Balas Review! :D

RosyMiranto18: Hmm, yah terima kasih... ^^a

Alpha: "Oooh, begitu..." 'w'a

Luthias: "Lumayan, tapi masih lebih enak daging anjing laut..."

Ikyo: "Seumur hidup aku belum pernah mencoba daging anjing laut..." =_=

Luthias: "Itu wajar, Kyo... Kau kan pernah tinggal di hutan, sementara anjing laut tinggal di kutub..."

Ikyo: "Oke oke..." =_=

Well, Thanks for Review! :D

I'mYaoiChan: Yah, sekarang umurku 17 sih, tinggal bikin KTP aja... ^^a

Teiron: "Oh bagus, dan sekarang majikannya malah ngedoain sejelek itu..." =w=

Tenang saja, Teiron itu punya tenaga cadangan walaupun beratnya sangat ringan! :V /

Emy: "Hmm, sepertinya menarik juga bikin dou-" *ditodong staft dari belakang.*

Thundy: *ngeluarin dark aura.* "Kalau kau berani macam-macam, tau sendiri akibatnya..."

Emy: "Ehehehehe..." *nyengir.*

Baiklah, makasih Review-nya! :D

Happy Reading! :D


Bagian Sebelumnya...

"Karena Hato masih bersikeras mendekati Teiron, kita jalankan rencana OPCPT!" seru Girl-chan memulai rapat darurat.

"OPCPT?" tanya semua orang yang saling berpandangan.

BRAK!

Tiba-tiba Girl-chan membanting sebuah buku di atas meja dan mereka semua langsung terbelalak begitu membaca judul pada sampul buku itu.


Operasi Penyembuhan Cynophobia Pada Teiron


Apakah rencana itu akan berjalan lancar?


Chapter 28: Balada Cynophobia Part 2


"Kurasa itu mustahil..." gumam Alpha tanpa terdengar yang lainnya.

"Baiklah, ada yang punya cerita tentang kejadian sebelumnya?" tanya Girl-chan dan tiba-tiba Vience mengangkat tangan. "Iya, Vieny?"

"Setau gue, kemaren Teiron dihukum nggak boleh makan cupcake selama sebulan sama Bibi Rilen gara-gara nyolong buatan Alex dan dia disuruh main sama Hato seharian!" jelas Vience.

"Pantesan aja semalem dia gedor-gedor kamar gue dan curhat sambil nangis..." gumam Girl-chan sweatdrop.


-Flashback-

BUGH BUGH BUGH BUGH BUGH BUGH BUGH BUGH!

"Siapa sih yang gedor-gedor semalem ini?" keluh Girl-chan setengah mengantuk sambil membuka pintu dan dia langsung disambut dengan sebuah pelukan dari si rambut merah. "Ya Tuhan, Teiron!"

"Ketua, aku nggak boleh makan cupcake lagi! HUWEEEEEEEEEEE!" jerit Teiron sambil nangis kejer. "Parahnya lagi, Bibi Rilen nyuruh aku main sama 'makhluk itu'! HUWEEEEEEEEEEE!"

"Hah?" Gadis itu langsung bengong mendengarnya.

"Teiron..." Tangan seorang wanita mencolek punggungnya.

Anak itu melepaskan pelukannya dan menengok ke belakang. "Iya, Bibi?"

"Kembali ke kamarmu!" perintah Bibi Rilen.

"Baik, Bibi!" Teiron yang manyun langsung pergi ke kamarnya diikuti sang bibi.

Girl-chan hanya bisa menghela nafas dan menutup pintu kamarnya.

-Flashback End-


Girl-chan hanya bisa geleng-geleng dan berusaha mengembalikan topik pembicaraan. "Sekarang mana Hato-nya?"

"Main sama Edward!" Edgar menunjuk ke belakang dengan jempolnya.

Girl-chan hanya mengangguk dan berjalan keluar.


Setelah itu...

"Ini apa?" tanya Hato saat si ketua Garuchan Squad memberinya sebuah buku.

