Balas Review! :D
RosyMiranto18: Bawa ke sini aja, entar ada yang jemput kok... .w./
Teiron: "Aku tidak begitu suka cokelat sih, tapi entah kenapa pengen makan aja..."
Kalau boleh jujur, ini memang beda universe dengan NNG... -w-a Okay, Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 38: Balada Kucing Baru
"Nay-chan, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Mathias sambil nyempil di belakang Naya yang sedang duduk di sofa.
Naya hanya mengangguk. "Tentu saja, silakan."
"Bisa nggak perban matamu dibuka?"
"Eh? Untuk apa?"
"Yah, penasaran saja..."
"Hmm, baiklah..."
Naya membuka perban matanya. Entah kenapa, Rendy yang kebetulan lewat langsung pingsan di tempat begitu melihat...
'Itu, matanya bolong kan?' batin Mathias yang mulai risih. "O-oke, itu sudah cukup, silakan dipakai lagi..."
Naya memakai kembali perban matanya, sementara Mathias bergegas pergi sambil menyeret Rendy yang masih tergeletak dengan tidak elitnya.
"Tadi ada apa ya? Kok Rendy diseret Mathias?" tanya Maurice yang baru nongol.
"Ehm, entah..." Naya hanya angkat bahu.
"Nyaaaw~"
"Oh, Tsu- Ya ampun! Kotor sekali kamu!" Maurice langsung terbelalak melihat Tsuchi yang pulang-pulang sudah kotor berbalut lumpur. "Nanti kamu bisa diomelin Teiron kalau ketauan kotor begitu!"
"Tsuchi, kamu bawa siapa di kaki kamu?" tanya Naya.
"Nyaw?" Tsuchi menengok ke bawah dan mendapati seekor kucing kecil berbulu hitam-putih yang nggak kalah kotornya berdiri di dekat kakinya.
"Miaw!" Kucing itu mengusel kepalanya di kaki Tsuchi.
"Nyaaa..." Tsuchi berjongkok dan mengangkat kucing itu. "Nyaw, nyaw?"
"Miaw!"
"Hey, apa tidak apa-apa kita rawat dia?" tanya Naya.
Maurice memutar mata. "Entahlah... Aku tidak yakin apa Kaichou mengizinkannya, soalnya udah kebanyakan hewan peliharaan di sini..."
"Ada apa ya? Kok aku dibicarakan?" tanya Girl-chan yang nongol tiba-tiba dan mengalihkan pandangan ke Tsuchi. "Waduh, Tsuchi, kamu abis main ke tempat sampah sampai bawa kucing kecil itu?"
"Nyaw!" Tsuchi menggeleng. "Nyaw nyaw!"
"Mengikuti ya..." Gadis itu hanya mangut-mangut. "Lalu, dia kucing jantan atau betina?"
Tsuchi mengendus kucing kecil itu, kemudian memperlihatkan apa yang berada di bawah ekornya.
"Betina?" Girl-chan mendekati Tsuchi dan mengambil kucing itu, kemudian mengembalikannya setelah mengecek sendiri kelaminnya. "Ah ya, benar juga!"
"Meong!" Tiba-tiba Kopen muncul di belakang punggung Tsuchi dengan keadaan yang lebih kotor.
Maurice yang melihat itu hanya bisa mijit kening. "Astaga, nambah satu lagi kucing kotor!"
"Yah, sebaiknya kita mandikan mereka!" usul Girl-chan.
Tapi kemudian, ketiga kucing itu langsung lenyap!
Maurice hanya bisa sweatdrop dengan apa yang terjadi barusan. "Kenapa ya sebagian besar kucing di dunia ini tidak ada yang suka mandi?"
~Mandi~
Ikyo terheran-heran melihat sebuah kotak kardus berada di dekat pintu dapur.
"Kardus apaan ini?" Dia mengangkat kardus itu dan langsung kaget. "Astaga! Tsuchi!"
Si rubah segera menangkap kucing itu sebelum dia keburu kabur dan Tsuchi berusaha melepaskan diri. "Nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw!"
"Oy, siapapun tolongin gue! Ada kucing kotor nih!"
Beberapa orang segera menghampiri.
"Oy, tangkap mereka juga!" seru Salem saat melihat Kopen dan si kucing kecil berlari di koridor.
Sebagian dari mereka segera mengejar kedua kucing itu.
