Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Nigou sekarang lagi sama Zhunei, entar juga dibalikin kok... .w./

Thundy: "Ya syukur deh..." -w- "Dan ngomong-ngomong, sepulangnya dari nginep kemaren, gue sama para korban Eudo langsung kumur-kumur pake L1st3r1n!" *sensor dipaksakan biar nggak dikira promosi.*

Mathias: "Asal nebak?" *dark aura.*

Me: "Oh, itu tidak bagus!" *lempar salah satu botol bir Mathias.*

Mathias: "Argh! Bir gue jangan dilempar!" *langsung kabur nyelametin bir-nya.*

Alexia: "Apa kita pernah berpapasan?"

Me: "Et dah lu, udah nongol dimari aja!"

Alexia: "Aku bosan, jadinya pengen numpang nimbrung aja!"

Me: -_- "Terserah..."

Makasih Review-nya! :D

RosyMiranto18: Hmm, kalau boleh kasih tau, dia anjing jantan... .w./

Teiron: "Tanpa kacang lima bungkus..."

Alpha: "Maaf, itu rahasia..."

Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 37: Chaotic Art


Sebagian anggota squad sedang beristirahat setelah selesai latihan dan ingin melakukan sesuatu untuk mengisi waktu luang.

"Errr, kita ngapain nih?" tanya Rina.

"Yah, ngapain aja yang enak!" jawab Maurice.

"Hmm, gue pengen belanja ke sebelah, mau nitip apaan?" tanya Monika yang ingin pergi ke warung dekat markas.

"Cupcake!" seru Teiron, semua orang langsung sweatdrop.

"Milkshake!" Emy ikut-ikutan nitip.

"Ikan bakar saja!" timpal Ikyo.

"Bakso pake sambel!" Alisa nggak mau kalah.

"Lobak goreng (?)!" ujar Luthias.

"Jus mangga!" sahut Vience yang baru balik setelah memberi makan Jeronium.

"Udah nih? Oy Kaichou, lu mau apa?" tanya Monika ketika melihat si ketua squad yang sedang...

Menggambar.

"Hah? Umm, Ultramilk cokelat aja deh!" jawab Girl-chan yang masih memperhatikan buku sketsanya.

"Oh oke, gue pergi dulu ya!" Monika langsung keluar dengan kecepatan suara (?).

"Anjrit, cepet banget perginya!" komentar Rendy sweatdrop.

"Sambil nungguin Monika, kita mau ngapain?" tanya Elwa.

"Gue pengen mandi!" balas Lucy yang udah bawa handuk plus baju ganti dan langsung pergi ke kamar mandi.

"Mau main 'Game of Doubt'?" tanya Alpha sambil mengeluarkan satu pack kartu remi dari saku celananya.

"Oke, ayo!" jawab Salem.

Akhirnya Alpha, Salem, Emy, Rendy, Alisa, Luthias, Vience, Vivi, Rina, Edgar, Ikyo, Tumma, Elwa, Maurice, dan Lisa duduk melingkar mengelilingi meja di lantai ruang tengah.

"Tei, Kaichou, kalian berdua mau ikutan nggak?" tanya Lisa.

"Nggak deh, ogah banget main begituan!" tolak Teiron.

Tadinya Lisa juga mau nanyain Girl-chan, tapi dia udah punya kesibukan sendiri. Akhirnya dimulailah permainan 'Game of Doubt' beranggotakan lima belas orang tersebut.

"Nah, Ace of Club!" kata Alpha sambil menaruh satu kartu tertutup di tengah lingkaran.


Setengah jam kemudian...

"Eight of Diamond!" kata Vivi sambil menaruh satu kartu di tengah.

Edgar langsung berdiri dan berteriak. "Doubt!"

"Jiah!" Vivi dengan pasrah membuka kartunya yang ternyata bukan delapan wajik, melainkan sembilan sekop.


Di tempat lain...

"Terima kasih!" kata Monika sambil mengangkat pesanan teman-temannya.

"Sama-sama!" balas sang penjaga warung.

Monika langsung pergi setelah berpamitan.


Back to the squad...

Permainan 'Game of Doubt' pun masih berlanjut.


Mari kita lihat dua orang yang nggak ngapa-ngapain!

"Kaichou!" panggil Teiron.

"Hmm, ya?" Girl-chan nanya balik sambil menutup buku sketsa bersampul coklat.

"Gambar-gambar lu masih disimpen?" tanya Teiron.

"Masih kok, kalau mau liat ambil aja satu!" Girl-chan mengeluarkan tiga buku sketsa bersampul kuning, putih, dan jingga.

