Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Yah, setidaknya itu lebih baik... ^^a

Thundy: "Kenapa aku dipanggil 'Om' coba?" =w=a

Ikyo: =_= "Nggak ngerti, orang bukan buat gaya-gayaan..."

Yah, terima kasih telah me-Review! :D

RosyMiranto18: Senang bisa membantu... :V /

Lucy: "Lagunya didapat dari MRCI, jadi emang sesingkat itu..."

Vience: "Vivi-chan nggak rabies..." TwT

Soal password wi-fi, yah karena Chiki-chan itu penggemar pair KyoAdel... :V a

Maurice: "Sejujurnya, tebakan itu dari komik di Fanpage 'Lina dan Raka'..."

Salem: "Tong Fang, atau Tong Feng? Argh, aku bingung yang bener yang mana!"

Well, Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 15: Mini Complications Season 3


~Kolam Dewi~

"Yo minna~"

Edgar dan Mathias yang sedang main Jankenpo di depan markas Garuchan Squad menengok ke arah sumber suara dan langsung mangap lebar begitu mendapati...

Seorang gadis yang sedang membawa sebuah kolam besar di atas kepalanya.

"Astaga Kambing/Demi Dewa..." gumam kedua orang itu cengo.

Gadis itu meletakkan kolam tadi di area yang agak luas. "Kutitip ini ya, mau nyari Kidori dulu! Capcus, bye bye~"

Sang gadis pun langsung pergi meninggalkan kedua makhluk pirang yang sweatdrop melihatnya.

'Datang tak diundang, perginya pun cepet banget!' batin mereka berdua risih.

Setelah itu datanglah Adelia yang terheran-heran melihat kolam yang muncul tiba-tiba di depan markas mereka.

"Itu kolam dari mana?" tanya Adelia bingung.

"Tadi ada yang nitip..." jawab Edgar datar.

Adelia memasang wajah skeptis. "Errr, emangnya bisa dititip?"

"Entah..." Mathias angkat bahu.

Adelia pun berjalan ke arah kolam itu dan berjongkok di pinggirnya.

'Kuharap kau tidak tercemplung ke dalamnya!' batin kedua cowok itu rada was-was.

Di sisi lain, terlihat Vience dan Ikyo yang sedang dorong-dorongan dari dalam markas. Vience maju dan Ikyo mundur, gitu aja terus sampai ke arah kolam dan...

BYUUUUUR!

"ADELIA!" pekik Edgar dan Mathias panik.

Ikyo yang mendengar nama barusan saat jatuh terduduk segera berbalik dan langsung memasang wajah horror ketika melihat sebuah tangan yang dikenalinya melambai-lambai di tengah kolam.

"Kenapa ada kolam di sini?" tanya Vience rada bego dan sukses dihadiahi tinju di perut dari Ikyo.

"Kita lagi nggak bahas kolamnya, yang perlu diurus itu Adelia! Lu sih pake dorong-dorong gue, jadi nyemplung kan orangnya!" bentak Ikyo kesal.

"Santai aja keles!" hibur Vience buta sikon.

Ikyo malah semakin kesal mendengarnya. "Santai ndasmu?! Gue nggak bisa santai kalau Adelia bermasalah!"

Sebenarnya Mathias dan Edgar ingin sekali menggoda Ikyo, tapi tidak dalam keadaan badmood setelah (tanpa sengaja) mendorong Adelia barusan. Bisa-bisa mereka malah dicakar nantinya.

Si rubah pun hanya bisa duduk memeluk lutut di pinggir kolam, sementara Vience yang tidak tau harus bagaimana memilih untuk bergabung dengan Mathias dan Edgar.

Oke, sepertinya Ikyo mulai nangis...

Atau emang dia lagi nangis ya?

Tanpa diduga, sesuatu mulai muncul dari dalam kolam dan memperlihatkan sesosok wanita.

"Wahai sang rubah ekor sembilan, kenapa engkau menangis?" tanya wanita itu.

"Hiks, a-aku menjatuhkan gadisku ke dalam kolam..." gumam Ikyo yang masih terisak.

Wait, bagian 'gadisku' itu nggak salah nulis ya!

"Tunggu di sini!" Wanita itu masuk ke dalam kolam, kemudian kembali lagi dengan membawa sesosok gadis berambut biru yang... Errr, familiar.

'Itu mah Natalia, bukan Adelia...' batin mereka bertiga sweatdrop berjamaah.

"Ada dia gadis yang kau jatuhkan?" tanya wanita itu lagi.