Setelah pengejaran kucing kotor kemudian...
"Kau ini masih saja tidak mau mandi!" keluh Teiron sambil menyikat kepala kucingnya.
Di sisi lain, Mathias sibuk memandikan Kopen dan Luthias membersihkan si kucing kecil.
~Nama~
"Harus kita beri nama siapa dia?" tanya Girl-chan sambil mengelus si kucing kecil yang tidur di pangkuannya dengan berbalut saputangan bekas. "Soalnya dia betina lho!"
Sebagian orang langsung berpikir keras.
"Hmm, Kuroko?"
"Itu nama pemain basket, Kak Naya..." balas Salem sweatdrop, entah tau dari mana dia soal itu.
"Ada yang lain?" tanya Girl-chan meminta saran sebelum dia ikutan sweatdrop mendengar usul Naya yang terkesan absurd.
"Meltdown?"
"Itu nama lagu, BakAlisa..." Kali ini giliran Monika yang sweatdrop.
"Kuroneko?"
"Itu udah mainstream, Rina! Lagian juga dia punya belang putih!" sahut Vivi.
"Salmijirou?"
"Entah kenapa perkataanmu tadi mengingatkan kami pada seseorang di Finlandia..." Mathias dan Luthias melirik Edward dengan sweatdrop besar di kepala mereka.
Dan beberapa usulan nama yang cukup absurd pun dilontarkan beberapa anggota lainnya.
"Ada nggak sih nama yang normal untuk kucing ini?" Girl-chan sudah sweatdrop akut mendengar usul para anggotanya yang aneh-aneh.
Vience melirik Tumma yang sedang makan kacang. "Tum-Tum saja bagaimana?"
"Uhuk, uhuk!" Tumma langsung tersedak.
Gadis itu menggeleng. "Kurasa itu bukan ide yang bagus..."
Manik hitam si ketua squad melirik Lisa yang membawa pot bunga dan terlintas sesuatu di pikirannya, kemudian dia mulai mengeluarkan senyum tipis.
"Biar aku saja yang mencarikan nama untuknya, lanjutkan saja kegiatan pribadi kalian..."
Setelah mereka semua pergi dari ruang tengah, si ketua squad mengeluarkan handphone-nya dan membuka...
Google Translate?
"Ehehe..." Seringai licik langsung bertengger di wajah gadis itu.
Setelah itu...
"Flore Blanca Noir, seriously?"
"Kenapa tidak?"
"Dasar aneh..."
Oke fix, lain kali jangan biarkan dia memberi nama secara sepihak!
~Bermain~
Setiap kali ada hewan baru di markas, pasti hanya Edgar yang terlihat tidak senang.
"Mau apa kau?" Manik rubi itu menatap sinis Flore yang berada di depan kakinya.
"Miaw!" Kucing itu melompat ke arah kaki Edgar dan memanjatnya.
Dia bisa saja menendangnya, tapi tidak berani karena bisa dilihat beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Edgar hanya membiarkan Flore naik dan mengayunkan kakinya pelan-pelan.
'Tidak ada salahnya bermain sebentar...'
Dia mendiamkan kakinya dan Flore kembali memanjat sampai ke pangkuannya.
"Miaw!"
Edgar mengangkat kucing kecil itu dengan senyum tipis, entah apa yang dipikirkannya.
Yah, semoga saja setelah ini dia mengubah pandangannya!
~Cat and Dog~
"Woof, sudah sampai!" Hato tiba di halaman depan markas lewat lubang buatannya. "Sekarang tinggal cari Nigou, woof!"
Meanwhile...
Di depan pintu gerbang, Girl-chan sedang mengobrol dengan Zhunei.
"Terima kasih ya sudah meminjamkan Nigou! Tadi aku kenalkan dia dengan Koromaru lho!" kata Zhunei sambil menaruh Nigou di tanah.
Girl-chan hanya tersenyum tipis. "Yah tidak masalah, mungkin pemiliknya bisa sedikit lebih lega jika dia dikembalikan secepatnya..."
"Woof woof, Nigou, dimana kau?"
"Ah, sepertinya sudah ada yang menjemputnya!" Girl-chan mengambil Nigou dan segera menuju asal suara sambil melambaikan tangan. "Hay, Hato!"
"Woof!" Hato segera berlari ke arah si ketua squad.
