Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Agak ngeri juga kalau dia sampai tau soal 'hadiah' itu... *merinding.*
Alpha: "Aku bisa kirim sekardus kalau mau!"
Ikyo: "Itu rahasia..." =_=
Tumma: "Yah, walaupun aneh, tapi aku maklumi saja..." ^^
Emy: "Ohoho, makasih~"
Thundy: *melipat tangan.* "Emy..."
Emy: "Oh ayolah~" *puppy eyes.*
Thundy: *memutar mata.* "Terserah..."
Yah, makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Sebenarnya, Hato itu dulunya memang anjing jenis husky sebelum dia berubah jadi manusia (yang ngasih tatapan tajam di sana itu majikannya Hato). Kalau nggak percaya silakan tanya temanku yang review fic ini juga... ^^/
Teiron: "Hmm, terima kasih atas makanan dan doa-nya..." =w=
Tumma: "Yah, sebenarnya aku kepikiran nama itu setelah menonton iklan kopi di TV, tapi itu pendapat yang bagus..." ^^a
Mathias: "Aku juga bertanya-tanya seperti apa peliharaan Norge..." =.=a
Luthias: "Yah, sepertinya lebih baik kubiarkan saja Kopen tinggal di sini..." ._.
Thundy: =_= "Kau yakin mau terima hadiah itu? Bukannya kau juga tidak bisa naik motor? Apalagi kau itu anak perempuan dan belum punya SIM, bahaya-nya lebih besar lho!"
Me: "Sekalian mau nyiksa seseorang..." *lirik seseorang di pojokan.*
Vience: *merasakan firasat buruk.* "Ada yang salah?"
Me: "Nggak..." *masang senyum kecil dengan aura hitam pekat yang nyaris tak terlihat.*
Vience: *agak merinding.* "Ba-baiklah..."
Okay, Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 29: Drabble Collections (Phobia)
Hampir semua orang di Garuchan Squad punya ketakutan masing-masing, dari yang normal sampai yang aneh, dari yang umum sampai yang tidak biasa.
Yah, mungkin yang paling sering muncul di sini adalah Cynophobia-nya Teiron, tapi kali ini kita akan membahas phobia dari anggota squad lainnya.
Are you ready? Check it out!
1. Thundy: Thalassophobia (Takut laut)
Setiap kali para anggota squad berlibur ke pantai, Thundy selalu menolak naik perahu.
"Hey, Thun! Mau naik perahu?" tanya Adelia.
"Hmm, aku sedang tidak ingin melakukannya..." tolak Thundy datar.
"Eeeh, kenapa?" tanya gadis itu bingung.
Thundy memalingkan wajah. "Tidak ada, hanya tidak mau saja..."
Sebenarnya dia menolaknya karena punya phobia dengan laut.
Tapi masalahnya, Emy nggak mau berangkat kalau pacarnya nggak ikut.
"Emy, udah biarin aja! Kalau pacar lu emang nggak mau ya nggak usah paksain!" bujuk Vience risih.
"Ogah, maunya sama Thun-kun!" tolak Emy sambil cembungin pipi.
Mathias langsung melirik Thundy dengan tampang sebal. "Oy Thun, ini cewek lu urusin apa?! Capek banget bujukinnya, kepala batu banget tau nggak?!"
"I don't care..." Thundy memasang wajah cuek dan berniat meninggalkan dermaga ketika mendapati Emy langsung memeluk kakinya.
"Thun-kun, ayolah~" Emy masang puppy eyes andalan-nya.
"Pergi lu!" Thundy langsung menendang Emy sampai nyebur ke laut. *kejam banget emang!* Tapi untungnya, Emy bisa berenang sampai ke perahu sih...
Begitu ingin pergi dari dermaga, tiba-tiba dia langsung disergap dari belakang oleh Duo Pirang yang memasang seringai angker.
"Jangan kabur lu ye..."
"Hvis du ikke ønsker at komme, så vil vi begge tvinge dig til at komme, Herre Shocka..."
Alhasil, Thundy langsung digeret paksa ke dalam perahu diiringi sebuah jeritan nyaring.