"B-bukan, warna kulit dan rambutnya lebih gelap dari itu..." jawab Ikyo.

"Atas hadiah kejujuranmu, kuberikan Natalia padamu!" Wanita itu menaruh Natalia di pinggir kolam dan langsung menghilang ditelan ombak.

"Tidak! Aku tidak mau Natalia, aku hanya mau Adel-ku!"

'Adel-ku?' batin ketiga makhluk pirang itu makin sweatdrop.

Well, sepertinya Ikyo beneran nangis nih!

Natalia yang kebingungan memilih untuk menjauh dan bergabung dengan para makhluk pirang di sana. Kemudian muncullah sebuah portal di dekat mereka.

"Natty!" panggil seseorang dari dalam portal itu.

Natalia yang mengenalinya langsung menyahuti panggilan itu. "Kak Johnny!"

"Oh iya, aku mau membawa pulang gadis ini ke tempat asalnya!" ujar Johnny sambil mendorong keluar sesosok gadis berambut ungu.

"Adelia!" seru ketiga orang itu bersamaan.

"Kak Johnny, ayo pulang!" ajak Natalia sambil masuk ke dalam portal.

"Iya, iya!" balas Johnny.

Dan kedua orang itu pun langsung menghilang bersama portalnya.

Adelia memperhatikan sekitar dan mendapati si rubah yang nangis sambil duduk memeluk lutut di pinggir kolam. "Kyo kenapa?"

"Coba kau hibur, kasihan dia!" usul Mathias agak risih.

Adelia berjalan ke arah Ikyo dan menepuk pelan pundaknya. "Kyo..."

Yang bersangkutan menengok dan mendapati 'gadisnya' berada di sebelah. "A-de-lia?"

Gadis itu tersenyum lembut. "Ya, ini aku..."

Tanpa diduga, Adelia langsung mendapat pelukan disertai isakan dari si rubah.

"Hiks, hiks... Jangan pergi dariku lagi... Aku, tidak mau, kehilanganmu... Hiks..."

Adelia masih tersenyum lembut dan membalas pelukan itu. "Tenang saja Kyo, aku tidak akan pergi darimu lagi kok..."

Reaksi ketiga makhluk pirang yang melihat itu?

"HUWEEEEEEEEE!" Mathias udah nangis kejer dua ember.

"Hiks, aku tersentuh..." Vience memotret momen mengharukan itu sambil menahan air mata.

"..." Edgar malah bersikap biasa saja.


Di sisi lain, terlihat Chiki dan Kidori yang berada agak jauh dari tempat mereka.

"Kapan kita ambil kolamnya?" tanya Kidori dengan tampang bosan.

"Setelah mereka pergi!" balas Chiki yang sedang merekam momen mengharukan itu.


~Foto dengan 'Penunggu'~

"Maurice!" teriak Rina dari kejauhan sambil melambaikan tangannya. "Cepetan ke sini, yang lainnya mau foto nih!"

"Iya!" balas Maurice sambil berlari kecil ke tempat Rina.

Maurice berlari ke sebuah bangunan kecil bertingkat dua yang kelihatannya sudah tidak terpakai lagi. Coretan-coretan dengan cat semprot memenuhi dindingnya dan benda-benda tak terpakai pun berserakan di sekitarnya.


Saat Maurice sampai di sana, suasananya langsung berubah. Walaupun samar-samar, ada sedikit aura mistis yang terasa di sana.

'Kok suasananya jadi aneh begini?' pikir Maurice yang merasa tidak enak.

Kemudian, para anggota Garuchan Squad pun mulai berfoto dengan SANGAT SANGAT RUSUH. Bahkan Salem sampai masuk ke dalam gedung itu dan TANPA SENGAJA menemukan sebuah gambar p07n0 (sensor dipaksakan). Alhasil, para cowok pervert pun ingin segera melihat gambar itu.

Maurice terlihat penasaran, tapi Teiron langsung menariknya. "Mendingan lu jauh-jauh dari gedung itu deh!"

"WOY, GUE YANG NEMU DULUAN FOTONYA!"

"Memangnya kenapa?"

"WOY VIENCE, JANGAN BERGERAK!"

"Yah pokoknya jangan aja!"

"DIEM AJA LU, KYO!"

"BEGO LU!"

"Kenapa?"

"TEMPAT INI MENAKUTKAN!"

"Lu jangan marah ya, soalnya di situ ada-"

"Pe-penunggu-nya ba-ngun!"

Semua orang di sana menengok ke arah Thundy yang ketakutan saat melihat ke arah gedung tersebut dan langsung heran. Thundy kan orang yang dingin, cuek bebek, dan juga Tsundere, kok bisa ketakutan begitu?