Gadis itu menaruh Nigou. "Nah, kukembalikan dia!"
"Arf arf!" Nigou segera menghampiri kakaknya dan mengusel kepala di kaki Hato, kemudian Hato berjongkok untuk mengusap kepala Nigou.
"Aku pergi ya! Daaah!" Zhunei langsung pergi sambil melambaikan tangan.
Girl-chan ikut melambaikan tangan memandangi kepergian Zhunei, kemudian kembali melirik Hato. "Hato mau langsung pulang atau main dulu?"
"Mungkin main dulu sebentar, benar kan Nigou?"
"Arf!"
"Nggak dicari nih?" tanya Girl-chan sambil mengangkat alis.
Kedua anjing itu hanya menggeleng.
"Nyaw, nyaw nyaw?" tanya Tsuchi yang baru nimbrung.
"Tsuchi~" Hato langsung berdiri dan berlari untuk memeluk Tsuchi.
"Nyaaaaaaaaa!" Tsuchi menjerit karena sesak.
Girl-chan hanya geleng-geleng. "Hato..."
"Ah, maaf..." Hato segera melepaskan Tsuchi.
"Miaaaaaaw!"
"Arf arf!"
Mereka bertiga menengok begitu mendapati...
Flore berada di atas pohon dan diperhatikan Nigou dari bawah.
"Maaf Hato, aku lupa cerita kalau ada kucing baru di sini, dan dia sama parahnya dengan Teiron..." jelas Girl-chan sweatdrop.
Setelah penurunan kucing kecil kemudian...
"Jadi namanya Flore ya?" Hato memperhatikan Flore yang bertengger di bahu Tsuchi dengan badan gemetar karena ketakutan.
"Nyaw!" Tsuchi mengangguk.
Sepertinya butuh waktu lama bagi Flore untuk terbiasa berada di dekat anjing.
~Ekor~
Tsuchi cukup iri dengan ekor Flore dan Kopen yang lebih panjang darinya, kadang juga ekor Ikyo (jika aksen rubahnya sedang keluar).
"Nyaw, nyaw nyaw nyaw!" keluh Tsuchi sambil memainkan ekor Ikyo yang sedang tengkurep di lantai.
Ikyo bangun dan duduk di lantai, kemudian menatap si kucing dengan wajah datar. "Memangnya kenapa?"
"Nyaw, nyaw nyaw? Nyaw?" Tsuchi menunjukkan ekornya yang pendek melengkung.
'Kemaren ngeluh soal cakar, sekarang soal ekor, nih kucing maunya apa coba?' batin Ikyo sedikit risih dengan curhatan Tsuchi, kemudian berdiri dari duduknya. "Kamu curhat sama yang lain saja, aku mau bikin teh!"
Tsuchi langsung manyun begitu memandangi Ikyo yang pergi ke dapur.
Kemudian datanglah Flore di sebelah Tsuchi. "Miaw?"
Tsuchi yang menyadari kehadirannya menatap intens Flore, kemudian menarik ekornya sampai terangkat.
"Miaaaaaaw!"
"Nyaw nyaw!"
Tanpa diduga, cakar Hwanma muncul di tangan kiri Tsuchi dan berniat mengarahkannya ke Flore. Tapi...
GREP!
Sebuah tangan mencegahnya.
Tsuchi menengok dan mendapati seseorang di belakangnya. "Nyaw?"
"Tolong lepaskan dia, Tsuchi..." pinta Maurice dengan wajah datar dan terasa aura hitam di tubuhnya.
Tsuchi menurunkan Flore dengan hati-hati dan cakar di tangan kirinya mulai menghilang.
Setelah itu...
"Jangan begitu, Tsuchi! Lagipula nanti ekormu juga akan memanjang dengan sendirinya!" nasihat Maurice sambil menepuk kepala Tsuchi.
Tsuchi hanya menunduk takut, sementara Flore sedang ditenangkan Salem.
"Nyaw..."
Si pirang spiky melirik Flore yang berada di dekapannya. "Flore, kamu mau maafin dia kan?"
Kucing kecil itu hanya mengangguk, kemudian Salem melepaskannya dan Flore mendekati Tsuchi.
~Kakek~
"Miaw!" Flore mengusel manja kepalanya di perut Tsuchi yang hanya mengusap pelan punggung kucing kecil itu.