"NEEEEEEEEEEIIIIIIIIIIN!"
Separuh perjalanan...
"Udahlah, Thun! Nggak ada yang nakutin dari laut juga!" ujar Alpha sambil berusaha menyingkirkan tangan Thundy yang menutupi wajahnya sendiri.
"Nggak mau, nggak mau!"
"Hmm, sepertinya tidak ada cara lain..."
Alpha menjentikkan jari dan Duo Pirang kembali menyergap Thundy, kemudian anak berambut beige itu mengeluarkan tali sambil memasang seringai angker.
Thundy yang melihat tali itu langsung menelan ludah. "Nein, jangan coba-coba!"
"Yohoho, tapi ini harus lho~" ujar Alpha dengan meniru suara Brook.
Alhasil, jeritan nyaring pun kembali terdengar di perahu itu.
Beberapa menit kemudian, Thundy terlihat diikat di tiang kapal sambil jerit-jerit nggak karuan.
"Jangan melihat laut, JANGAN MELIHAT LAUT! Apapun yang terjadi, jangan melihat laut!"
"Emy, sepertinya pacarmu punya phobia dengan laut..." bisik Adelia agak risih.
"Hem!" Emy hanya mengangguk setuju.
Thundy masih terus jerit-jerit sepanjang perjalanan, sampai akhirnya nahkoda perahu itu mulai capek karena terganggu dan terpaksa memberikan penyumbat telinga kepada kelima penumpang lainnya.
Pesan Moral untuk Hari Ini: Thundy dan phobia lautnya jauh lebih parah daripada Teiron yang Cynophobia-nya kambuh.
Selesai perjalanan...
"Gimana perjalanan kalian?" tanya Ikyo ketika menemui rombongan yang baru turun di dermaga bersama Girl-chan dan Luthias.
"Kacau banget, sekarang gue tau kenapa Thundy nggak mau naik perahu..." jelas Alpha risih.
"Emang dia kenapa?" tanya Girl-chan penasaran.
"Phobia laut!"
"Hah?" Mereka bertiga langsung mangap plus sweatdrop.
"Terus, mana orangnya?" tanya Luthias.
Alpha, Mathias, dan Vience langsung menunjuk ke arah Thundy yang masih nangis sambil meluk Emy yang menggendongnya kayak bayi.
Adelia yang turun belakangan hanya menghela nafas. "Yah, setidaknya dia tidak sampai mun-"
"Hueeeeeeeek!"
"Tah..."
Ketujuh makhluk itu hanya bisa sweatdrop berjamaah mendapati pemandangan absurd barusan.
2. Rendy dan Salem: Phasmophobia/Spectrophobia (Takut hantu) *entah mana yang bener di antara kedua itu, tapi bodoh amat deh!*
Saat ini para cowok Garuchan Squad dan Reha Squad sedang berada di sebuah amusement park. Tapi, ada sedikit masalah ketika mereka hendak memasuki rumah hantu.
"Kalian berdua beneran nggak mau ke rumah hantu nih?" tanya Jung ke Salem dan Rendy.
"Ng-ng-nggak, ki-kita la-gi ng-gak pe-pengen ke si-tu..." jawab keduanya rada gugup.
"Halah, jangankan rumah hantu, ketemu Ashley aja udah ngibrit!" ujar Mathias ngumbar aib.
"Hah? Yang benar aja lu berdua takut hantu?" tanya Alex agak skeptis.
"Gue nggak percaya! Sini lu berdua!"
"Ja-jangan!"
Mereka berdua langsung digeret paksa oleh Ethan dan Eudo ke dalam rumah hantu.
Tapi tanpa diduga, tiba-tiba Ashley muncul di depan mereka. "Hay..."
"GYAAAAAAAAAAH!" Salem dan Rendy langsung kabur dari tempat itu.
Semua orang yang melihatnya langsung sweatdrop berjamaah.
3. Ashley: Athazagoraphobia (Takut dilupakan)
Sebagai hantu, Ashley memang jarang terlihat di sekitar markas. Tapi terkadang, dia merasa tidak nyaman dengan itu.
