Balas Review! :D
AriFuKi24823: Pffft... *nahan tawa.*
Thundy: "Maksudnya?" =.="
Yah, selamat membaca! :D
StrideRyuuki: Ahaha! :V Nah, ini udah lanjut! :D
I'mYaoiChan: Mungkin... :V *dikeroyok yang bersangkutan.*
Ikyo: "Nikah aja belum..." =_=
Makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Errr... *punya firasat buruk.*
Alexia: "Lelucon macam apa itu? Aku Alex, di sana ada dua Alex, di Reha Squad ada Alex yang lain, sekalian aja semua orang dipanggil Alex..." =w="
Giro: "Kalau tidak mengerti juga tidak apa-apa sih..." ._.
Akan dijelaskan setelah ini, tapi nggak tau deh bakalan baper atau nggak... .w./
Thundy: "Tidak akan pernah!" =.=/
Ashley: "Yah, aku kurang yakin soal itu..." '-'a
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 55: Four Leaf of Life
Pagi ini Tumma terlihat membawa sesuatu yang dibungkus plastik ke ujung kebun.
"Hey, kau sedang apa?"
Dia menengok dan mendapati Tartagus yang menghampirinya.
"Aku hanya ingin mengubur sesuatu..."
"Mau kubantu?"
"Tentu saja!"
Tartagus menggali lubang yang agak besar dan Tumma memintanya untuk berbalik ke belakang selagi dia mengubur 'benda itu' sampai selesai.
"Ngomong-ngomong, tadi kau mengubur apa?" tanya Tartagus penasaran.
"Sebenarnya..."
Giro sedang memainkan biolanya di kamar ketika...
BRAK!
NGIK!
"Kucingku ganteng, eh kucingku ganteng!"
Luthias yang mendobrak pintu langsung melatah mendengar gesekan kasar barusan.
"Lu ya! Kalau mau masuk tuh ketok pintu dulu kek, jangan main dobrak aja!" sembur Giro sewot.
"Maaf maaf..." Luthias menggaruk kepalanya.
"Cih! Aku sedang main dalam kondisi berbunga-bunga, sampai ada lebah hama yang mengganggu suasana!" gerutu si Gangrim merangkap calon musisi itu sambil menaruh biolanya di atas meja.
(Note: Jangan suruh aku bikin Giro beradu main biola dengan Alucard!)
Manik ungu itu berkedip dua kali karena gagal paham. "Hama?"
"Iya, kau yang jadi lebahnya! Lebah sering mengganggu bunga kan?"
Luthias malah memiringkan kepala karena bingung untuk berdebat lebih lanjut.
Sepertinya mereka berdua melupakan pelajaran biologi.
"Papa, memangnya lebah itu hama ya?"
Revan langsung menyemburkan minumannya setelah mendengar pertanyaan Nigou tadi.
Back to LuthiasGiro...
"Mau makan di luar?"
"Ya sudah, tapi kau yang bayar semuanya!"
Sekarang mereka berdua sedang berada di sebuah café.
"Kamu mau pesan apa? Nanti aku ngikut ya!" tanya Luthias dengan senyum manis plus aura bunga-bunga.
(Note: Dia bersikap kayak gitu kalau cuma di depan Giro doang, kalau di depan yang lainnya mah biasanya malah adem-ayem kayak es ngapung di sungai (?).)
Cowok 'cantik' di depannya hanya menggelengkan kepala sambil membaca buku menu. "Jangan konyol! Memesan dua makanan yang sama itu menggelikan! Pesan saja yang lain!"
Luthias hanya mencembungkan pipi dengan sebal (dan entah kenapa agak geli kalau dibayangin).
"Ugh..." Tiba-tiba Giro merasakan sesuatu yang tidak bisa ditahan. "Sepertinya aku mau pipis, nitip kue cokelat ya!"
Setelah melihat coretpacarcoret teman baiknya itu kabur ke toilet, Luthias memasang seringai licik dan memanggil pelayan.
"Pesan dua kue cokelat dan satu minuman untuk berdua rasa vanila!"