"Thun, lu kenapa?" tanya Edgar.

"Tempat ini ada penunggunya dan dia marah gara-gara kita rusuh dan bangunin dia!" jelas cowok berambut biru itu sambil merinding.

Mereka semua langsung terdiam, entah karena takut atau menganggap Thundy bohong.

Tumma memperhatikan gedung itu. Memang samar sih, tapi dia bisa melihat ada bayangan hitam besar di sana dan sukses membuatnya merinding sendiri.

Alhasil, mereka semua pergi jauh-jauh dari gedung itu dengan pelan-pelan tanpa membuat suara sedikitpun. Setelah cukup jauh dari tempat itu, mereka pun langsung berlarian ke segala arah sambil berteriak dalam berbagai macam bahasa.


~Mouse Hunters~

Pada suatu hari, terdengar keributan di markas Garuchan Squad.

GROMPYANG! PRAK! GEDUBRAK! PRANG! GEROMPYANG!

"JANGAN KABUR LU!"

PRANG!

"SINI LU! TERIMA TENDANGAN GUE!"

BRAK!

"TERIMALAH SABETAN SPESIAL DARIKU!"

CRAT!

"ATAS NAMA DEVELOPER K, AKAN KUBUNUH KAU!"

GUBRAK!

Krieeeet!

"Aku pu-"

Teiron yang baru pulang dari latihan langsung mangap lebar disertai sweatdrop besar di kepalanya begitu mendapati...

Teman-temannya sedang berburu tikus.

"JANGAN BIARKAN MAKHLUK MENJIJIKKAN ITU HIDUP, KITA HARUS BERI DIA PELAJARAN KARENA TELAH MEMASUKI JAKETKU!" perintah Alpha yang paling takut dengan tikus.

"SIAP!" koor Rendy, Salem, Edgar, Rina, Alisa, Lucy, Vivi, dan Emy.

"Ya ampun..." gumam Teiron sambil geleng-geleng kepala.

Alisa udah nyiapin Iron Stick-nya, Vivi udah salto-salto dan lompat-lompat gaje sampai jatuh bangun mengejar tikus, Emy udah bekuin semua benda di ruang tengah, Salem dan Rendy udah siap dengan pedang masing-masing dan sukses membuat semua benda yang beku di sana langsung terbelah oleh mereka, sementara Alpha? Jangan ditanya, karena badannya masih gatal-gatal gara-gara dimasukin tikus.

Nggak kebayang kan seberapa hancurnya tempat tersebut?

Dasar mereka itu, mau ditempeleng Golem rupanya!

Mata kehijauan sang Earth Mage mulai bergerak mengikuti arah tikus itu berlari.

Kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, muter, zig-zag, berhenti.

Eh?

TIKUSNYA BERHENTI, COY!

Udah gitu di depan Teiron pula!

"HIYAAAAAAAAAT!"

"TERIMA INI!"

"RASAKAN INI!"

CLING! PLETAK! GUBRAK!

Sontak, seisi ruangan (kecuali Alpha) langsung terjun bebas mencium lantai karena sang tikus telah menghilang begitu saja.

"Sakit coeg!" koor mereka semua yang terjun barusan sambil meringis kesakitan.

"Turun dari gue, Ren!" bentak Emy kepada Rendy.

"Turun dari gue, Alisa!" bentak Rendy kepada Alisa.

"Turun dari gue, Sal!" bentak Alisa kepada Salem.

"Turun dari gue, Vi!" bentak Salem kepada Vivi.

"Turun dari gue, Gar!" bentak Vivi kepada Edgar.

Enak banget Edgar di atas sendiri!

"Moncong-moncong..." kata Lucy menggantung.

"Tikusnya mana?" tanya Rina melanjutkan perkataan Lucy.

"Nyari tikus?"

Mereka semua menengok ke belakang dan mendapati Teiron memegang tikus yang sudah mati tersebut.

Ternyata tikus itu udah koit digampar Teiron yang bahkan lebih cepat dari mereka semua.

Walah, kayaknya dia abis berguru sama Minato Namikaze tuh!

"Akhirnya!"

"Makasih, Ron!"

"Hore, bebas!"

"Merdeka!"

"UDAH SONO KALIAN BERES-BERES! BENTAR LAGI KETUA MAU PULANG!" perintah Teiron lantang.


~Pilihan~

Suatu hari, Rina dan Alisa sedang mengobrol di depan markas Garuchan Squad.