"Itu buku... Untuk dibaca, bukan dimakan..." jawab Girl-chan datar.

Hato memasang wajah bingung. "Kenapa?"

"Karena..." Gadis itu menggaruk rambutnya. "Teiron itu tidak mudah akrab dengan orang yang dianggapnya menakutkan..."

Hato memperhatikan buku yang dipegangnya dengan seksama. "Lalu, buku ini untuk apa?"

"Setidaknya kamu bisa mencoba mendekatinya dengan cara-cara di buku itu..." jelas Girl-chan seadanya.


Operasi Penyembuhan Cynophobia Pada Teiron

Dinyatakan telah dimulai!


Cara pertama: Temani dia nonton bareng.

"Tenang saja, Mathias pasti bisa menyeretnya kok!" ujar Alpha selagi dia dan Hato menunggu di ruang tengah.

BRAK!

Tiba-tiba pintu didobrak dan terlihat Mathias yang membawa Teiron di pundaknya layaknya kuli bangunan membawa kayu.

"Yah, walaupun caranya harus seaneh itu..." lanjut Alpha dengan senyum miris.

Mathias langsung mendudukkan Teiron di atas sofa (dan tentu saja kakinya sudah diikat sebelumnya agar dia tidak kabur). Kemudian Alpha menaruh sebungkus 'tortilla chips' di atas pangkuannya. "Cobalah makan ini, setidaknya untuk pengganti cupcake-mu yang dibuang Bibi Rilen kemaren! Hidup itu tidak harus selalu makan yang manis-manis!"

Teiron hanya menghela nafas pasrah dan membuka bungkus snack yang diberikan Alpha barusan, kemudian mengambil segenggam dan memakannya.

Begitu layar TV menayangkan opening 'kartun anjing', tiba-tiba Teiron langsung memuntahkan kepingan snack yang dimakannya.

"Double Therapy..." gumam Alpha watados.


Dan kalian mau tau apa yang terjadi selanjutnya?

"Gimana?" tanya Ikyo.

"Gagal, dia malah jerit-jerit sambil mukulin Hato..." jawab Alpha lesu. "Sekarang Hato lagi diobatin sama Vience..."

"Padahal itu kan cuma kartun, masa dia jerit-jerit kayak liat film horror?" tanya Edgar rada bingung.

"Masalahnya, kartun yang tadi diputer Alpha tuh 'kartun anjing'..." jelas Girl-chan risih.

Webek, webek...

"Pantesan..." Edgar langsung sweatdrop setelah menyadari maksudnya.


Cara kedua: Turuti apa yang dia mau.

"Apa maumu?" tanya Teiron ketus sambil melipat tangan ketika mendapati Hato mengikutinya ke ruang baca.

"Beri aku perintah, woof!"

Teiron berpikir sejenak. "Ambilkan buku kesukaanku, itupun jika kau tau judulnya!"

"Baik, woof!" Hato langsung pergi ke rak buku.


Beberapa menit kemudian, Hato kembali ke hadapannya. Tapi...

"Ya ampun!" Teiron langsung tepuk jidat. "Apa kau tidak pernah diajari cara membawa barang yang benar?"

Rupanya Hato membawa buku dengan mulutnya.

Teiron kembali melipat tangan. "Lagipula, buku yang kau bawa itu salah satu koleksi Ikyo..."

Di sudut lain ruangan, terlihat Ikyo yang pundung setelah mendapati salah satu koleksinya tercemar air liur Hato.


Cara ketiga: Cobalah memahami kesukaannya, kalau bingung silakan bertanya pada makhluk hidup terdekatnya.

"Kamu pasti sudah pernah bertemu Tsuchi, bukan? Dia itu kucing peliharaan Teiron!" jelas Tumma sambil mengelus Mocha yang melingkar di pangkuannya.

Masih ingat dengan musang di Chapter 'Malam Jumat Para Cowok'? Nah, setelah diskusi yang cukup panjang, akhirnya para cowok memutuskan untuk memberikan tugas perawatan musang itu pada Tumma.