Setelah itu...
"Pesanannya udah da- tang?" Giro hanya bisa melongo ketika melihat dua piring kue cokelat beserta segelas minuman rasa vanila dengan sebuah sedotan bercabang dua.
Luthias malah nyengir kuda melihat ekspresi si cowok 'cantik'.
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu memesan!" gerutu Giro sambil kembali duduk.
Luthias masih nyengir. "Ayo minum!"
"Tidak mau!" tolak Giro tegas.
Tiba-tiba manik ungu itu meredup dalam kesedihan. "Ayolah..."
Giro hanya menghela nafas pasrah. "Baik, baik! Aku minum deh!"
Raut sedih itu kembali ceria dalam sekejap.
'Cih, sikapnya di depanku tidak jauh beda dengan si Denmark!' batin Giro sambil mendekatkan mulutnya di depan salah satu ujung sedotan.
Luthias ikut mendekatkan mulutnya di ujung sedotan yang lain dan keduanya mulai minum bersama.
Di sisi lain, ternyata ada yang sedang men-stalking mereka.
"Khukhukhu~ Ternyata sikap Luthias sangat berbeda jauh kalau di depan Giro!"
Tiba-tiba terdengar dering Handphone berupa musik dari lagu 'Let's Enjoy Today' dan sang pemilik segera mengangkat panggilan.
"Alexia, lu kemana sih? Dicariin Emy nih!"
"Entar dulu, Rone! Gue lagi stalking Luthias sama Giro sekalian kabur dari bapak-bapak bermulut pedas itu!"
"Lex, kayaknya percuma aja deh lu kabur dari Ayah!"
"Emang kenapa?"
"Dia tuh instingnya mengerikan, mungkin dia sudah berada di belakangmu sekarang!"
"Di-di belakang?!"
Alexia perlahan-lahan mulai menengok dengan wajah pucat dan mendapati...
"Mau kabur kemana lagi kau, hah?"
Takano berdiri di belakangnya dengan aura hitam yang sangat pekat.
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAH!"
"Luthias-pyon, tadi denger orang teriak nggak?"
"Denger sih, tapi cuma sebentar doang!"
Back to Homebase...
Daren mendapat sebuah surat tanpa nama pengirim.
Halo apa kabar? Kalian di sana baik-baik saja kan?
Nanti aku main ke sana ya, soalnya ingin tau markas kalian seperti apa!
Salam rusa terbang~ :*
Runa
"GYAAAAAAAH!"
Daren langsung loncat ke belakang sampai menabrak Tartagus yang kebetulan lewat.
"Woah woah, kau kenapa Dary?"
"Dia mau ke sini!"
"Siapa?"
"Runa, si Runa! Masa lu lupa sama sepupu lu yang itu?!"
Tartagus hanya ber-'oh' ria, tapi setelahnya dia baru menyadari sesuatu. "HAH?! RUNA MAU KE SINI?! TAU DARI MANA?!"
Daren langsung menempelkan surat tadi ke wajah sepupunya, Tartagus menyingkirkan kertas itu dan membaca isinya. "Waduh, gawat nih!"
"Makanya itu..."
Sandra yang baru balik menyadari sesuatu yang aneh. "Ini kenapa ada gumpalan salju ya? Perasaan musim dingin udah lewat deh!"
Kedua orang yang mendengar perkataan Sandra tadi langsung mengetahui alasannya. 'Dia datang!'
"Yuhuuuuu!"
"Itu apa ya?" Mita menunjuk kereta salju terbang yang melintas di atas markas dan mendarat tepat di depan kedua Andreas yang masih diam di tempat.
"Halo Dary, Arta-kun!" sapa seorang gadis Rudolph berambut jingga twintail di atas kereta salju itu.
"Halo Runa..." balas kedua orang yang dimaksud risih.
Runa turun dari kereta saljunya dan memeluk Daren. "Oh Dary~ Panggil aku 'Nee-chan' ya~"
"Jamais!" tolak Daren tegas.
