Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Ahaha... :V
Teiron: "Kau mau membuatku gatal-gatal selama sebulan?" =w="
Rendy: "Rasain! Mabok kok segitunya?" *salah satu korban juga.*
Tartagus: "Ampun..." ._.
Makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Yah, salah paham yang buruk... .w.a
Giro: "Aku tak mau jelaskan kapan, tapi kalau soal itu... Bisa saja sih..."
Luthias: "Dan aku hanya bisa diam saja dengan keributan itu..." =w=a
Mathias: "Mereka berbeda, walaupun sama-sama punya tanduk sih..."
Arie: "Aku selalu menjenguknya setiap hari karena dia tidak punya keluarga lagi sejak 'kejadian itu'..." ._.
Teiron: "Setauku yang dilemparnya tuh boneka berbentuk anjing albino itu..." =w="
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 59: Random Daily
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Arie yang sedang menjenguk teman baiknya.
"Agak baikan, mungkin besok aku bisa pulang..." jawab Tumma.
Arie menggaruk kepala. "Ya baguslah! Satu markas sempat panik pas tau kamu masuk rumah sakit!"
Tumma tertawa kecil. "Mereka terlalu perhatian..."
"Kita seperti berada di dalam keluarga besar kalau bersama mereka..."
"Aku juga berpikir begitu..."
"Ah iya, aku harus balik nih! Kalau udah diizinkan pulang hubungi aku ya!"
"Yah, makasih Arie!"
Intro-nya udah kan? Sekarang kita lihat yang di bawah ini!
~Momen Kurban Nista~
"Lho? Ini sapi dari mana?" tanya si ketua Garuchan sweatdrop ketika melihat seekor sapi di halaman squad-nya terikat di sebuah pohon dan dikerubutin sama anak-anak (polos).
"Nggak tau deh..." balas Jung.
Girl-chan berjalan mendekati sapi itu dan melihat sebuah lubang yang sudah dipasang kayu di atasnya.
'Please, jangan bilang entar ada yang motong kurban di sini...' batin gadis itu risih ketika melihat lubang tersebut.
"Sapinya mau diapain?" tanya Nigou watados ketika melihat sapi itu dibawa ke sebuah tempat yang ada lubangnya.
"Mau disembelih, Nigou." jawab Hato sambil menggenggam tangan Nigou.
"Eh~ Jangan disembelih, sapinya baru aja dateng." keluh Mita manyun.
"Tapi, entar kalau udah disembelih, dagingnya bisa dimasak lho. Biasanya Ibu suka bikin sop iga atau sop buntut, terus iga bakar, atau steak kalau ayah yang buat." ujar Silica sambil mengelus kepala Mita.
"Eh? Serius?"
"Iya, memangnya kakak pernah bohong?"
Kemudian datanglah beberapa orang yang sudah membawa golok.
"Semuanya udah siap?" tanya Takano yang membawa tali.
Mereka semua mengangguk dan langsung memulai prosesnya.
Pertama, mereka mengikat sapi itu di beberapa bagian. Kemudian sapi itu dijatuhkan dengan bagian leher di atas lubang, lalu mereka memegangi sapi itu dan salah satu di antara mereka memotong lehernya.
"Tro! Wei, Lectro!" seru Eris yang menahan Lectro agar tidak jatuh ke tanah karena nggak kuat liat darah (dengan kata lain, Hemophobia).
"Bawa dia ke kamarnya sekarang, jangan lupa siapkan ember sekalian!" perintah Takano.
"Woi! Ini kambing nggak dipotong!" seru Red sambil membawa Mathias dengan cara dibalik serta tangan dan kakinya terikat di sebuah tongkat kayu.
"Oh, kalau itu bukan dipotong." Takano nyengir jahat.
"Tapi langsung dibakar!" Takano menunjuk api unggun yang sudah dinyalakan Ethan, Jung, dan Alex.