Ngomong-ngomong, Tumma juga yang disuruh ngasih nama buat musangnya, jadi dia memberi nama musang itu 'Mocha' dan harap jangan tanya alasan dia ngasih nama itu.

"Begitu ya..." Hato mengangguk paham. "Baiklah, aku akan mencobanya! Tapi..."

Tumma sedikit bingung. "Ada apa? Katakan saja!"

"Kamu ini makhluk apa sebelumnya? Iguana?"

Webek, webek...

Ngomong-ngomong, dari mana Hato tau soal iguana?

Tumma langsung sweatdrop mendengar pertanyaan itu. "Aku ini manusia dari lahir, hanya saja kulitku berubah warna karena suatu alasan yang tak bisa dijelaskan..."

"Oooh..."


Setelah itu...

"Nyaw?" Tsuchi-tan memiringkan kepala begitu mendapati Hato memperhatikannya dari tadi.

Hato mengelus pelan punggung kucing itu. "Kamu tidak takut padaku?"

"Nyaw? Nyaw nyaw?"

"Pemilikmu takut padaku..."

"Nyaw?"

"Aku ini dulunya anjing, yah..." Hato menghela nafas kecil. "Kalau boleh tau, pemilikmu itu suka apa saja?"

"Nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw nyaw nyaw!"

"Terima kasih..."

Tapi Teiron yang melihat mereka mengobrol langsung menendang Hato keluar jendela. "JANGAN COBA-COBA DEKATI TSUCHI!"


Cara keempat: Mintalah dia memanjakanmu, kalau perlu ikuti saja dia kemanapun.

"Tei, sekarang gantian lu yang deketin Hato!" ujar Salem sambil menyerahkan sebuah kotak.

Teiron yang menerima kotak itu hanya memasang tampang skeptis. "Ini kan kotak daging milik Ikyo, buat apa coba?"

"Ketua bilang Reha ngasih tau dia kalau Hato cuma makan daging, lagipula Ikyo tidak keberatan kok! Liat aja tuh!" Salem nunjuk Ikyo yang sibuk melahap sepiring ikan lele goreng di pojokan.

'Pantesan aja ikan masakan Bibi Rilen sering lenyap sebelum makan malam...' batin Teiron sweatdrop.


Di luar markas...

"Oy!"

Hato yang sedang mencari tulang tersembunyi langsung menyembulkan kepala dari dalam lubang buatannya.

"Ini!" Teiron melempar sepotong daging sejauh-jauhnya dan Hato segera mengejar daging itu.


Setelah itu...

"Kira-kira yang ini lancar nggak ya?" tanya Maurice.

"Entahlah, aku masih ragu..." balas Rendy sambil angkat bahu.

"Huwaaaaaaa!"

Kedua orang itu segera menuju ke arah sumber teriakan dan mereka langsung jawdrop begitu mendapati...

Teiron pingsan di depan kloset karena ternyata Hato ngikutin dia ke toilet.

'Ternyata gagal juga...'


Cara kelima: Jika semua cara di atas gagal, kami hanya bisa membantu dengan doa.

"Cara macam apa ini?" tanya Thundy sweatdrop setelah membaca kalimat barusan.

"Ternyata sulit juga membuat Teiron dan Hato akrab..." keluh Luthias sambil mijit kening.

"Cara-cara yang kita pakai malah membuat level hubungannya berubah dari takut ke benci!" timpal Mathias skeptis.

"Sudah cukup!"

Ketiga orang itu menengok dan mendapati Teiron sedang memarahi Hato.

"Aku sudah muak dengan semua ini! Sekarang pilih, kau atau aku yang keluar?!"

Hato hanya menunduk takut, sementara orang-orang sekitar hanya bisa terdiam di tempat.

"Oh bagus, sepertinya kau mau aku yang keluar heh? Ya sudah!" Teiron langsung pergi dan membanting pintu depan dengan kasar.

"Bener kan..." Mathias makin skeptis melihat kejadian itu.

Tanoshimuppe, moriagappe, ore no uta, kiite kuncho~

Mathias segera mengangkat panggilan. "Halo?"