"Dia siapa ya?" tanya Jung yang berada tidak jauh dari mereka bersama Vience.
Vience yang melihatnya sempat kaget, tapi berusaha tetap tenang. "Itu sepupuku yang lain, Eiruna..."
"Kau itu punya berapa banyak sepupu sih?" tanya Jung.
Vience memasang wajah datar. "Haruskah kujelaskan?"
"Ya sudah..." Jung berjalan pergi.
"Vie-nii, tadi aku dengar suara Runa! Dia ke sini?" tanya Saphire penasaran.
Vience hanya mengangguk.
"Halo, Sap-kun!" Runa tiba-tiba muncul sambil memeluk Saphire dari belakang.
"Huwaaa! Kau mengagetkanku!" seru Saphire agak terkejut.
"Ehehe~" Runa melepaskan pelukan.
"Mau apa ke sini? Berkunjung?" tanya Vience.
"Tentunya, Vieny~" jawab Runa watados.
Vience hanya menghela nafas. "Kalau memang itu mau-mu ya terserah..."
Di lantai dua...
"Seriously, patung macam apa ini? Perasaan bukan ini yang kupesan kemaren..." tanya Girl-chan agak skeptis melihat patung yang baru datang tadi pagi. "Udah gitu ada lagu di dalemnya pula..."
Kemudian di belakangnya datanglah seorang pria berambut hitam dengan mata coklat dan kulit kecoklatan. "Pe-permisi..."
"Ya?" Gadis itu menengok dan berbalik menghadap orang tadi.
"Apa ini markas Garuchan?" tanya orang itu.
Si ketua squad mengangguk. "Iya, benar! Ada apa ya?"
"Quero me registar como membro aqui..." jawab orang itu.
Gadis itu mengerutkan kening. "Bisa pakai bahasa yang dimengerti? Aku bukan orang Mediteranian walaupun kulitku kecoklatan!"
"Kalau kau bukan dari daerah Mediteranian, lalu dari mana?" tanya orang itu bingung.
"Asia Tenggara!" balas Girl-chan singkat.
Orang itu ber-'oh' ria. "Ah iya, namaku Raimundo Corazza Joaquín! Kalau boleh tau, ketuanya ada?"
"Tepat di depanmu..."
Mata Raimundo langsung terbelalak dan memperhatikan gadis di depannya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kau ketuanya? Kukira ketua di sini seorang pria, tapi ternyata... Hanya gadis kecil?" tanya Raimundo agak shock.
Si ketua squad hanya menggaruk kepala. "Yah, memang terkesan aneh setelah mengetahuinya..."
Raimundo hanya ber-'oh' ria.
"Sebaiknya kita keliling sebentar, supaya tidak nyasar..." ajak gadis itu sambil berjalan pergi diikuti Raimundo.
Di lantai 3, tepatnya di ruang tengah...
"Ini siapa yang nyetel lagu ya?" tanya Thundy bingung.
"Nggak tau, kayaknya dari lantai bawah deh!" balas Amelia datar.
"Kuping gue sakit dengernya!" gerutu Ikyo sambil meringkuk di pojokan dan menutupi diri dengan ekor-ekornya.
Lectro tak sengaja melihat sesuatu. "Kenapa Luthias jadi dingin banget ya hari ini?"
"Sepertinya ada yang tidak beres dengan Greeny, jangan-jangan kambuh lagi..." gumam Mathias was-was.
"Kambuh apanya?"
"Luthias, kau tidak apa-apa dayo?" tanya Musket agak ragu sambil menepuk pundak si kacamata jabrik itu.
Manik ungu itu meliriknya dengan tampang jengkel. "Naamik! Belakangan ini aku sedang stress! Aku ini negara yang 'terpisah' dari negara Nordic lainnya, selain itu benderaku juga bukan 'Nordic Cross' seperti yang lainnya! Semua itu membuatku dianggap seperti 'orang asing'! Kalau terus begini, sebaiknya masukkan saja Estonia ke Nordic menggantikanku!"
Sriiiiiiiiing!