"Flore, manggil ayah, ke Tsuchi?"
"Kalau Flore manggil Tsuchi 'ayah', berarti..."
Maurice dan Salem melirik Teiron yang sedang makan cokelat di pojokan.
"Apa?" tanya anak itu agak bingung.
"Ron, kayaknya lu cocok jadi 'kakek' deh..."
Webek, webek...
Teiron malah sweatdrop. "Cocok dari Greenland? Gue kan nggak tua-tua amir kayak si Kyo!"
BRUUUUUSH!
"Hachiu!"
Suara minuman disembur dan bersin pun sukses menjadi backsound tepat beberapa saat setelah kalimat barusan.
"Siapa yang lu sebut tua-tua amir barusan?!" protes Ikyo sambil menghampiri mereka dan mengelap mulutnya yang basah karena menyemburkan teh barusan.
"Ya sorry, Kyo! Abisnya tadi Salem ngomong gue cocok jadi 'kakek'! Kakek dari siapa coba? Cucu masa depan gue sama Li-" Teiron langsung tutup mulut karena nyaris keceplosan, kemudian memalingkan wajahnya yang memerah. "Lupakan saja!"
"Miaw?" tanya Flore kebingungan setelah tak sengaja menguping pembicaraan mereka.
"Nyaw nyaw nyaw, nyaw nyaw..." jelas Tsuchi sweatdrop.
Tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya Teiron cocok juga sih jadi kakeknya Flore! :V *langsung kabur sebelum dilempar batu bata.*
~Alexia~
"Otou-chan mau kemana?" tanya Lucy saat melihat adiknya mau keluar kamar.
"Nyari makanan..." balas Alexia sambil keluar kamar.
"Geez, baru dua hari nginep udah dibikin ngenes..." gerutu si pirang sambil mencari sesuatu di kulkas.
"Miaw?"
Manik coklat itu mendapati Flore sedang berdiri di depannya.
"Oh, kucing kecil... Kau mau apa?"
Flore mendekati Alexia dan nimbrung di depan kulkas.
"Kau lapar ya?"
"Miaw!" Flore menghampiri salah satu sudut pintu kulkas dan menarik sebungkus snack kucing dengan mulutnya.
Alexia mengambil snack itu dan membuka ujungnya, kemudian menyodorkan ujung yang terbuka kepada Flore. Kucing kecil itu berdiri dengan kaki belakangnya dan memegangi tangan Alexia untuk menjilati snack itu.
Si pirang memasang senyum tipis. 'Aku tidak begitu suka kucing, tapi entah kenapa dia cukup menggemaskan...'
"Hey, kamu ngapain di depan kulkas?"
Rupanya mereka kepergok Bibi Rilen.
"Ah, maaf!" Alexia menyingkirkan Flore dan menutup pintu kulkas.
"Flore, kamu minta makanan lagi ya?"
"Miaw!"
"Yah, sebaiknya kalian pindah saja! Tidak enak dilihat orang!" usul Bibi Rilen.
"Iya, Bibi!"
"Miaw!"
Mereka berdua pun pindah ke tempat lain.
Di ruang baca...
Alexia menaruh Flore di atas meja, kemudian menyodorkan kembali snack kucing yang dipegangnya dan kucing kecil itu kembali menjilatinya dengan senang hati.
"Entahlah, aku tidak begitu suka kucing sih, tapi..."
"Ahaha, aku dulu juga tidak begitu suka, tapi sejak ada Tsuchi membuatku merasa lebih nyaman berada di dekat kucing!" timpal Salem yang sedang menemani Tsuchi belajar menulis.
Alexia melirik si pirang spiky dengan wajah ala kadarnya. "Hmm, begitu..."
Yah, sesuatu pasti akan berjalan indah pada waktunya...
~Bingo~
"Hey, main bingo yuk!"
"Ogah gue main itu! Main scramble aja udah puyeng, apalagi bingo!"
"Gue jadi inget sesuatu..."
Vience sukses dihadiahi tatapan penasaran oleh Rendy dan Monika.