"Hey Tum, menurutmu kapan seseorang akan dilupakan setelah dia mati?" tanya Ashley yang saat ini sedang duduk di jendela kamar Tumma.
"Hmm, entahlah... Mungkin tergantung waktu..." Tumma menyeruput tehnya. "Kenapa kau bertanya soal itu?"
"Terkadang aku sering bertanya-tanya, apa semua orang yang dulu mengenalku saat masih hidup sudah melupakanku, tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku merasa kalau dilupakan itu tidak enak..."
"Yah, dilupakan itu memang tidak enak, baik saat masih hidup maupun ketika sudah meninggal..."
"Lalu?"
"Hmm, bagaimana ya?" Tumma berpikir sejenak sambil meletakkan cangkir teh di atas meja. "Sebenarnya apa sih yang membuatmu jadi hantu?"
"Keingintahuan akan rasa terlupakan..."
"Lalu, apa kau sering dilupakan sebelumnya?"
"Aku tidak tau... Tapi terkadang aku merasa banyak orang yang memperhatikanku hanya untuk sementara..."
"Apa kau takut dilupakan?"
Gadis itu menunduk sedih. "Sangat..."
Tumma hanya menghela nafas panjang.
Dia sendiri juga sering merasa dilupakan setelah penculikkan yang telah mengubah hidupnya.
"Tapi bagaimanapun, setidaknya kita harus bersyukur kalau masih ada orang yang mengingat kita..." Tumma tersenyum tipis. "Ash, ini sudah malam... Aku harus tidur..."
"Oh, kalau begitu selamat malam..." Ashley langsung melayang keluar dari kamar Tumma.
Dan pada malam itu, keduanya masih memikirkan orang-orang yang mungkin sudah melupakan mereka.
4. Emy: Chiroptophobia (Takut kelelawar)
Beberapa cewek sedang menjalani misi malam hari dan petang ini mereka berada di depan sebuah goa.
"Iiih, kenapa harus ke goa coba?" tanya Emy sedikit merinding.
"Mau-nya Kaichou emang gitu..." balas Lucy datar.
"Yo masuk aje lha!" ajak Alisa.
Mereka berniat masuk ke dalam, tapi tiba-tiba kerumunan kelelawar keluar dari goa itu.
"KYAAAAAAAAAH!" Emy langsung kabur dan ngumpet di semak-semak.
"Oy, Emy!"
"Sekarang bagaimana?" tanya Adelia.
"Kita kasih tau Kaichou dulu!" usul Lisa sambil mengeluarkan handphone-nya.
Di Homebase...
"Iya Lisa?" tanya Girl-chan mengangkat panggilan.
"Kaichou, ada sedikit masalah di sini! Bisa suruh Thundy ke sini?"
"Masalah apa?"
"Si Emy, dia takut kelelawar!"
Webek, webek...
Girl-chan langsung sweatdrop mendengarnya. "Oooh... Oke, akan kulakukan..."
"Ada apa, Kaichou?" tanya Thundy saat si ketua squad menutup panggilan.
"Thun, susul pacar lu gidah!" perintah Girl-chan datar.
"Ogah, nggak sudi gue!" tolak Thundy sewot.
Gadis itu hanya geleng-geleng, kemudian menjentikkan jari. "Mathy!"
"Siap, Kaichou!" Mathias langsung muncul sambil ngasih hormat bendera dan segera menyeret Thundy sampai keluar markas, kemudian melempar anak itu sejauh-jauhnya.
"GYAAAAAAAAAAAH!" Si rambut biru pun langsung terbang sampai menjadi bintang di langit.
"Kaichou, apa itu nggak keterlaluan?" tanya Luthias agak skeptis.
Girl-chan hanya melipat tangan. "Kalau dia udah nolak nyusul pacarnya, dia harus dipaksa dulu dengan cara dilempar!"
Back to the cave...
"Kau yakin dia akan datang?" tanya Monika.
"Dia pasti datang kok, walaupun dengan cara yang aneh..." jawab Lisa datar. "Terakhir kali Thundy disuruh (baca: dipaksa) nyusul Emy, dia dilontarin pake meriam sama Kak Alpha..."
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAH!"