Seisi ruangan langsung melirik sofa yang ditempati Luthias dengan tatapan 'Dingin amat aura-nya!' dan mereka semua (termasuk Musket) segera jaga jarak demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Nah kan..." Mathias hanya menghela nafas.
"Tapi kenapa Luthias menyebut dirinya 'negara'?" tanya Yuki yang mendatangi Mathias.
Mathias hanya menggaruk kepala. "Be-begini, bu... Kami berdua ini... Personifikasi..."
Yuki hanya ber-'oh' ria (entah ngerti atau nggak), setelah itu dia pergi.
Kemudian Mathias melihat Moku sedang digotong Alpha dan Pyro.
"Dia kenapa?" tanya Mathias sweatdrop.
Alpha berhenti dan menengok sebentar. "Tadi dia pingsan gara-gara nemu patung kucing di dekat ruang kontrol!"
"Oy, jangan diem!" seru Pyro.
"Iye iye!"
Mereka pun membawa Moku ke perpustakaan untuk mendapatkan perawatan. (Note: Anggap saja perpustakaan di sini merangkap ruang kesehatan.)
"Tadi dia bilang apa? Patung kucing di dekat ruang kontrol?" tanya Girl-chan yang baru datang bareng Raimundo.
"Begitulah..." Mathias menengok dan sedikit kaget melihat Raimundo. "Dia siapa ya?"
"Anggota baru, Raimundo!" jelas gadis itu singkat.
Mathias menggaruk kepala. "Bagusnya dipanggil apa ya? Kalau Rai doang mah nggak enak, soalnya ada yang namanya Rai juga di sini!"
"Mundo juga tidak apa-apa!" balas Raimundo.
"Baiklah, sebaiknya kau tunggu saja di sini!" perintah Girl-chan. "Mathy, ayo cek ke lantai 6!"
Mathias hanya mengangguk dan mereka berdua segera berjalan pergi.
Di luar markas...
Salem paling malas diajak jalan-jalan pada weekend sore, apalagi kalau naik angkot.
"Jalanan macet banget, nggak gerak!"
"Kayak progress cinta lu ke si entuh ya?"
Celetukan Rendy barusan bikin sakit hati banget, sumpah!
Beberapa menit kemudian...
"Selamat datang di KFC." Rendy disapa senyum cerah penjaga kasir begitu sampai di antrian paling depan. "Mau pesan apa?"
"Saya mau pesan ayam skripsi, mbak!"
Webek, webek...
Seisi restoran langsung mengheningkan cipta.
"Yee, mau pesan makanan aja revisi, nanti susah dapet acc lho!"
Yang ngomong di belakang itu Salem. Iya, dia masih dendam.
Back to Homebase...
"Aku punya firasat kalau pembuat patungnya kerja sama dengan tukang nge-troll, tapi siapa?" tanya Girl-chan bingung selagi melihat beberapa orang memindahkan patung aneh tadi untuk diganti dengan patung kucing yang ditemukan di dekat ruang kontrol.
"Entahlah..." jawab Taiga datar. "Oh, dan ngomong-ngomong, kenapa nggak taruh aja patung buatan Ethan di situ?"
"Nggak usah, entar ada yang ngamuk lagi!" tolak gadis itu sedikit risih.
Meanwhile...
"Tum, kau baik-baik saja?" tanya Arie sedikit bingung karena melihat Tumma duduk di pojok kamar seharian.
Tumma hanya diam saja. Dia tidak berani berbohong karena Arie bisa mengetahuinya.
"Ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Arie lagi. "Jangan diam saja!"
"Aku..."
"Ya?"
"Ini soal Mocha..."
"Musang yang itu?"
Tumma mengangguk. "Dia sudah mati..."
Arie langsung kaget. "Kapan?!"
"Semalam..." Tumma memeluk lutut. "Aku menemukannya di lantai dua dalam keadaan sekarat... Aku sangat kehilangan begitu melihatnya mati... Aku..."
Air mata mulai mengaliri manik amethyst Tumma.