"Oke, thanks!" Teiron mengambil buku bersampul putih dan membawanya ke pojok ruangan.


"Haaah, segernya abis mandi!" kata Lucy yang baru selesai mandi.

Lucy yang sekarang memakai baju santai melirik dua buku milik si ketua squad.

"Kaichou, boleh liat satu nggak?" tanya Lucy.

Sayangnya dia malah dikacangin begitu saja sama Girl-chan yang sibuk gambar dan akhirnya Lucy dengan iseng menepuk kepalanya.

PUK!

"Apaan sih?!" tanya Girl-chan kesal.

"Gue pinjem buku lu satu!" balas Lucy to the point.

"Kenapa nggak bilang dari tadi? Ya udah, ambil aja satu! Oh iya, entar balikin kalau udah selesai!"

Lucy mengambil buku bersampul kuning dan duduk di dekat Alpha cs yang lagi main 'Game of Doubt'.

Dia mulai melihat satu per satu gambar dan membolak-balik halaman buku tersebut.

Tidak lama kemudian, dia menemukan sesuatu yang akan menggemparkan seisi markas.

"Woy, Emy!" panggil Lucy sambil mencolek pundak Emy.

"Apaan sih?! Lu nggak liat gue lagi main? Hora, Jack of Clover!" balas Emy sewot sambil menaruh satu kartu tertutup di tengah.

"Yeee, bentaran doang! Psst! Liat ini deh!" bisik Lucy sambil memberikan buku sketsa tadi.

Emy melihat gambar yang ditunjuk Lucy dan bibirnya mengeluarkan smirk jahil, entah mau diapakan buku malang tersebut.

Setelah Emy selesai melihat gambar tersebut, dia memberikan buku itu kepada si rubah.

"Psst, hey Kyo, liat gambar ini deh! Kalau udah, oper ke sebelah!" bisik Emy.

Ikyo melihat buku sketsa itu setelah dia menaruh satu kartu tertutup di tengah dan setelah melihat gambar yang dimaksud, dia malah blushing sendiri. Ikyo menyuruh Edgar yang duduk di sebelahnya untuk melihat gambar tersebut.

Edgar dan Tumma yang ikutan melihat hanya bisa speechless, kemudian Edgar menyerahkan buku itu kepada Luthias.

"Ah, kalau ini mah aku udah pernah liat!" kata Luthias santai sambil ngasih buku itu ke Vience.

Vience yang melihat gambar itu langsung nosebleed. "Ke-keren!"

Krieeeet!

"Aku pulang!" kata Monika yang baru selesai belanja.

"Yo Nik, mana pesenannya?" tanya Vience yang udah normal lagi.

"Nih!" jawab Monika sambil menaruh plastik belanjaannya di atas meja.

Mereka yang nitip pun langsung mengambil pesenan masing-masing

"Oy, lu kenapa sampe nosebleed begitu?" tanya Monika yang melihat bekas darah di hidung Vience.

"Heh?" Vience yang menyadarinya segera menghapus bekas darah di hidungnya.

"Nih, gara-gara ini!" Vience memberikan buku sketsa itu kepada Monika.

Monika yang melihatnya hanya bisa blushing.

"Errr, bagus sih gambarnya, hanya saja..." Monika menggantungkan kalimat karena tidak bisa menjelaskan sesuatu dari gambar itu.


Di tempat lain...

"Kaichou! Buku lu yang kuning kemana?" tanya Teiron sambil memakan cupcake-nya.

"Umm, nggak tau deh! Tadi si Lucy minjem, terus gue keluarin aja semuanya! Sebentar..."

'Wah, mampus nih Lucy!' batin Teiron sweatdrop.

"Errr, Kaichou, gambar lu yang 'itu' masih ada di buku kuning?" tanya Teiron memastikan sesuatu.

Girl-chan hanya diam saja dengan aura mengerikan di tubuhnya.

'Yah, beneran mampus nih Lucy!' batin Teiron makin sweatdrop.


"BAKALUCY, BALIKIN BUKU GUE!" teriak Girl-chan emosi.

Seisi ruangan langsung merinding karena aura mengerikan ketua mereka.

"A-apa?" tanya Lucy gemetaran dengan tampang watados (?).

"GROAAAARGH!"


Setelah sebuah pembantaian kemudian...

"Ugh, aduh..." Lucy hanya meringis kesakitan sambil memegangi tubuhnya.

"Cie cie, Kaichou! Bilang aja suka, jangan sok tsundere deh!" ledek Alpha.

CESSS!

"Tembak, tembak!" Salem mulai elu-eluin si ketua squad.

CESSS!