"Ali-chan, kamu pilih yang mana antara merah dan coklat?"

"Aku pilih merah!"

"Kalau antara teh dan kopi?"

"Hmmm... Kopi!"

"Api dan bunga?"

"Api!"

"Tombak dan pedang?"

"Pedang!"

"Alpha dan Maurice?"

"Uhmm... Boleh pilih 'dan'?"


~Crossdress~

Semuanya berawal dari taruhan konyol di antara para cowok dan Teiron selaku penjudi paling sial akhirnya kalah taruhan dan menanggung akibatnya.

Taruhannya tidak sulit! Hanya melibatkan gaun, wig, hak tinggi, lipstick, dan kawan-kawannya.

Taruhannya tidak sulit! Hanya berlangsung sehari di markas Garuchan Squad.

Taruhannya tidak sulit! Hanya berdandan sebagai wanita.

Intinya sih... Sehari jadi bencong!

Belum pernah Teiron dipermalukan separah ini!

"Suit suiit, amboi cantiknya!" siul Mathias.

"Mbak, mau nikahan dimana mbak? Kok rapi betul?" tanya Alpha jahil.

"Cocok juga lho~" seru Rina watados.

"Wow, lebih seksi dari Em-"

PRANG!

Salem pun langsung ditendang keluar jendela oleh Thundy.

Teiron hanya bisa pasrah dilecehkan plus dihina-dina sedemikian rupa.

"Gimana, Lis? Pacarmu cantik, kan?" tanya Emy meminta pendapat Lisa.

Yang bersangkutan hanya merona. "Aku tidak tau..."


~Bad Luck Edgar~

Saat ini Edgar sedang 'bertapa' di ruang makan alias memikirkan sesuatu. Entah apa itu aku juga nggak tau, yang jelas dia melamun aja dari tadi.

Sesosok makhluk serba emas pun nongol dari balik pintu dan melihat Edgar sedang melakukan kegiatannya dengan khusyuk. Senyum nista pun menghiasi wajahnya dan dia pun langsung melemparkan sebuah panci besar ke wajah Edgar.

DUNG!

"ADAW, SAKIT!" jeritnya sambil terjengkang ke belakang.

"Hahahahahahahahaha!"

Salem sang pelempar panci pun langsung ngakak melihatnya.

"Heh, Bocah Unicorn! Ngapain lu lemparin panci ke muka gue, hah?!" bentak Edgar sambil mendekati Salem.

"Udah kebiasaan gue, keles!" balas cowok berambut pirang tersebut.

"Sialan, muka gue lecet kan jadinya!" umpat Edgar sambil mengusap wajahnya.

"Dari dulu muka lu emang udah lecet kayak gitu!"

"Ya nggaklah!"

"Lecet!"

"Nggak!"

"Lecet!"

"Nggak!"

"Lecet!"

"BISA DIEM NGGAK SIH?! GUE LAGI BOBO GANTENG NIH!"

Terdengar Ikyo yang berkoar-koar dari luar dan sukses membuat kedua orang itu hening seketika.

Iya, bobo ganteng di atas pohon biar anti-mainstream!

"Tuh kan, abang marah gara-gara lu tuh!" celetuk si Hawkeye.

DUNG!

Edgar pun kembali ditimpuk panci, kali ini dari sang Gumiho.

"GUE BUKAN ABANG LU, GAR!" bentak Ikyo yang nongol dari jendela dengan rambut ketutupan daun.

Salem hanya bisa cengo melihat penampilan Ikyo dan pengen ngakak guling-guling di lantai, tapi terpaksa harus dipendam dulu karena nggak mau terkena panci dari si rubah.

"SEKALI LAGI BERISIK, GUE SIRAM LU BERDUA PAKE LUMPUR!" teriak Ikyo sambil keluar lewat jendela untuk meneruskan bobo gantengnya.

Salem pun langsung cekikikan gaje.

"Aduh, muka gue..." gerutu Edgar sambil bangun dan mengelus wajahnya lagi.

"Duh Gar, tadi itu lucu banget!" komentar Salem yang masih ketawa nista.

"Lu seneng banget liat gue sengsara!" bentak Edgar kesal.

"Ohoho, iya dongsee!" balas Salem bangga plus alay.

"Terserah!" Edgar pun langsung pergi dari tempat itu.


Ketika melewati ruang tengah, dia melihat Teiron dan Lisa sedang berduaan dan langsung mengintip kedua makhluk tersebut.

"Lis, aku punya tebakan! Binatang apa yang mirip kurma?" tanya Teiron yang sukses membuat Lisa langsung bingung.

