sedikit jahil.

"Nggak ada!" jawab Rina watados.

Vience hanya manggut-manggut dan duduk di sebelah 'Thundy' karena Rina udah jujur. *ditebas Rendy.*

Rina pun memutar botol itu dan berhenti di Thundy.

"Truth or Dare?" tanya Rina.

"Dare!" kata Thundy.

Tiba-tiba Elemy langsung bersin (?).

"Silakan setrum Emy dengan listrikmu!" perintah Rina watados.

"Dengan senang hati~" Thundy langsung men-cast Thunderbolt dan mengarahkannya ke Elemy.

Elemy marah? Nggak lha, dia kan pacarnya Thundy~

Rina duduk di sebelah Alisa, sementara Thundy memutar botol itu dan berhenti di Salem.

"Truth or Dare?" tanya Thundy.

"Untuk main aman, Truth!" kata Salem santai.

"Lu suka makan apa aja sih?" tanya Thundy.

"Soto, bakso, sate, gulai, rendang, ketoprak, sushi, hamburger, pokoknya macem-macem deh!" jawab Salem watados.

Yang lainnya pun hanya bisa sweatdrop. Thundy duduk di sebelah Teiron (secara mereka soulmate gitu lho~ *plak!*), sementara Salem memutar botol itu dan berhenti di Ikyo.

"Truth or Dare?" tanya Salem.

"Truth..." jawab Ikyo yang paling malas main ToD.

"Hmhmhm... Gue pengen nanya ini dari dulu, ngehehe~" gumam Salem dengan tawa laknat dan sukses membuat Ikyo menelan ludah.

"Lu suka sama cewek pertama di squad ini ya?" tanya Salem dengan gaya ala detektif gadungan. *plak!*

Webek, webek...

"Oy, oy! Kyo, daijobu?" tanya Teiron panik karena Ikyo hanya membatu.

"Lu nggak usah sefrontal itu juga dong!" bentak Thundy kepada Salem.

Tapi...

"Salem..." Adelia yang sudah dikelilingi dark aura di tubuhnya mulai mendekati Salem.

"Tu-tunggu dulu! Rendy yang nyuruh, sumpah!"

"Kalian..."


Layar pun berubah putih dan muncullah Jeronium yang membawa papan peringatan bertuliskan 'Adegan ini tidak lulus sensor!' di mulutnya dan menaruh papan itu di lantai.


Setelah mereka berdua kembali dari RS Express, Salem pun mengajukan pertanyaan yang sama (Dasar bodoh!) dan sukses membuat Adelia berniat menghajar mereka lagi. Tapi...

"He-hentikan itu!" cegat Ikyo sambil memeluk Adelia dari belakang. (So sweet sekali ya~)

"Wiiiih, mesra bangeeet~" celetuk Mathias sambil siul-siul.

"Kamera mana kamera?" tanya Vience girang.

JEPRET!

Tiba-tiba Chiki muncul dan mengabadikan momen yang 'oh-so-sweet' itu.

"Jaa, aku permisi dulu..." kata Chiki sambil keluar dengan gaya ninja gaje.

Webek, webek...

"Sebentaaaaaaar!" teriak Rendy sambil gebukin meja. "Waktu kamu akan habis, Subuuuuuur!"

"Demi TUHAAAAAAN!" Meja yang digebukin Rendy pun langsung patah.

"Udah nggak zaman, Thundy..." Edgar yang salah ngomong langsung dilempar keluar jendela oleh Rendy. (Note: Hanya mengingatkan kalau Rendy masih cosplay jadi Thundy di sini! :p *ditebas Rendy.*)

Salem pun duduk di sebelah Thundy karena takut dengan 'Thundy' yang kelihatannya masih marah-marah. *ditebas Rendy (lagi).*

"Pssst, awas lu Salem..." bisik Rendy kesal dan sukses membuat yang bersangkutan bergidik ngeri.

"Kyo, putar botolnya!" ujar Teiron sedikit berhati-hati mengingat insiden sebelumnya.

Ikyo pun memutar botol itu dan berhenti di Alpha.

"Truth or Dare?" tanya Ikyo.

"Truth!" jawab Alpha.

"Lu dari tadi ngapain sih? Kok nggak serius banget?" tanya Ikyo yang penasaran dengan sikap masa bodoh Alpha. (Note: FYI, Alpha tidak memperhatikan insiden barusan!)