Para cewek yang mendengar teriakan itu langsung celingukan, sampai akhirnya...
BRUUUUUUUUUK!
Thundy langsung muncul di depan mereka dengan pantat mendarat duluan dan terseret beberapa meter sampai membuat lintasan di tanah.
"Ugh, aduh..." Thundy berusaha berdiri dengan susah payah sambil mengelus pantatnya.
Emy keluar dari semak-semak dan langsung memeluk pemuda biru itu sambil merengek. "Thun-kun, aku takut kelelawar! Temani aku ya!"
Thundy yang tidak tega hanya menghela nafas pasrah. "Geez, baiklah..."
Para cewek plus Thundy pun memasuki goa.
Harap jangan tanya apa yang terjadi setelahnya!
5. Bibi Rilen: Angrophobia (Takut marah)
"Ron, bibimu pernah marah nggak sih?" tanya Luthias di ruang baca.
Teiron mengangkat alis mendengar pertanyaan barusan. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
Luthias menopang dagu. "Yah, aku hanya penasaran saja! Soalnya aku tidak pernah melihat bibimu marah kepada siapapun!"
Teiron memutar mata ke atas dan menutup buku yang dibacanya. "Hmm, soal itu... Dulu pernah sih... Cuma..."
"Cuma apa?"
"Sebenarnya itu masalah pribadi, dia tidak mau ada yang tau..."
"Oooh..."
Bibi Rilen tidak sengaja menguping pembicaraan mereka dan segera pergi ke dapur.
Ketika berada di dapur, wanita itu teringat sesuatu yang menyakitkan dalam hidupnya sepuluh tahun yang lalu.
Saat itu dia memarahi Carlina yang terlalu berharap suaminya akan kembali mengisi keluarga kecilnya.
"Carly! Aku kan sudah bilang, jangan pernah berharap pria itu akan kembali! Dia sudah pergi, kau harus menerima kenyataan!"
PLAK!
"Kakak tidak mengerti perasaanku!" Sang adik langsung berlari meninggalkannya.
Wanita itu jatuh berlutut dan mulai berurai air mata.
"Maafkan aku Carly, seharusnya aku tidak marah... Sekarang aku sudah tau, rasa sakit dari kemarahanmu..."
"Bibi Rilen?"
Bibi Rilen tersentak sesaat dan menoleh, kemudian menghapus air matanya yang sempat muncul dan menggeleng pelan. "Ah, maaf Vience..."
"Sepertinya Bibi perlu istirahat, aku bisa menggantikan Bibi untuk memasak makan siang..."
"Tidak perlu... Bibi tidak apa-apa..."
"Tapi..."
Wanita itu hanya menghela nafas panjang. "Mungkin kau benar juga, Vience..."
Vience hanya terdiam melihat kepergian Bibi Rilen.
"Aneh, ada apa ya dengannya?"
6. Luthias: Lachanophobia (Takut sayuran)
Luthias menelan ludah ketika mendapati menu makan siang hari ini adalah sayur bayam.
"Kamu kenapa, Luthias? Ada masalah?"
Luthias menggeleng cepat. "N-nej! Ingen ingenting, Tante Rilen..." (Tante di sini artinya Bibi dalam bahasa Denmark.)
"Kalau begitu makanlah!"
Luthias kembali menelan ludah.
"Thias..." panggil Vience yang berbisik di sebelah Mathias. "Itu adek lu kenapa coba?"
"Entar gue jelasin..." balas Mathias pelan.
"Mungkin sebaiknya aku makan di luar saja..."
Semua orang hanya terdiam begitu melihat Luthias berdiri dan pergi dari ruang makan.
"Mathias, ada apa dengan adikmu?" tanya Bibi Rilen.
"Dia rada pemilih, di tempat tinggalnya dulu nggak ada sayuran..." jelas Mathias risih.
Bibi Rilen hanya ber-'oh' ria, sementara yang lainnya hanya saling berpandangan.
7. Maurice: Homichlophobia (Takut kabut)
"Kalian liat Maurice nggak?" tanya Ikyo kepada kedua gadis di ruang tengah.