"Eaaa, jangan ditunda terus, nanti malah diambil orang!" Rendy mulai ikut-ikutan.

CESSS!

"Udah napa, tembak aja!" seru Vivi ngeledek.

CESSS!

"Dari fanart ke orangnya beneran!" ledek Emy sambil menyeruput milkshake-nya.

CESSS!

"Kalau perlu 'makan' aja orangnya!" usul Ikyo yang mulai mesum.

Webek, webek...

"Di-'makan' gimana?" tanya Girl-chan heran.

"Ketauan nih anak nggak kayak si Rubah Kampret!" celetuk Edgar santai.

'Yah, mungkin setelah ini mereka bakalan dihajar habis-habisan...' batin Teiron dan Luthias sweatdrop kuadrat.


Mau tau gambarnya kayak gimana? Kepo ya? *ditabok.*

Oke, gambar itu sebetulnya adalah fanart dua Nation dimana Seychelles sedang ehemkissuehem dengan Netherlands. Tapi karena mata mereka tertutup, semua orang jadi salah paham kalau itu adalah gambar Mathias dan Girl-chan.


"Yah, tepat sesuai perkiraan..." koor Teiron dan Luthias pelan.

Kenapa mereka berdua tau? Karena dulu mereka pernah melihat gambar itu, salah paham, dan dihajar ketua mereka. XD

"Udah, balikin bukunya!" Girl-chan yang emosi langsung mengambil buku sketsa kuningnya dan langsung pergi ke kamarnya untuk memesan tiket pergi ke pulau kapuk (baca: tidur).


Setelah sepuluh menit dalam keheningan, si ketua squad sudah sampai di pulau kapuk.

"MathyKaichou..." gumam Lucy pelan tapi bisa terdengar semua orang yang berada di sana.

Alhasil, dia langsung dihadiahi bogem mentah oleh yang lainnya.

"Lu nggak kapok ya dihajar mulu?! Gue baru sekali dihajar udah trauma!" bentak Monika ke Lucy.

"Ya udahlah, mending kita tidur aja deh!" usul Tumma menyudahi kenistaan mereka yang kelewat batas.

Akhirnya mereka pun pergi tidur.

"MathyKai- Apkh!" Bisikan Lucy terpotong oleh lemparan buku dari Luthias yang masuk ke mulutnya.

"Et dah, udah napa!" sembur Luthias sambil masuk ke kamarnya.

Sementara itu, ada yang langsung tidur dan ada juga yang menghabiskan pesanannya sebelum tidur.


Bonus:

Ting tong!

Suara bel berbunyi ketika Teiron sedang menonton TV.

"Iya, sebentar!"


Di depan pintu...

"Siang! Eeeeeh?" Teiron langsung cengo melihat seorang pria berambut hitam jabrik dengan eyepatch di mata kiri yang berada di depannya.

'Waduh! Siapa nih bule? Kok dia pake nyasar ke sini? Udah gitu matanya kenapa lagi? Kasihan amat!' batin Teiron heran.

"Hello! My name is Victor and my brother has calling me! Nice to meet you!" kata bule itu.

"Ah, yes yes..." jawab Teiron bingung. "Haduh, dia ngomong apaan sih? Aku nggak ngerti nih, siapapun tolongin aku dong!"

"Hahaha, pasti nggak ngerti ya?" tanya Victor.

"Eeh? Kamu bisa ngomong Bahasa Indonesia?" tanya Teiron kaget.

"Iya, walau masih belum lancar! Dan kakakku udah ngasih tau kalau kamu nggak bisa English, jadinya aku pengen ngerjain kamu sebentar!" jawab Victor.

"AAAAAARGH, SIAL KAU!" teriak Teiron kesal dan Victor hanya tertawa kecil.

"Oh iya, mau nanya nih!" kata Teiron.

"Yes?"

"Itu mata kamu kenapa? Kamu habis dianiaya?" tanya Teiron.

Victor hanya bisa sweatdrop mendengarnya. "Hmm, nanti aku jelaskan..."


Sore harinya, suasana markas Garuchan Squad terkesan damai. Tapi semuanya rusak ketika...

"Ah, AAAH!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dengan kadar keambiguan yang sangat tinggi dan beberapa orang menyiapkan senjata masing-masing.

"Idih... Suara siapa tuh?" tanya Victor yang merasa risih dengan suara berkadar ambigu kelewat tinggi barusan.

"Itu loh, kakakmu pernah cerita tentang pasangan yaoi itu kan?" tanya Girl-chan.

Victor hanya mengangguk. "Vience dan si rubah itu kan?"

Kali ini gantian Girl-chan yang mengangguk.