Arie yang merasa tidak tega menghampiri dan memeluk teman baiknya yang langsung menangis sesegukan. "Tidak apa-apa... Jangan terlalu dipikirkan..."
Keesokan harinya, Tumma mendatangi tempat dimana dia mengubur musangnya dan menanam bunga kecil di dekat makamnya.
"Terima kasih telah menemani kami selama ini, Mocha..."
Bonus: (Anggap saja ini Hidden Screen di Chapter 38 fic Reha Squad.)
Saat ini Girl-chan sedang jalan-jalan keluar untuk menghilangkan kebosanan...
Sampai dia tak sengaja melihat seorang gadis sedang dibekap dari belakang dan ditodong pisau oleh seorang pria bertudung gelap di jalan yang agak sepi.
"Hey kau!"
Menyadari telah dilihat orang, pria itu segera melepaskan korbannya dan pergi begitu saja.
"Tunggu!"
Si ketua Garuchan segera mengejarnya dengan akselerasi mode harimau dan berniat menerkam pria itu dengan cakar yang diperkuat oleh Garudyne. *RECEH AMAT! LAGIAN INI JUGA BUKAN PERSONA, COEG!*
Tapi tiba-tiba, pria itu menghilang tanpa jejak.
"Eh, kemana dia?"
Gadis itu mempertajam semua indera miliknya dan karena merasa tidak menemukan apapun, dia kembali ke mode normal dan berniat pulang ke markas.
Tapi...
SYUUUUUUUT!
"Huwaaa!"
Girl-chan hampir terkena lemparan pisau.
Dia menengok ke atas dan mendapati pria yang dicarinya berada di atas gedung sambil tertawa jahat.
"Sebenarnya kau itu siapa?"
Pria itu tidak menjawab dan menghilang lagi, kemudian muncul di belakang dan membekap gadis itu.
"Itu tidak penting untuk gadis yang telah menangkap basah aksiku!"
Girl-chan berusaha melepaskan diri dengan menggigit lengan pria itu sekeras mungkin dan menendang lututnya begitu terlepas dari cengkeraman, kemudian segera pergi.
Di dalam markas, ada empat orang yang sedang membicarakan sesuatu.
Sampai tiba-tiba...
"KYAAAAAAAAAA! Tolong!"
Alpha yang mendengarnya langsung kaget. "Suara itu?! Kaichou!"
Mereka semua turun ke lantai datar dan melihat Girl-chan sedang ketakutan
"Ada apa?" tanya Eris.
"A-aku dikejar-kejar seorang psikopat karena menangkap basah dia sedang menyekap wanita muda di jalan..." jelas gadis itu gemetaran.
Alpha segera membawa si ketua squad masuk ke dalam, sementara ketiga orang lainnya melanjutkan diskusi.
Yubi datang membawa secangkir teh untuk menenangkan si ketua squad yang masih gemetar dan menaruhnya di atas meja. "Ini teh-nya, Kaichou!"
"Terima kasih..." Gadis itu mengambil teh itu dan meminumnya, kemudian menaruh kembali cangkir di tempatnya.
"Sudah lebih tenang?"
Girl-chan hanya mengangguk.
"Kalau boleh tau, pria yang kau temui tadi itu, pakai jaket hitam kan?" tanya Alpha memastikan.
"Tau dari mana?"
"Ceritanya cukup panjang..."
To Be Continue, bukan Tumis Bawang Capcay (?)...
Raimundo Corazza Joaquín (Boxing Champ/Wild Boxer) (Dua-duanya sama aja sih... *plak!*): Anggota squad dari Mediteranian. Menguasai bahasa Spanyol, Portugis, dan Italia. Info lebih lanjut bakalan ketauan nanti. *woy!*
Kenapa judul dan isinya rada aneh ya salahkan otakku yang buntu ini... -w-/
Haruskah kusebut LuthiasGiro sebagai 'versi lain DenNor'? :V / *dilempar biola.*
Rasanya nggak tega juga sama Mocha, tapi... .w.a
Review! :D