Pria jabrik itu mendengarkan dan sesekali mengangguk, tapi kemudian...

"Apa?! Dia kabur?!" seru Mathias kaget, kemudian mendengarkan kembali perkataan lawan bicaranya. "Ba-baiklah! Akan kukabari kalau ketemu!"

"Kenapa, Aniki?" tanya Luthias setelah kakaknya menutup panggilan.

Mathias celingukan sesaat dan berbisik kepada adiknya. "Hanatamago kabur..."

"Hah?!"

"Parahnya lagi, dia nggak sendirian..." lanjut Mathias sambil mijit kening.

"Terus gimana?" tanya Luthias khawatir.

"Makanya itu aku juga bingung..."

"Kak Mathias, Kak Luthias, liat skateboard-ku nggak?" tanya Edward menyela pembicaraan.


Di sisi lain, Teiron sedang jalan-jalan menaiki skateboard Edward dengan perasaan gondok.

"Geez, dosaku apa coba?! Dari kemaren ketiban sial mulu ketemu makhluk brengsek itu! Asdfghjkl!" Dia terus menggerutu sepanjang perjalanan.

Tanpa diduga, sepasang hewan langsung lewat di depannya.

"Huwaaa!" Teiron langsung membelokkan skateboard-nya untuk menghindari mereka.

Tapi sialnya, dia malah berbelok ke tempat pembangunan terbengkalai. Skateboard yang dinaikinya tersandung batu besar dan Teiron langsung terlempar ke depan.

"AAH! OOH! EEE! AAH! OH! OOH! EEE! OOH! AAH!"

Anak itu terguling-guling di tanah, sampai akhirnya...

"HUWAAAAAAAAAA!"

Dia terjatuh ke dalam sebuah lubang sedalam lima meter dan langsung pingsan karena kepalanya membentur dinding lubang dengan keras.


"Halo, Ethan? Liat Teiron nggak?" tanya Vience dari telepon dan menggigit sedikit bibir bawahnya, setelah itu mencoret nama Ethan dari daftar di tangannya.

Sebagian anak cowok Garuchan Squad dan Reha Squad ditugaskan menyebar ke seluruh kota untuk mencari Teiron.

"Sekarang bagaimana?" tanya Tumma cemas.

"Aku juga tidak tau..." jawab Maurice seadanya.

"Auk auk!"

Mereka bertiga menengok dan mendapati seekor anjing kecil berbulu putih bersama seekor kucing berbulu coklat-putih dengan pita merah-putih di lehernya.

'Dari mana mereka datang?' tanya ketiga orang itu cengo.

Luthias yang lewat langsung terbelalak melihat kedua hewan itu dan segera kabur. "Aniki, Aniki, mereka ketemu!"

Setelahnya, dia kembali bersama Mathias yang langsung terkejut begitu mengenali kedua hewan itu. "Ka-kalian?!"

"Auk auk!" Si anjing langsung berlari ke arah Mathias yang berjongkok untuk menangkapnya, kemudian dia menjilati wajah pria jabrik itu.

"Ya ampun, ngapain kamu ke sini?" tanya Mathias sambil mengusap kepala anjing itu.

"Kopen, sini!" perintah Luthias kepada si kucing yang langsung mendekat dan mengusel kakinya, kemudian dia berjongkok sambil mengelus punggung kucing itu. "Lain kali jangan kabur sembarangan lagi!"

"Meong!" balas kucing itu.

"Lho, ada apa ya?" tanya Vience bingung.

"Ini, anjing peliharaan temen gue kabur sama kucingnya Greeny dan mereka ke sini karena kangen..." jelas Mathias risih.

"Ooh..."

"Gue mau balikin Hanatamago ke pemiliknya dulu!" Mathias langsung pergi membawa anjing itu.

"Aku mau bawa kucingku ke kamar sebentar..." Luthias menggendong kucingnya dan berjalan pergi ke lantai atas.

"Kalian liat Hato nggak?" tanya Red nongol tiba-tiba. "Tadi dia di sekitar sini, apa jangan-jangan..."