"Kaichou paling sebel sama event 'Bingo'! Waktu pertama nyoba, dia hampir all bingo untuk pertama kalinya, tapi lupa pakai kupon 4 biji, udah gitu parahnya lagi besok mau MT dan dia baru nyadar pas udah pulang dari warnet! Terus kali ini dia panik pas nggak sengaja bug karena DC, Reward-nya sih dia nggak perduli (Crow Package gitu lho, dia nggak doyan Hero kekinian), tapi sisa angka di papan bingo tinggal 3 biji, ya dia reset aja angkanya! Sayang-sayang sih, tapi dia masih sayang char (CMD kelas 3 gitu lho, mana EM-nya level 77 pula), orang itu char satu-satunya yang dia rawat sampai sekarang, apalagi misi login 1 tahun itu udah mau 300-an! Ya berharap aja nggak di-banned lagi kayak waktu itu (yang pas satu guild sama cheater), kan rugi banget tuh!"
Kedua orang itu hanya bisa saling berpandangan dengan sweatdrop besar di kepala mereka.
"Lu disuruh bawain curhatan Kaichou?" tanya Monika agak risih.
Vience hanya angkat bahu. "Ya gitu deh..."
Kemudian muncullah Tumma yang membawa sebuah kotak. "Ada yang bisa ajarin main bingo?"
Setelah itu...
"Tinggal satu tempat lagi, tapi semua angka udah keisi..."
"Jangan-jangan ada yang hilang satu..."
"Tadi pas nemu di gudang, kotaknya kebuka setengah..."
Tanpa diduga, Flore muncul sambil memainkan sesuatu.
Rendy yang nyadar duluan langsung berseru. "PERIKSA FLORE!"
"Miaw?" Kucing kecil itu langsung kabur membawa benda tersebut dengan mulutnya dan kejar-kejaran pun tak dapat dihindari.
Setengah jam kemudian...
"Nah, selesai..." Tumma meletakkan keping angka terakhir di tempatnya.
Tapi tiba-tiba Flore malah melompat ke arah papan bingo dan merusak hasil kerja keras mereka.
"FLOOREEEEEEEEEEEE!"
Yah Flore, ternyata kau itu cukup polos juga untuk menghancurkan sesuatu tanpa berpikir...
~Petak Umpet~
"Nyaw, nyaaaaw?" Tsuchi terlihat celingukan di sekitar ruang makan.
"Kamu ngapain, Tsuchi?" tanya Bibi Rilen yang melihat kelakuan kucing itu sambil membawa sebuah kertas dan pulpen yang terselip di telinga.
Tsuchi terlihat bingung untuk menjelaskan sesuatu karena dia tau Bibi Rilen tidak mengerti bahasanya.
Bibi Rilen yang menyadari hal itu memberikan kertas dan pulpennya. "Kamu bisa menulis kan?"
Tsuchi mengangguk dan mengambil kedua benda itu, kemudian duduk di meja ruang makan dan menulis sesuatu di atas kertas itu, setelahnya menyerahkan kembali kertas tersebut.
Bibi Rilen sedikit mengerutkan kening membaca tulisan Tsuchi. "Main petak umpet?"
"Nyaw!" Tsuchi mengangguk.
"Baiklah, tapi hati-hati ya! Kaichou sedikit sensitif kalau ada barang yang rusak di sini!" nasihat Bibi Rilen.
"Nyaw!" Tsuchi pun pergi ke tempat lain.
Tsuchi terus mencari dan ketika sampai di ruang baca, dia berpapasan dengan Thundy.
"Nyaw!" Tsuchi menghampirinya.
Pemuda biru itu menengok dengan wajah bingung sambil mengelus punggungnya. "Hmm, kenapa Tsuchi? Maaf aku tidak bisa main, entah kenapa punggungku seperti bengkak tiba-tiba..."
Tsuchi berjalan ke belakang Thundy dan melihat tonjolan di punggungnya, dia menepuknya dan tonjolan itu keluar dari kerah belakang yang ternyata adalah Mocha yang bersembunyi di dalam baju Thundy.
"Nyaaaaw!" Tsuchi menarik keluar Mocha.
Thundy berbalik dan cukup terkejut melihat pelaku dibalik masalah punggungnya. "Pantesan punggungku kayak ada yang bengkak, rupanya dia!"
"Nyaw nyaw, nyaw nyaw!" Tsuchi langsung pergi keluar ruang baca sambil membawa Mocha.
Di sisi lain, Kopen sedang bersembunyi di bawah bak mandi.