"WOY, GUE BUKAN KAMBING! GUE MASIH ORANG!" jerit Mathias yang diikat terbalik.
"Eh? Kambingnya minta langsung dibakar? Oke, ayo semuanya! Kita bakar kambing!"
"Stop! Eh! Aduh! Gyaaaaaa! Jangan!"
"Permisi!"
Semua orang menengok ke arah seorang pria yang membawa dua ekor domba ala Karapan Sapi Madura.
"Saya menyumbangkan sepasang domba untuk kurban." kata pria itu tenang, walaupun dia sempat kaget melihat Mathias yang mau dibakar.
"Oh bagus, nambah lagi kurban hari ini, udah gitu dua ekor pula... Bisa-bisa bikin kenyang satu markas selama beberapa hari deh..." gumam Girl-chan sambil mijit kening.
Setelah kejadian itu, Mathias mengurung diri di kamarnya selama beberapa hari.
~NoIdeaAboutTitle~
"BIIIBIIIIIIIIIII!"
Bibi Rilen langsung kaget melihat keponakannya yang datang-datang langsung main peluk dengan wajah ketakutan.
"Ada apa? Kenapa kamu ketakutan begitu?" tanya Bibi Rilen panik.
"BIBI, AKU TAKUT! HATO KERJA JADI GURU TK! HUWAAAAAAAH!" jerit Teiron sambil nangis di pelukan bibinya.
"Hah?"
Semua orang langsung melirik mereka.
"Tadi dia bilang apa? Hato jadi guru TK?" tanya Rinona bingung.
"Aku nggak tau dan nggak mau tau soal itu..." balas Edgar cuek sambil baca koran.
"Baik, baik... Sebaiknya kita ke kamar saja ya..." usul Bibi Rilen sambil membawa keponakannya ke kamar.
Malam harinya...
"Teiwoof! Aku mau bicara denganmu sebentar, woof!"
"OGAH! PERGI!"
~Pacaran~
"Cieeee~ Pacaran nih yeeee!" seru Maya ketika melihat Teiron dan Lisa jalan berdua.
"Ki-kita nggak pacaran!" bantah Teiron blushing.
"Kita nggak pacaran kok..." timpal Lisa datar.
"Tuh kan!"
"Setidaknya untuk sekarang!" lanjut Lisa dengan senyum manis yang sukses membuat Teiron blushing berat plus kepala berasap.
"Cie cie cie!"
~Gombalan~
"Hay Giro, apakah sakit saat kamu jatuh dari surga?" sapa Luthias.
"Hah? Maksudmu seperti... Lucifer?" tanya Giro bingung.
"Ya, karena kau adalah makhluk terindah yang pernah kulihat~" balas Luthias dengan aura 'sparkle' di sekitarnya.
Giro langsung blushing berat mendengar itu.
(Note: Referensi dari fanart Persona 5 -lagi- dan harap jangan undang Iselin ke sini, karena... Gurunya gombalin si protagonis di fanart itu... *langsung ngumpet di dalam benteng.*)
Di lain kesempatan...
"Gir, coba deh lu gombalin Luthias pake pantun! Gue pengen denger deh!" pinta Eris.
"Baiklah, Eris-pyon!" Giro berdehem sejenak. "Berjuta-juta pohon durian, hanya ada satu pohon manggis!"
"Artinya?"
Giro langsung nyengir. "Berjuta-juta kambing di peternakan, hanya Luthias-pyon yang mirip kambing nangis!"
Eris langsung ngakak seketika.
Tapi di sisi lain...
"Sabar ya..." hibur Alfred sambil menepuk punggung Luthias yang udah desperate akut di pojokan.
~Pahit~
"Kok kopinya pahit banget ya?" tanya Salem sedikit eneg setelah minum kopi.
"Kopi itu seperti kehidupan, kadang terasa sangat pahit. Tapi kalau kita tau cara menikmatinya, semuanya akan baik-baik saja kok." jelas Naya bijak.