'Emangnya ada ya binatang yang mirip kurma?' batinnya.

"Nyerah?" tanya Teiron sambil nyengir dan gadis itu mengangguk. "Jawabannya... Kecoak~"

Sang Medic pun hanya memasang pose 'sudah kuduga'. *plak!*

"Sekarang aku!" ujar Lisa. "Kata orang, masa depan itu seperti sekumpulan tempe! Kenapa hayo?"

"Hah? Sekumpulan tempe?" tanya Teiron keheranan dan langsung berpikir keras. "Emangnya kenapa? Kok tempe?"

Kali ini giliran Lisa yang nyengir. "Karena tidak ada yang tahu!"

Anak berambut merah itu langsung ngakak seketika, apalagi saat membayangkan semangkuk penuh tempe tanpa tahu di dalamnya dan orang-orang akan berkata kalau itu masa depan. Lisa sendiri hanya tersenyum puas melihat kekasihnya tertawa seperti itu.


Entah kenapa, tiba-tiba perut Edgar mengeluarkan suara kayak mesin traktor.

Ajaib banget ya!

"Lapeeer! Gue jadi pengen makan deh!" gumam sang Hawkeye sambil memegangi perutnya.

Tiba-tiba sensor di hidungnya menemukan sebuah 'harta karun' yang terpendam jauh di dalam dapur (yang sebenarnya cuma makanan sih). Aromanya terlalu menggiurkan sampai-sampai air liurnya nggak bisa ditahan lagi dan langsung tumpah kayak air terjun. *Jijay banget sumpah!*

Cowok berambut pirang itu pun langsung menerobos pintu dapur dan berlari menuju asal aroma tersebut tanpa menghiraukan apa yang berada di jalannya.

KLONTANG!

"OH MY GOD, EDGAR!" seru Teiron sambil menuju TKP diikuti Lisa. "Lu nggak apa-apa, kan?"

"Gue jatuh begini masih dibilang nggak apa-apa?! TEGA KAMU!" protes sang korban dengan lebay-nya.

"Ish, ngalay banget lu!" balas Teiron sweatdrop.

Ketika Edgar berusaha untuk berdiri, sesuatu yang tak diduga pun terjadi.

KREK!

"ADOOH, SAKIT!" teriak Edgar kesakitan sambil memegangi pinggangnya.

Bongkok deh! Ternyata sepotong kejulah yang membuatnya terpeleset.

"Kenapa lu, Gar? Encok?" tanya Teiron setengah bercanda sambil berusaha menahan tawanya.

"Nggak tau, tiba-tiba pinggang gue sakit begini!" balas Edgar yang ingin mengeluarkan sumpah serapah kepada benda yang telah membuatnya terjatuh dengan sangat 'epic' tersebut.

Sang Earth Mage pun langsung tertawa nista. "Maklumlah, lu kan udah tua!"

"BELUM KELES!" bantah sang Hawkeye.

Alpha pun muncul tanpa diundang dari dalam dapur dan menyadari kalau kedua kakinya terkena cairan lengket (yang sebenernya air liur Edgar).

"Ish, ini apaan? Di kaki eike kok ada yang basah-basah gitu ya?" tanya Alpha sambil memperhatikan kakinya.

"Kak Al ngondek?" tanya Lisa yang menyadari gaya bicara kakaknya barusan.

"Hiih, eike mah tinta- Eh, maksud gue kagaklah!" balas Alpha sewot.

Webek, webek...

"Errr, di depan pintu ada air apaan ya?" tanya Alpha mengalihkan topik.

"Air? Air apa?" Lisa nanya balik.

"Ini nih, gilingan internasional tau nggak!" balas Alpha lebay sambil mengangkat kakinya.

Teiron mengangkat alis. "Gilingan?"

"E-eh, maksudnya gila!" ralat Alpha.

"Kalau gue kasih tau, lu bakalan bantuin gue nggak?" tanya Edgar yang ingin mengakui apa yang telah diperbuatnya.

Alpha pun menengok dan langsung heran melihat Edgar yang bongkok tersebut. "Lu kenapa, Gar?"

"Encok!" jawab Teiron singkat plus watados.

"Ish! Udahlah, Ron!" bantah Edgar.

"Emangnya itu air apaan?" tanya Alpha.

"Err, itu... Iler gue..." ungkap cowok berambut pirang itu malu-malu.

"WHAT?! INI MAH HARUS MANDI TUJUH KEMBANG!" pekik Alpha super lebay.

"Udahlah, sekarang bantuin gue!" seru Edgar.