Sementara itu...

"Gar, lu udah cek tempat pembangunan terbengkalai?"

"Belum deh, Thun! Ini gue lagi mau ke sana sama Lectro!"

"Ya udah, entar kabarin gue lagi kalau Teiron emang di situ!"

"Iya iya..." Edgar menutup panggilan. "Langsung ke sono aja yuk!"

Lectro mengangguk dan mereka berdua berniat pergi ke sana. Tapi tiba-tiba, mereka malah disalip sesuatu yang berlari dengan cepat.

"Apa itu?" tanya Lectro kaget.

"Ayo susul!" seru Edgar.

Keduanya segera mengejar sosok itu.


Ketika tiba di tempat pembangunan terbengkalai, mereka melihat sebuah skateboard tergeletak di dekat bebatuan. Edgar yang mengenali benda itu langsung mengambilnya. "Ini kan skateboard Edward!"

"Woof, woof! Teiron ketemu, woof!"

"Itu kan suara Hato!" seru Lectro yang mengenali suara tadi.

Keduanya segera berlari ke sumber suara dan mendapati Hato sedang berjongkok di depan lubang. Begitu menghampiri lubang itu...

Mereka mendapati Teiron tergeletak tak sadarkan diri di dalam lubang.

Edgar buru-buru mengeluarkan HP-nya dan mengirim sebuah pesan singkat kepada seseorang.


Di sisi lain...

Eins, zwei, drei, vier, fünf!

Eins, zwei, drei, vier, fünf!

Thundy memeriksa pesan yang diterimanya.


From: Edgar

Thun! Teiron ketemu di pembangunan terbengkalai! Dia jatoh ke dalam lubang! Cepat kasih tau Vience buat bawa kotak P3K dan tangga ke sana!


"Waduh!"

"Kenapa, Thun?" tanya Revan sambil menghampiri si rambut biru.

Thundy menengok dengan wajah horror. "Teiron, jatoh, ke dalam lubang, di pembangunan terbengkalai..."


Back to Homebase...

"Ini buruk..." gumam Vience saat membaca pesan dari Thundy.

"Kenapa, Vience?" tanya Maurice.

"Thundy bilang Teiron jatoh ke dalam lubang di pembangunan terbengkalai..." jelas Vience dengan wajah horror. "Red, lu bantuin gue ambil tangga di gudang buat dibawa ke sana! Maurice sama Tumma siapin kotak P3K!"

"Baik!"


Di pembangunan terbengkalai...

"Aku tidak bisa menunggu bantuan lebih lama lagi, woof!" Hato langsung melompat ke dalam lubang.

"Tunggu, Hato!"

Lectro tidak sempat mencegahnya, tapi untungnya Hato bisa mendarat dengan baik.

Hato mendekati Teiron perlahan dan mendekatkan wajahnya untuk melakukan...

.

.

.

.

.

Jilatan.

Iya, dia menjilati wajah Teiron.

Bayangin aja sendiri seberapa gelinya!

Tapi tanpa diduga, jilatan itu mulai menunjukkan reaksi dari si rambut merah. Dia mulai mengerang pelan dan membuka mata.

"Ugh, hmm, ini, siapa yang jilat?" Dia mulai bangun dan mencoba duduk, kemudian meraba tanah unuk mencari kacamatanya yang terlepas.

Tapi begitu memakai kacamatanya dan melihat siapa yang berada di depannya...

"HUWAAAAAAAA!" Jeritan nyaring langsung keluar dari mulutnya.

"Tenanglah, aku hanya mau menolongmu, woof!"

"Menjauhlah dariku!"

"Ron, kami bawa tangga nih!" seru Vience dari atas lubang sambil menurunkan tangga ke bawah.

Teiron menjauhi Hato dan berusaha untuk berdiri, tapi dia malah tidak bisa bangun dan meringis kesakitan. "Aduh duh!"

"Kau tidak apa-apa?" Hato yang memegangi kaki kirinya malah membuat anak itu semakin kesakitan.