"Oooh... Dari tadi gue main ini..." jawab Alpha sambil memperlihatkan game yang dimainkannya (apa itu Pokemon Sun and Moon? *plak!*) dan sukses membuat yang lainnya sweatdrop.

"Gue mesti keluar kan? Gimana lanjutinnya?" tanya Alpha.

"Tunjuk seseorang buat muter botolnya!" usul Thundy.

"Oke! Thias, giliran lu nih!" seru Alpha.

"Oke!" balas Mathias sambil memutar botol itu.

Di saat yang bersamaan, Edgar baru kembali dengan pecahan kaca yang menancap di seluruh tubuhnya (?!). (CEPAT BAWA DIA KE UGD!)

Botol itu pun berhenti di Vivi.

"Truth or Dare?" tanya Mathias.

"Dare!" jawab Vivi.

"Peluk Vience sono!" perintah Mathias jahil.

Mereka berdua pun hanya bisa blushing dan langsung pelukan, setelahnya Vivi memutar botol itu dan berhenti di Maurice.

"Truth or Dare?" tanya Vivi.

"Truth..." jawab Maurice yang berharap Vivi nggak nanya yang aneh-aneh.

"Kau ini... Memang werewolf dari lahir ya?" tanya Vivi yang agak ngeri dengan fakta bahwa Maurice adalah werewolf.

"Itu sudah turun-temurun di keluargaku..." balas Maurice tanpa ekspresi dan sukses membuat teman-temannya cengo seketika. (Note: Bagi yang nggak tau silakan searching 'Story Quest Werewolf'!)

"Giliranku kan?" tanya Maurice sambil memutar botol itu dan berhenti di Elemy.

"Truth or Dare?" tanya Maurice.

"Truth!" balas Elemy.

Maurice berpikir sebentar, kemudian dapat ide. "Coba ceritain aib lu!"

"Aib ya..." Elemy menghela nafas.

Semua orang di sana langsung pasang telinga.

"Kayaknya gue pernah ngancurin markas entah kapan!" Elemy memiringkan kepala dengan tampang berpikir.

"Ngancurin markas?" Beberapa orang hanya bisa saling berpandangan.

Entah kenapa, Thundy teringat sesuatu yang sangat mengerikan di markas mereka saat teman-temannya liburan.


-Flashback-

"Eh? Emy sakit?" tanya Thundy kepada seseorang di teleponnya.

"Iya, kata Bibi Rilen sih begitu..." jawab orang di telepon tersebut.

"Ah, baiklah! Aku akan melihat keadaan markas dulu! Jaa!" Thundy pun menutup panggilan teleponnya dan segera menuju ke Homebase Garuchan Squad.


Tok tok tok!

"Emy?" tanya Thundy sambil mengetuk pintu markas, tapi tidak ada suara di dalam.

'Apa dia sedang tidur?' batin Thundy bingung.

PRANG!

"Eh?! Apaan tuh?!" tanya Thundy heran.

PRANG! TRENG! BRAK!

Thundy pun langsung mencari kunci cadangan di dalam salah satu pot bunga di halaman depan.

"Ah, ini dia!" kata Thundy setelah menemukan kunci itu dan langsung membuka kunci pintu markas, kemudian segera masuk ke dalam.

"APA-APAAN INI?!" teriak Thundy kaget saat melihat Elemy yang sedang mabuk berada di ruang tengah yang udah kayak kapal pecah.

-Flashback End-


Thundy pun langsung merinding sendiri.

"Kenapa, Thun?" tanya Teiron.

"Eh? Nggak kok..." jawab Thundy sekenanya.

"Gue puter ya..." Elemy pun memutar botol itu daaaaaaaan...

Botol tersebut berhenti di Lisa.

"Truth or Dare?" tanya Elemy.

"Hmm... Truth kurasa..." balas Lisa pelan.

Entah kenapa, tiba-tiba Elemy mengeluarkan evil smirk.

'Entah kenapa aku merasakan firasat yang sangat buruk...' batin Lisa melihat ekspresi Elemy.

"Lisa, jawablah yang jujur! Apa saja yang kau ingat saat kita (para cewek) mabuk gara-gara Mathias nawarin Akvavit?" tanya Elemy agak jahil.