"Iya iya!" balas Alpha.


Alpha, Teiron, dan Lisa pun mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan sakit pinggang 'Om' Edgar.

Sebenarnya dia nggak tua-tua amat sih, tapi aneh juga kalau encok tiba-tiba menyerangnya. Jarang minum susu kali ya?

Pertama, Lisa mencoba menegakkan badan sang Hawkeye, tapi tidak berhasil.

Kedua, Teiron memukul pinggang Edgar dengan panci penggorengan sekeras-kerasnya.

"ADOOH, PELAN-PELAN! SAKIT!" pekik cowok berambut pirang itu kesakitan.

Karena Alpha nggak mau ambil pusing, sebuah bohlam pun muncul di kepalanya.

"Eh, di-roket aja yuk!" bisik pemuda berambut coklat muda itu kepada Lisa dan Teiron.

"Di-roket?" tanya Teiron heran.

"Iya!" Alpha mengangguk mantap. "Lu sama Lisa angkat gue, terus tabrakin ke punggung Edgar, beres deh!"

"Cerdas..." gumam Teiron agak risih.

"Iya dong, gue gitu lho!" balas Alpha sambil tersenyum bangga dan menaruh tangannya di depan dada (padahal sebenarnya itu bukan pujian).

"Tapi, kau yakin?" tanya Lisa agak ragu.

"Sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen yakin!"

Alpha mulai nge-troll nih!

"Yang nol koma nol satu persennya kemana?" tanya Lisa lagi.

"Dibawa kawin lari sama suaminya!"

Webek, webek...

"Ya sudah..."


Beberapa menit kemudian...

"Langsung tabrak aja nih, Al?" tanya Teiron.

Mereka sudah siap di posisi masing-masing dan tinggal menunggu sang wasit meniup peluitnya untuk menendang bola. *Please deh, ini bukan sepak bola keles!*

"Iyalah Ron, asal jangan diarahin ke bawah aja!" balas Alpha pelan.

"Kalian lagi ngapain sih? Lama banget!" gerutu Edgar yang mulai bosan.

Ketika sang Hawkeye menengok ke belakang, dia mendapati ketiga temannya sedang dalam posisi siap untuk menerjangnya.

"Ka-kalian mau ngapain?" tanya Edgar yang mendadak ketakutan, tapi sayangnya nggak mendapat jawaban dari ketiga makhluk tersebut.

"Sekarang!" seru Alpha dan mereka pun langsung berlari ke arah Edgar.

Cowok berambut pirang itu pun merinding disko dan langsung berteriak panik. "E-EH, TUNGGU SEBENTAR! TUNGGU DULUUUUUUU!"

DUK! GUBRAK!

Edgar pun langsung mental menabrak tembok dengan wajah mendarat duluan.

Dindingnya sih nggak kenapa-napa, tapi Edgar-nya?

"YES, WOOHOO! BERHASIL, BERHASIL, BERHASIL, HORE!" seru Teiron sambil berjoget gaje dan tanpa sengaja menjatuhkan Alpha.

"ADUH!" Alpha hanya bisa meringis kesakitan, kemudian berdiri dan mendekati Edgar. "Gar?"

"Ngggh, aduh..."

Edgar kembali ber-aduh ria sambil mencoba berdiri dan ternyata berhasil. "Eh? Gue sembuh?"

"Nah, sama gue manjur kan!" seru Alpha bangga.

"Iya sih, tapi nggak usah kayak gini juga keles!" bantah sang Hawkeye yang masih nggak terima karena diterjang secara tidak profesional.


~Perang dengan Laron~

Sekarang para anggota Garuchan Squad sedang makan malam dengan makanan kesukaan masing-masing di ruang makan markas mereka.

Acara makan mereka awalnya berlangsung normal dan tenteram, tapi semuanya berubah saat Negara Laron menyerang!

.

.

.

.

.

.

.

BENERAN! NEGARA LARON MENYERANG! *Girl-chan ditimpuk sepatu.*

"Kyaaa! Ali-chan! Di sampingmu! Di sampingmu ada sesuatu!" pekik Rina ketakutan saat melihat sesuatu di samping temannya.

"Hah? Apaan? Undead nyasar?" tanya Alisa bingung.

Vivi yang penasaran segera melihat ke arah yang ditunjuk Rina dan langsung memucat seketika.

"Kyaaaaaa! Apa itu?! Kecoak? Kumbang? Lalat? Kepik? Jangkrik? Rayap? Apa itu?!" teriak Vivi kaget.

PLETAK!