"Katanya dia pergi sebentar, emang kenapa?" Alisa nanya balik.
Manik emas itu sedikit terbelalak. "Eeeh, dia pergi keluar? Padahal cuacanya sedang berkabut hari ini!"
Monika mengangkat alis. "Apa hubungannya dengan kabut?"
Ikyo menggaruk kuping rubahnya. "Errr, apa dia tidak memberitahu kalian kalau dia takut kabut?"
"Takut kabut?" Alisa dan Monika hanya saling berpandangan.
"Aku akan mencarinya..." Ikyo langsung pergi keluar.
Sementara itu...
Maurice mulai kelabakan ketika seluruh jalan di sekitarnya tertutup kabut. Anak itu mulai kebingungan dan berjalan tak tentu arah sampai tanpa sadar telah memasuki hutan.
Di sisi lain, Ikyo sedang mencari dari atas pohon dan ketika berada cukup jauh di dalam hutan, dia melihat sepucuk rambut abu-abu di dalam kabut.
"Maurice!" Si rubah segera melompat turun dan menghampirinya.
"K-Kyo?"
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ikyo dan Maurice hanya mengangguk, kemudian si rubah berbalik dan memberikan punggungnya untuk menggendong anak itu. "Naiklah, akan kubawa kau keluar dari sini!"
Maurice naik ke punggung Ikyo dan mereka berdua segera pergi dari hutan.
Di Homebase...
"Aku sangat cemas dengan anak itu, apalagi dalam situasi berkabut seperti ini..." gumam Grayson yang berkunjung sambil melihat keluar jendela.
"Tenang saja Grayson, insting rubah Gumiho bisa diandalkan untuk situasi ini!" hibur Bibi Rilen sambil membawa secangkir teh untuk sang tamu.
"Yah, kuharap begitu..."
BRAK!
Pintu ditendang dengan kasar dan si rubah muncul sambil membawa Maurice yang tertidur di punggungnya.
"Haduh, Kyo... Bibi kan sudah bilang, jangan menendang pintu sembarangan..." nasihat Bibi Rilen.
"Maaf, Bibi..." balas Ikyo datar sambil berjalan pergi. "Aku mau bawa anak ini ke kamarnya dulu..."
Grayson hanya bisa geleng-geleng melihat kepergian mereka.
8. Tsuchi-tan dan Kopenhagen: Ligyrophobia (Takut suara keras) *kucing pun dibahas juga?!*
"Nyaw?" Tsuchi-tan kebingungan ketika mendapati penghuni baru di markas.
"Meong, meong meong!" sapa Kopenhagen ramah.
"Nyaw nyaw, nyaw nyaw!" balas Tsuchi-tan.
Aku tidak sedang menyediakan translate sekarang ini, tapi intinya mereka saling berkenalan.
Kedua kucing itu terus mengobrol dengan asiknya, sampai...
TREEEEEEEEEEEEEET!
Suara terompet yang entah datang dari mana sukses membuat kedua kucing itu kaget dan langsung kabur.
"Ahahahahahahaha!"
Alpha sang pelaku terompet barusan langsung ngakak sejadi-jadinya sambil memukuli tembok di sebelah, sampai akhirnya dia diberi jitakan keras oleh Mathias.
9. Alpha: Musophobia (Takut tikus) *pernah dimunculin juga sih!*
"Ah elah lu Al, kucing adek gue lu gangguin!" sembur Mathias sebal.
Alpha ngangkat alis. "Emang napa? Masalah ya?"
"Iye, masalah banget buat gue!" Mathias langsung keluarin boneka tikus dan jejelin benda itu di depan wajah Alpha.
"HYAAAAAAAAAH! SINGKIRKAN ITU DARIKU!"
"HAH, MAKAN NIH BONEKA TIKUS!"
Alpha yang udah nggak tahan langsung menonjok perut Mathias dan yang bersangkutan membalas dengan menarik ahoge-nya. (Ahoge = Bagian rambut yang mencuat. -cmiiw-)
Alhasil, perang pun tak dapat dihindari. Sampai kemudian...
"KALIAN KALAU MAU BERANTEM DI ALAM MIMPI AJA SANA!"