"Mungkin aja mereka lagi 'itu'..." Girl-chan segera pergi keluar markas sebelum mereka keburu diamuk massa.


BRAK!

"Woy, lu pada ngapa- In?" tanya Girl-chan yang langsung sweatdrop karena melihat...

Vience yang nungging dan Ikyo duduk di belakangnya. Mereka masih berpakaian yang berarti mereka nggak saling grape satu sama lain.

"Ini, tadi pantatnya Vience kena landak lewat, jadinya kayak gini..." jelas Ikyo datar.

Girl-chan hanya bisa facepalm mendengar penjelasan tersebut.

"Mending lu berdua masuk aja, daripada menambah kadar keambiguan!" perintah Girl-chan menyuruh mereka masuk.


Mereka berdua langsung masuk dan yang lainnya sweatdrop seketika.

"Cih, bener-bener mereka itu..." Monika hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah mereka.

"Tau tuh!" timpal Alisa sambil menyimpan kembali senjatanya.


Malamnya, seluruh penghuni markas (plus Victor) tengah sibuk sendiri. Ada yang duduk termenung (Thundy), ada yang masih nungging (Vience), dan ada juga yang masih normal kayak Edward, Rina, dan Tsuchi yang masih polos. Tapi semuanya berubah ketika si Rubah Kampret menyerang. *dicakar.*


Di dekat pintu ruang tengah itu, ada seorang pemuda berambut pirang dengan pakaian koboi, seorang pemuda berambut coklat ikal, dan seorang pemuda berambut coklat spiky. Mereka semua langsung sweatdrop begitu melihat kondisi markas tersebut.

"Ah, makasih udah mau dateng!" kata si ketua squad menyambut mereka.

"Etto, apa yang terjadi dengan mereka? Apa mereka diperkaos?" tanya si pemuda coklat spiky, Saphire Andreas.

Si pemuda pirang dan si pemuda coklat ikal langsung facepalm mendengar jawaban 'cemerlang' dari Saphire.

"Tidak, mereka hanya mengalami masa jenuh saja kok..." jawab Girl-chan watados.

"Yang benar saja..." gumam Daren, si pemuda coklat ikal, sambil memasang wajah 'you don't say' melihat kondisi para penghuni markas yang udah kayak penghuni Citadel Cemetery. *dihajar massa.*

"Terus, dia kenapa?" tanya si pemuda pirang, Alexia, sambil menunjuk seseorang yang posisinya sangat tidak enak dilihat dengan beberapa duri landak menancap di bagian belakangnya.

"Ah, dia? Tadi dia menduduki landak lewat..." jawab Girl-chan watados (lagi).

Alexia dan Saphire hanya bisa sweatdrop melihat kondisi Vience dan mendengar penjelasan si ketua squad yang tidak membantu sama sekali, sementara Daren mendatangi kakak sulungnya yang bernasib naas tersebut sambil membawa tang karatan yang entah dapat dari mana.

Tanpa pemberitahuan, Vience langsung di-'operasi' saat itu juga dengan cara yang (bisa dibilang) sangat menyakitkan.

TUING!

"ADAW!"

Proses 'cabut teriak' pun berlangsung lebih dari tiga jam.


Setelah proses 'operasi' itu selesai, Daren menghampiri ketiga orang lainnya. Alexia, Saphire, dan Girl-chan hanya bisa membatu melihat Vience yang sekarang pingsan dengan gaya yang sangat tidak elit.

"Vieny... Huwaaaaa!" Vivi langsung menangis meraung-raung karena ditinggal mati sang pacar tercinta. *digigit Jeronium.* (Vience: "GUE BELUM MATI!")

"Errr, Dary... Apa harus separah itu caranya?" tanya Saphire cengo.

"Nggak juga sih... Ehehe..." jawab Daren sambil nyengir kuda laut dan Alexia sukses dibuat sweatdrop kuadrat karenanya.

"Oh iya, karena sekarang udah malam... Jadi tolong kembali ke kamar masing-masing ya!" perintah Girl-chan.

"YAAAAH!"

"Di sini kan seru!" protes Emy.

"Bisa, hik, buka aib si, hik, Edgy, hik..." ujar Mathias yang ketauan udah mabuk dari tadi sambil menunjuk Edgar yang sesegera mungkin ingin membalas si jabrik pemabuk itu.

"Sudah sudah, masuk dulu sana! Besok kan kalian masih bisa ketemu lagi!" ujar si ketua squad.

Akhirnya mereka semua dengan berat hati berjalan menuju kamar masing-masing.


To Be Continue, bukan Trap Blueray Combine (?)...


Aneh? Yah begitulah... -w-/

Review! :D