Alisa dengan tidak keperike'serangga'an (?) langsung memukul makhluk aneh itu dengan sebuah botol plastik dan tanpa ekspresi sama sekali.

"Lihat? Semua baik-baik saja! Makhluk itu sudah mati! Ayo makan!" kata Alisa sambil tersenyum tanpa dosa yang sukses membuat Vivi dan Rina semakin ketakutan.


Beberapa menit kemudian, mereka pun melanjutkan acara makan dengan tenang. Tapi ketenangan mereka terusik kembali karena sebuah kejadian yang menimpa semua orang yang berada di ruang makan.

"APA ITU?!"

"KYAAAA! LEPASKAN MAKHLUK INI DARIKU!"

"SERANGGA APA ITU?! BESAR SEKALI!"

"MENURUT BUKU SERANGGA, ITU ADALAH LARON!"

"BESAR BANGET!"

"REN, TEBAS MAKHLUK NISTA ITU DENGAN PEDANGMU!"

"OKE! GEOM SLASH!"

"BAKARENDY! KAU NYARIS MENEBAS RAMBUTKU!"

"MAAF, VIENCE!"

SLASH!

"WOY, KAU HAMPIR SAJA MEMENGGAL KEPALAKU!"

"MAAF, EMY!"

SLASH!

"UWAAA! JAMBULKU! JAMBULKU! MASIH ADA?! PUJI TUHAN! UNTUNG JAMBULKU NGGAK KENAPA-NAPA!"

"AWAAAS! MAKHLUK ITU MENYERANG!"

"MAKANANKU! MAKANANKU! MAKANANKU SUDAH TERKONTAMINASI MAKHLUK ITU!"

"KYAAAA! MAKHLUK ITU NEMPEL DI BAJUKU! PERGI! PERGI!"

"VIENY, TOLONG AKU!"

"PERANG MELAWAN LAROOOOOOOON!"

"LARON MENYERBU!"

"BEER PUNCH! EH?! AAAAAAAAH! BIR-KU!"

"KETIKA DUA MAGE BERGABUNG, KEKUATAN MEREKA MENINGKAT! RASAKAN KEKUATAN KAMI, KALAHKAN LARON MASTER!"

"KEKUATAN DARI DALAM! HYAAAAT! RASAKAN INI!"

Kegiatan nista itu pun terus terjadi selama makan malam berlangsung. Mereka harus bertempur melawan laron agar bisa makan dengan tenang.

HIDUP KETENANGAN MAKAN! MERDEKA! *ngaco!*


~Mengamen~

Treeeeenngg~

Alpha membunyikan gitarnya.

Criiiiing~

Rendy membunyikan tamborine-nya.

Edgar, Salem, dan Tumma pun membuka mulut.

JIKA KAMI BERSAMAAAAA!

NYALAKAN TANDA BAHAYA~

JIKA KAMI BERPESTA

HENING AKAN TERPECAH...

AKU DIA DAN MEREKA!

MEMANG GILA MEMANG BEDA!

TAK PERLU BERPURA-PURA~

MEMANG BEGINI ADANYA!

Beberapa orang pun memberikan sejumlah uang. Mulai dari recehan sampe kertas. Mulai dari Dollar, Pounsterling, Euro, Yuan, Yen, Won, Kron, dan lain-lain.

Lucy pun menerima uang-uang itu ke dalam sebuah kantong kresek dengan senang hati.

Tiba-tiba Lisa lewat dan langsung sweatdrop melihat mereka berenam mengamen dengan gaje-nya.

"Kalian ngapain?" tanya Lisa.

"Kami nggak punya uang buat beli makanan, jadinya kami ngamen!" jawab Alpha santai sambil kembali memetik gitar dan bernyanyi dengan suara yang sangat cempreng.

Lisa pun hanya bisa berlalu dengan sweatdrop besar di kepalanya.


~V4g!n4~ *Sensor dipaksakan!*

"Jangan katakan itu di depan para cewek, dasar bocah unicorn keparat!"

"Gyaaaaaah! Singkirkan pisau dapur itu, Ikyo! Ketua, Adelia! Tolooong!"

Walaupun sebenarnya Salem hanya ingin tau, tapi seharusnya dia perlu diajarkan sopan santun.


~Need, Like, and Love~

Jam enam pagi, hanya ada dua orang cowok berambut putih dan pirang yang sedang membicarakan sesuatu di ruang tengah markas Garuchan Squad.

"Jadi, kau menyukai dia kan?"