BLETAAAAAAAAAAAAK!
Dua buah batu bata langsung menghantam wajah mereka sampai pingsan.
10. Edward: Iatrophobia (Takut dokter)
"Gar, adikmu harus pemeriksaan rutin sekarang! Ayah sudah menunggu di rumah sakit!"
'Rumah sakit?' Edward yang menguping pembicaraan kakaknya dengan ibu mereka di telepon langsung kabur keluar kamar.
"Oh, hari ini ya Bu? Hmm, nanti akan kubawa dia ke sana, kalau saja tidak kabur..." Edgar menutup panggilan.
Tapi begitu menengok, dia terbelalak begitu mendapati adiknya sudah menghilang dari kamar dan langsung membanting HP-nya di atas kasur dengan kesal.
"Sial! Anak itu sudah kabur duluan!"
Setelah itu...
"Kalian liat adek gue nggak?" tanya Edgar kepada tiga makhluk pirang yang lagi main monopoli di pojok ruang tengah.
"Kenapa, Gar?" Salem nanya balik.
Edgar memijat kening dengan tampang frustasi. "Tadi ibu gue nelpon, katanya Edward harus pemeriksaan rutin ke dokter, tapi dia malah kabur entah kemana!"
"Thias, bantuin nyari yuk!" ajak Vience.
"Iyo aja deh!" balas Mathias.
Keempat makhluk pirang itu segera mencari Edward ke seluruh penjuru markas, tapi dicari kemanapun, hasilnya malah nihil.
"Ngumpet dimana coba tuh anak?!" pekik Edgar stress.
Yang lainnya hanya mengangguk capek di depan gudang, sampai Salem tak sengaja melihat sesuatu yang bergerak di balik tumpukan kardus di dalam gudang. Dia mengendap-endap perlahan dan segera menerjang sosok di sana.
BRAK! GUBRAK! GEDUBRAK!
"Gar, adek lu ketemu nih!" seru Salem yang berhasil menibani Edward agar tidak kabur.
"Hayoh, mau kemana lagi lu? Ayo sini!" Edgar langsung menggeret adiknya.
"Nggak mau, Kak! Aku nggak mau ke dokter!" Edward terus berontak karena tidak mau pergi.
"Lu ya, udah 16 tahun masih takut dokter! Vience, siapin Jeronium! Anterin gue ke rumah sakit!" perintah Edgar.
"Siap, Gar!" Vience langsung ngacir untuk menyiapkan naga-nya.
Di depan rumah sakit...
"Kenapa mereka belum datang juga?" Eugene terus celingukan, sampai akhirnya melihat sesosok naga merah dengan tiga penumpang di atasnya.
Naga itu turun beberapa meter dari Eugene dan kedua penumpang yang diketahui merupakan anaknya mulai turun, tapi...
"Kak, aku nggak mau ke dokter! Lepaskan aku!" Edward masih berontak sambil nangis di pundak kakaknya dengan badan terikat.
"Maaf terlambat, Ayah! Tadi Edward kuiket dulu biar nggak kabur!" jelas Edgar sambil membawa adiknya yang terikat di pundak sambil berjalan menghampiri ayah mereka.
"Oooh..." Eugene hanya sweatdrop mendengarnya. "Oh iya, ngomong-ngomong, temanmu nggak diajak?"
"Nggak usah, dia mau balik lagi soalnya!" Edgar melirik Vience yang melambaikan tangan dan mulai pergi bersama Jeronium, kemudian sang ayah hanya ber-'oh' ria.
Seperti itulah...
Sebenarnya nggak cuma itu sih!
Misalnya: Lisa takut burung hantu, Vience takut labu (apalagi kalau udah menyangkut Jack O'Lantern), Elwa alergi orang 'Homo', Tumma takut keluar rumah (sekalipun keluar masih pakai kostum bebeknya mengingat penampilannya yang buruk rupa), sebagian anak cewek takut serangga (terutama kecoak), dan masih banyak lagi.
Bonus:
"Nah lho?" Vience hanya bisa tercengang begitu melihat sesuatu saat lewat di depan kamar Teiron.