"Nyaw?" Tsuchi baru masuk ke kamar mandi bersama Mocha di pundak kanannya.
Tsuchi tak sengaja melihat ekor lebat berwarna kecoklatan nyempil di bawah bak mandi. Dia dengan iseng mengambil semprotan dan...
BRUUUUUUUUSH!
"MEOOOONG!" Kopen langsung keluar dalam keadaan basah kuyup.
"Nyanyanyanyanya..." Tsuchi malah tertawa melihat keadaan Kopen sambil menaruh kembali semprotan itu.
"Meong meong, meooong!" gerutu Kopen sambil mengibaskan (atau entah apa namanya) bulu-bulunya yang basah, tapi entah kenapa yang dilakukannya tadi malah membuat bulunya mengembang.
"Nyaw nyaw!" seru Tsuchi sambil berjongkok, kemudian Kopen melompat dan menaiki pundak kirinya. "Nyaw, nyaw nyaw nyaw!"
Mereka bertiga mencari Flore, tapi entah kenapa mereka tidak bisa menemukannya dimanapun.
Akhirnya Tsuchi memberitahu para anggota squad dan mereka segera membantu mencari Flore sampai nyaris semalaman.
"Flore ngumpet dimana ya?" tanya Edward celingukan.
Rendy hanya angkat bahu. "Ya menekedele, aing mah mana tau atuh?"
Webek, webek...
"Lu ngondek?" tanya Edgar agak skeptis.
"Sedikit..." balas Rendy datar dan sukses membuat Edgar sweatdrop.
"Oy kalian, cepat kumpul sini!"
Para laki-laki segera berkumpul dan mengerumuni Alisa yang membawa sebuah tas terbuka...
Beserta kucing kecil yang tertidur di dalamnya.
"Ternyata dari tadi dia bersembunyi di dalam tasku!"
Semua orang langsung menghela nafas lega.
Luthias dengan hati-hati mengangkat Flore tanpa membuatnya terbangun, kemudian memindahkannya ke atas kotak kardus di pojok ruang tengah yang menjadi tempat tidurnya.
~Cat Tower~
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
"Oy, ngapa-"
SYUUUT! BLETAK!
"AAAAARGH!"
"S-sorry!"
Setelah itu...
"Lagi bikin apa sih?" tanya Alpha agak sebal sambil mengelus mata kanannya yang menjadi korban lemparan palu dari Luthias.
"Bikin Cat Tower..." jawab Luthias seadanya sambil minum kopi untuk istirahat sebentar. "Buat Flore sama Kopen, Tsuchi mah kegedean buat naik..."
"Ya ya ya, tau tau, semoga beruntung, gue mau perbanin mata dulu!" Alpha berjalan pergi meninggalkan Luthias.
Luthias hanya menghela nafas kecil sambil melirik pekerjaannya yang baru setengah jadi.
Setengah jam kemudian...
"Miaw?" Flore terheran-heran melihat Cat Tower yang berdiri di pojok ruang baca, kemudian menaiki benda itu sampai ke puncak.
"Benda dari mana ini?" tanya Edward yang baru datang dan sedikit terheran-heran, kemudian melihat Flore di atasnya. "Kamu ngapain, Flore?"
"Miaw!" Flore melompati pijakan lain di Cat Tower itu.
"Jadi ini Cat Tower-nya? Boleh juga sih..." komentar Alpha dengan mata diperban.
"Mata Kak Alpha kenapa?" tanya Edward bingung.
"Tadi abis dilempar palu doang..." jawab Alpha datar.
"Oooh..." Edward hanya memasang ekspresi ala kadarnya, entah harus ngomong gimana lagi.
To Be Continue, bukan Tembaga Besi Cawat (?)...
Fun Fact:
1. Tambahkan Maurice dalam daftar 'orang yang ngerti bahasa hewan'.
2. Alexia nginep di markas selama seminggu karena permintaan kakak sulungnya.
Aku tidak tau seperti apa suara musang jadi kubuat Mocha jadi musang pendiam, tapi entah kenapa kesannya sama seperti dalam lagu konyol itu: WHAT DOES THE FOX SAY? *tiba-tiba bayangin Ikyo nari pake lagu itu.* *langsung dilempar ranting kayu sama Ikyo.*
Yah, entahlah, ini sedikit... Tau sendiri deh... -w-/
Review! :D