Vience, si cowok pirang yang sedang bersender di tembok, bertanya kepada si rubah dengan tatapan penasaran. Ikyo yang sedang bertopang dagu di jendela hanya bisa menghela nafas karena bingung untuk menjawab pertanyaan Vience.

"Entahlah... Awalnya aku takut padanya... Tapi... Sikapnya yang selalu perduli padaku itu, membuatku sedikit bergantung padanya..."

Keheningan mulai melanda mereka dan hanya suara jarum jam yang terdengar.

Ikyo mulai menatap Vience. Manik emas yang bertemu dengan manik hijau daun itu mencoba mencari maksud tersembunyi.

"Kau, membutuhkan gadis itu ya?"

Pertanyaan itu membuat sang pemilik rambut salju kembali menghela nafas. "Yah, kurasa begitu... Terkadang aku tidak tau harus apa saat tidak ada dia..."

"Kau tau... Butuh, suka, dan cinta itu hampir tidak berjarak... Ketiganya begitu mirip, tapi tetap saja berbeda..." Vience menjelaskan dengan wajah datarnya. "Butuh, belum tentu kau menyukainya! Suka, belum tentu kau mencintainya! Tapi cinta, kau menyukai dan membutuhkannya, dan juga ingin memilikinya! Jadi, apa yang kau rasakan saat ini?"

Ikyo terdiam dan mencoba memahami pertanyaan itu.

Dia memang membutuhkan Adelia dan juga sangat menyukai semua yang dimiliki gadis itu. Suara lembutnya, penampilannya, wajah manisnya, cara bicaranya, kekhawatirannya, tertawanya, senyumannya...

Ikyo memang menyukai semua itu, tapi keinginan untuk memilikinya? Apa dia merasakan hal itu?

"Aku, tidak tau, apa aku ingin memilikinya atau tidak..."

"Kalau kau mencintainya, kau pasti ingin memilikinya! Jangan bersikap munafik dengan mengatakan 'cinta tidak harus memiliki', karena itu hanya akan meninggalkan luka! Lebih baik jujurlah pada dirimu sendiri!"

Ikyo kembali terdiam dan entah kenapa, dia teringat pada sesosok cowok Gangrim dari squad tetangga yang terkadang suka menggoda Adelia dari kejauhan. Dadanya terasa sesak setiap kali melihat hal itu.

Dia tidak ingin Adelia diambil orang lain. Dia ingin, Adelia hanya untuknya. Ya, hanya untuknya seorang.

Rona merah tipis di wajah si rubah disertai bibir yang mulai memperlihatkan senyuman kecil itu sudah cukup menjadi jawaban bagi Vience.

"Kupikir, aku memang mencintainya..."

Vience tersenyum dan sang 'Pawang Naga' menepuk pundak temannya tersebut. "Kalau begitu berjuanglah!"

Tanpa disadari, keduanya tersenyum tulus bersama ditambah dengan jarak wajah mereka yang tidak lebih dari lima senti dan di saat itulah, muncul sosok yang tidak diinginkan kedua cowok itu.


Vivi dan Adelia yang melihat posisi Ikyo dan Vience langsung cengo di tempat karena posisi mereka seperti orang yang akan... Errr, berciuman.

Bisa tebak apa yang terjadi selanjutnya?

"YAOI!"

PLAK!


Tapi di sisi lain, seseorang diam-diam mengambil foto saat wajah mereka berdekatan.

"Hehe, dapat koleksi~ Emy, ayo kita sebar!"

"Oke, Al!"


Beberapa menit setelahnya, Ikyo dan Vience terlihat sedang headbang di tembok pojok dapur. Dahi mereka mengeluarkan darah dan juga terdapat cap merah berbentuk telapak tangan di pipi mereka.

Mau tau kenapa mereka headbang?

Karena rupanya Emy dan Alpha menyebar foto Ikyo dan Vience saat wajah mereka sedang berdekatan.

Sementara Adelia dan Vivi, mereka merasa bersalah dengan cap tangan di pipi kedua cowok itu setelah mengetahui kejadian sebenarnya (walaupun Vience nggak cerita kalau Ikyo curhat soal Adelia).

"Etto... Kyo/Vieny, maaf ya... Apa kau mau daging panggang/telur dadar?" tanya Adelia dan Vivi gugup.

Kedua orang itu tidak mendengarkan dan justru malah bergumam. "Bunuh saja aku sekarang..."

Turut berduka cita atas insiden yang dialami mereka!


To Be Continue, bukan Thor Baking Cake (?)...


Makin absurd heh? Yah, tergantung pendapat kalian... ^^/

Review! :D