Sebuah papan peringatan bertuliskan 'kamar ini sedang dibongkar, penghuninya ngungsi ke kamar Bibi Rilen' tertempel jelas di pintu kamar itu.
"Emangnya kamar Teiron kenapa ya?" tanya Vience kebingungan tingkat dewa.
"Kamarnya abis dijadiin bahan terror, jadinya dikunci dulu sampai bisa dibalikin ke kondisi semula..." jelas Girl-chan yang nongol bareng Thundy.
Vience langsung mangap. "Hah? Terror dari siapa?"
"Lu bakalan nyesel kalau tau, soalnya ini ada hubungannya sama yang terakhir berkunjung tadi..." jelas Thundy sambil melipat tangan.
Vience hanya ber-'oh' ria dengan tampang skeptis.
"Udah dulu ya, gue lagi janjian sama seseorang! Bye!" Thundy langsung pergi meninggalkan kedua orang lainnya.
Girl-chan yang masih diam tiba-tiba menyeringai licik saat teringat sesuatu dari Vience. Dia menyiapkan sebuah pentungan yang disembunyikan di belakang punggungnya.
"Oh iya Vieny, nengok sini bentar deh!"
"Hah, ada a-"
DUAAAAAAAK!
Hal terakhir yang diingat sebelum pingsan adalah seringai tipis dari gadis yang memukulnya barusan.
Vience terbangun di atas rumput dengan badan yang terikat di pasak kayu dan langsung panik tingkat dewa. "A-ada apa ini?!"
"Halo, Vieny..."
Tidak jauh dari situ, terdapat si ketua squad yang memasang seringai angker sambil menaiki sebuah motor berwarna orange dengan loreng harimau.
"Makasih ya buat buku yang kemaren, jadinya gue praktekin ke lu aja deh, ngehehe..."
Mesin dinyalakan dan motor itu pun melesat kencang ke arah si Dragon Rider yang tergeletak tak berdaya sambil memanjatkan doa pengampunan dosa.
Kejadian selanjutnya silakan bayangkan sendiri!
Di sisi lain, para cowok lainnya sedang menyaksikan adegan penyiksaan itu dengan ekspresi macam-macam. Ada yang bengong (Maurice), ada yang watados (Ikyo), ada yang skeptis (Edgar), ada yang biasa-biasa saja (Luthias dan Tumma), ada yang makan popcorn (Salem dan Rendy), ada yang merekam/memotret (Alpha dan Mathias), dan ada yang matanya ditutup (Edward).
"BaKaichou itu, sejak kapan dia bisa naik motor?" tanya Edgar sambil menutup mata adiknya yang terlalu suci *hoek!* tanpa memperdulikan Edward yang bertanya kenapa matanya ditutup.
"Entahlah, tapi melihat Vience disiksa merupakan pemandangan paling indah yang pernah ada!" balas Alpha watados sambil merekam adegan itu.
"Yap!" timpal Mathias yang sibuk memotret.
"Ngomong-ngomong, itu motor apa ya?" tanya Tumma yang bingung karena baru pertama kali melihat motor stylish tersebut.
"Principe Lectro. The aggressive styling and hyper tuned engine make this a bike that's ready for a fight. Most likely it'll be fighting the back of a truck or a highway barrier, but that'll be down to you. Features KERS, Kinetic Energy Recovery System, which uses the bike's axle power to generate energy for the hyper cell battery. This power can be delivered to the back wheel via a direct drive brushless motor, giving the bike a hi torque speed boost." jelas Luthias dengan ekspresi datar sambil membaca sebuah kertas bertuliskan deskripsi motor tersebut.
"Dapat dari mana?" tanya Maurice penasaran.
"Ada yang ngasih kemarin..." balas Luthias sambil mijit kening.
"Semoga Vience diterima di sisi-Nya..." gumam Ikyo watados.
To Be Continue, bukan Tebak Bingkisan Cermin (?)...
Auh ah gelap, yang penting Chapter ini jadi... :V
Mulai Chapter depan anggota nambah satu dan kalian pasti taulah dari fic spin-off (nggak resmi juga sih sejujurnya)... :V /
Review! :D