"Jangan pegang itu!" Teiron menepis tangan Hato dengan kasar.

"Kurasa kakinya patah..." ujar Tumma (yang tumben-tumbenan tidak memakai kostumnya, mungkin karena sedang buru-buru saking paniknya pas tau Teiron jatuh ke dalam lubang). "Errr, Hato, sepertinya kau harus menggendongnya sampai atas..."

"Apa?! Aku tidak mau!"

"Nggak ada pilihan lain, Ron! Jadi sebaiknya abaikan phobia-mu dan biarkan dia melakukannya!" seru Edgar.

Teiron terpaksa menurut dan naik ke punggung Hato.

"Baiklah, ayo kita naik!" Hato berdiri dan mulai menaiki tangga, tangan kirinya memegangi anak tangga satu per satu dan tangan kanannya menopang badan Teiron agar tidak jatuh dari punggungnya.


Setelah itu...

"Kaki kirimu memang patah..." kata Maurice setelah mengecek kondisi Teiron. "Tapi setidaknya, kau harus berterimakasih pada Hato yang menemukanmu duluan..."

Manik kehijauan itu melirik yang bersangkutan dan merasa sedikit bersalah karenanya. "Terima kasih..."

Hato membalasnya dengan sebuah jilatan di pipi. "Kapan-kapan kita main lagi, woof!"

"Jangan harap!" Teiron menyingkirkan wajah Hato darinya.


Sebulan kemudian, Teiron sedang sibuk nonton TV sambil makan 'tortilla chips'. Kaki kirinya yang masih dalam tahap pemulihan disangga dengan kursi kecil di bawahnya.

"Teiwoof!" panggil Hato dari belakang sofa.

"Kenapa?" tanya Teiron sambil menengok dengan wajah cuek.

Hato mengeluarkan sebuah kotak dan memberikannya kepada anak itu. "Ini untukmu, woof!"

Teiron mengambil kotak itu dan membukanya, tapi setelah melihat isinya...

"Hato..." Senyum angker mulai menghiasi wajah Teiron dengan aura hitam pekat yang menyelimuti tubuhnya dan tangannya mengeluarkan sebuah tulang besar dari dalam kotak itu.

Nah lho?

"UNTUK APA KAU MEMBERIKU TULANG, HAH?!"

"K-kamu nggak suka?"

"YA JELAS NGGAK! GUE BUKAN KAYAK LU YANG SUKA JILATIN TULANG! MAKAN NIH!"

DUAAAAAAAAK!

Hato langsung dilempar tulang sampai pingsan.

'Mereka nggak berubah...' batin Girl-chan dan Reha sweatdrop.

Jadi intinya, mereka nggak bakalan bisa akrab sampai kapanpun.

Tapi, Teiron tidak menyadari kalau ada yang memberikan tatapan tajam dari kejauhan.

Jangan tanya siapa yang menatapnya seperti itu...


Bonus:

Girl-chan sedang membuka sejumlah kado dari anak buahnya mengingat dia sedang ulang tahun dan banyak benda yang didapatkannya.

Ada yang memberinya rok panjang berwarna kuning (entah dari siapa, tapi dia tidak begitu suka rok dan memutuskan untuk menyimpannya sebagai cadangan), buku dongeng karangan Hans Christian Andersen (dari Mathias tentunya), buku kamus bahasa Inuit (dia curiga kalau Luthias yang memberikan buku itu), kumpulan buku cerita karangan penulis kesukaannya (dari bungkus berwarna biru dan ucapan berbahasa Jerman, sudah dipastikan berasal dari Thundy), buku panduan menyiksa anak buah (dia bersumpah akan menghajar Vience besok setelah membaca surat yang tertera di dalamnya), dan masih banyak lagi.

Gadis itu hanya tersenyum tipis dan memutuskan untuk merapikan semua kadonya besok, kemudian dia memilih untuk berbaring dan tidur.


To Be Continue, bukan Tinker Bell Cherry (?)...


Yah, bagian kedua ini memang sedikit absurd... ^^a

Review! :D