Sontak, wajah Lisa langsung merah padam dan menghela nafas pelan. "Sebenarnya aku tidak ingat, tapi..."

"Tapi apa?" tanya Alisa penasaran dan membuat wajah gadis Medic itu semakin merah.

"Kak Al bilang padaku, kalau aku meminta Tei-kun menggendongku..." jawab Lisa sambil menundukkan kepala.

"Ron, apa itu benar?" tanya Ikyo memastikan.

Teiron memejamkan mata sebentar untuk mengingat-ingat, kemudian memiringkan kepala dengan tampang berpikir. "Ya begitulah, waktu itu Lisa aneh sekali! Dia memintaku menggendongnya ke kamar mandi, terus memintaku untuk mengelus dagunya, dan juga ingin menyuapiku..."

"Wah, Lisa~" sahut Elemy sambil tersenyum senang sekaligus genit.

"Eeeh?! Bu-bukan begitu, a-aku..." Lisa mulai frustasi karena bingung harus menjawab apa untuk menghadapi kenyataan tersebut.


Setelah di-bully cukup lama, akhirnya dia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sudahlah, lebih baik kita lanjutkan saja!" teriak Lisa sambil mengambil botol itu dan memutarnya tanpa persetujuan.

Akhirnya mereka berhenti mem-bully Lisa dan melanjutkan permainan saat botol itu berhenti di Tumma.

"Truth or Dare, Tum-Tum?" tanya Lisa.

"Ermmm, Dare..." balas Tumma agak risih dengan panggilan barusan.

"Dare apa ya?" Lisa berpikir sejenak.

Tiba-tiba, Alpha yang duduk di belakang Lisa memunculkan bohlam dan menempelkannya di atas kepala sang adik.

"Thun..." Alpha memberikan kode kepada Thundy di seberang.

Yang bersangkutan diam-diam men-cast listrik kecil dengan tangan di belakang kepala, kemudian mengarahkannya ke bohlam itu agar bisa menyala.

"AHA!" teriak Lisa spontan sambil menjentikkan jari.

"Ada apa, Lis?" tanya Vivi agak kaget.

Lisa hanya menggeleng pelan. "Tidak ada, aku hanya baru saja mendapatkan ide untuk mengatakan apa yang akan kuminta pada Tumma..."

"Jadi, apa yang akan kau minta?" tanya Rina penasaran.

"Teriak 'aku padamu' ke Ashley!" jawab Lisa watados.

"HAAAAAH?!" Mereka semua langsung kaget berjamaah.

"Kenapa nggak suruh dia buka topeng bebeknya saja?" protes Edgar.

"Percuma, di dalamnya masih ada topeng yang lain..." timpal Teiron lemes mengingat kejadian 'Kakashi Kedua'. (Salem: "Kakashi? Maksudnya yang lagu 'Kakashi yang dulu hilang' itu?"/Me: "ITU KEKASIH, JUMRAH GEBLEK!" *lempar pecahan keramik.*)

"Baiklah..." Tumma pun segera berjalan keluar markas.


Setelah itu, terdengar teriakan yang menggema di luar. "ASHLEY, ASHLEY, AKU PADAMU!"

'Buset, dia beneran lakuin itu!' batin para cowok shock.

"Udah kan?" tanya Tumma yang baru kembali. "Mari kita lanjutkan!"

Botol pun diputar dan setelah agak lama, akhirnya mulai berhenti di Edgar.

"Truth or Dare, Gar?" tanya Tumma.

"Truth!" balas Edgar.

"Siapa first kiss lu?" tanya Tumma yang sukses membuat anggota squad lainnya (selain Edgar) ngakak di tempat.

Sementara Edgar langsung sewot. "Pertanyaan macam apa itu?!"

"Cepet jawab, Gar!" seru Salem yang penasaran dengan jawaban Edgar.

Edgar pun menelan ludah. "First kiss gue..."

Mereka semua mulai tegang ketika Edgar menggantungkan kalimatnya sejenak.

"Ara..."

Webek, webek...

Mereka semua langsung shock.

Betewe, Ara itu siapa ya? Ara Niesha? Ara Haan? Atau 'Arangkah indahnya hidup ini bersamamu'? *plak!* (Itu 'alangkah', sengklek!)

"HUAPAAAAAA?! WHAT THE DENMARK?! BUKANNYA ARA TUH ANJING BETINA PELIHARAAN SQUAD SEBELAH?!" teriak para cowok kaget berjamaah.

Well, setidaknya itu membuktikan kalau Edgar bukan maho (tapi nggak elit juga sih kalau sama hewan)...

"Kok bisa sih?" tanya Tumma.

"Info lebih lanjut silakan tanyakan Bibi Rilen, dia saksi mata yang melihat kejadian itu!" usul Edgar dengan ekspresi ala kadarnya.

Mereka pun sepakat untuk bertanya kepada Bibi Rilen saat dia pulang besok pagi.

"Nggak perlu muter botol lagi kan?" tanya Edgar yang tiba-tiba memasang cengiran laknat. "Truth or dare, Mathias?"

"Truth..." jawab Mathias pasrah karena yakin dia pasti bakalan dinistain.

Para gadis hanya menatap prihatin Mathias, sementara para cowok lainnya tidak sabar untuk menonton Edgar yang akan 'mengeksekusi' Mathias.

"Kejahatan apa yang diam-diam pernah lu lakuin ke kita semua? Jujur!" rongrong Edgar sangar.

GLEK!

Mathias langsung menelan ludah.

"Jawab aja!" ujar Thundy kalem, tapi terdengar seperti ancaman hukuman mati.

Akhirnya Mathias memberanikan diri untuk menjawab sebagian kecil dari kebejatan yang sudah dilakukannya.

"Yang pertama..." Mathias menghela nafas sejenak. "Gue pernah nggak sengaja nuang oli mesin ke dalam kopi Vience, dan anehnya dia nggak nyadar! Cuma setengah doang lho ya, sumpah deh!"

Vience langsung memasang tampang horror, entah antara marah atau mual.

"Yang kedua..." lanjut Mathias takut-takut. "Gue pernah nuker kacamata Teiron dan Maurice waktu mereka berdua bobo di kamar gue!"

Alpha menutup mulutnya untuk menahan tawa, entah apa yang ingin ditertawakan olehnya.

"Demi apa?" Kedua orang yang bersangkutan mulai emosi.

"Yang ketiga, gue pernah nggak sengaja jatohin buku kesayangan Thundy di atas kotoran Cerberus... Tapi begonya, dia nggak berhasil nemu pelakunya dan bukunya jadi bau kotoran anjing..."

Thundy yang mendengarnya langsung gondok sampai ke ubun-ubun.

"Yang keempat-"

"KAMPRET LU, JABRIK SIALAN! GUE SETRUM MATI LU!"

Sebelum Mathias sempat melanjutkan, Thundy langsung melompat dan menjambaki rambutnya, Teiron dan Maurice ikut menyerang Mathias dengan cara menggelitiki pinggangnya, Vience kabur ke toilet untuk muntah mengingat dia pernah nggak sengaja minum oli mesin, Alpha ngakak sejadi-jadinya, sementara sisanya hanya bisa cengo parah dengan situasi yang tak terkendali di hadapan mereka.

Keadaan semakin tak terkendali ketika para cewek lebih memilih untuk kabur meninggalkan para cowok yang masih waras karena tidak tau lagi harus bagaimana untuk menghadapi para makhluk nista di ruang tengah.


Setelah satu setengah jam kemudian...

Kondisi Mathias sekarang ini, dia sekarat karena gosong disetrum Thundy, kepalanya ditancepin Wolf Sword sama Maurice, dan punggungnya ditimpa batu besar yang di-summon Teiron.

Intinya, mengenaskan...

Untung dia Nation yang Immortal, jadinya nggak apa-apa. Kalau manusia pasti udah mati tuh!

Vience yang baru selesai memuntahkan isi perutnya (setelah mendengar fakta tentang oli mesin barusan) memutuskan untuk naik duluan ke lantai atas sambil menyeret Mathias.


"Betewe, ToD-nya udah selesai kan? Mau ganti baju nih!" tanya Rendy.

"Iya, iya! Permainan ini selesai! Semuanya tidur ya!" balas Edgar.

Para cowok yang tersisa pun langsung naik ke lantai atas, kecuali dua orang.

"Kyo, lu kenapa? Ayo naik!" ajak Tumma.

Ikyo hanya menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa..."


To Be Continue, bukan True Ballad Composer (?)...


Well, ToD itu game yang cukup menyenangkan ya? ^^a

Review! :D