"Bukan itu maksudku!" Salem menyerahkan gelasnya. "Ini pahitnya beda banget lho, aromanya juga aneh pula!"
Edgar yang mengambil gelas tadi langsung menyadari sesuatu. "Astaga, Sal! Ini mah oli bekas motor Kaichou!"
Alhasil, Salem langsung muntah di tempat.
~Luka~
"Ugh... Thun... Ngh..."
"Ah, ah, ah... Thun, aku udah nggak tahan..."
"Eh bego! Biasa aja napa?! Nggak usah mendesah!" bentak Thundy dengan muka merah padam sambil memegang betadine dan kapas.
Ternyata dia sedang mengobati lutut Emy yang terluka karena baru saja jatuh.
"Maaf... Abisnya sakit sih!"
~The Green Devil~
"Kita berhasil! Ini memang sulit, tapi kita berhasil keluar!" seru Vivi setelah keluar dari onsen bersama kedua temannya.
"It took away some years of my life!" timpal Lucy sambil menghela nafas.
"Vivi! Lucy!" Tiba-tiba muncul Tumma yang mengintip dari balik tembok.
"Begitu kita kembali ke markas, jika kalian berdua bersedia menjadi budakku selama seminggu..." Tumma memasang senyum licik. "Aku tidak akan mengatakan apapun tentang apa yang terjadi tadi!"
"WAAAAAAAAAAAH!"
"Aku mau jadi budakmu juga~" Ini mah jangan ditanya siapa!
"Tidak, bukan kau!" balas Tumma sambil melipat tangan.
Setelah itu...
"Biar kubawakan tasmu, tuan!" Vivi mengambil tas yang dibawa Tumma.
"Ini tehmu, tuan!" Lucy menyediakan teh untuk Tumma.
"Tante Vivi dan Tante Lucy telah banyak berubah sejak Paman Tumma kembali dari rumah sakit, bagaimana mereka bisa seperti itu?" tanya Nigou penasaran.
"Oh, jadi kau ingin tau ya? Jadi ceritanya begini..."
"WAAAAAAAAAAAAAH!"
~Run and Catch~
"Jika aku berlari dan melompat ke arah Arie, dia pasti akan menangkapku!" seru Rina ke Luthias yang sedang menyisir bulu Kopen.
Kemudian muncullah Arie yang berjalan sambil membawa secangkir kopi.
"Saatnya tiba!"
"Jangan! Aku sedang memegang kopi!"
Arie terpaksa menangkap Rina dan menjatuhkan cangkirnya sampai pecah. Luthias dan Kopen hanya bisa sweatdrop melihat itu.
~Go Home, Runa!~
Pagi ini suasana markas agak damai, sampai...
"PULANG NGGAK LU?! DICARIIN BIBI RHEA KELAR LU ENTAR!"
"Ah Vieny, aku masih mau di sini..."
"NGGAK PERDULI! LAGIAN JUGA LU KAN UDAH NGINEP SEMINGGU, JANGAN NGELUNJAK!"
Vience langsung pergi meninggalkan Runa.
Kedua adik Vience (beserta Tartagus) hanya bisa melihat kejadian itu dari kejauhan.
"Vie-nii marah ya?" tanya Saphire.
"Sangat malah..." balas Daren pelan.
"Kayaknya Runa perlu dijemput Bibi Rhea dulu deh biar mau pulang..." gumam Tartagus risih.
"Huh, lama-lama stress gue ngurusin dia..." gerutu Vience yang mengambil minuman di dapur.
Terdengar dering handphone dari saku celananya dan Vience segera mengangkat panggilan. "Ya?"
"Vience, kamu tau Runa dimana? Sudah seminggu ini dia tidak pulang!"
"Dia di markas squad-ku, Bi! Susulin dong! Stress banget nyuruh dia pulang, anaknya malah ngotot mau tetap di sini!"
"Baiklah, aku akan segera ke sana!"
Panggilan berakhir sampai di situ.
Di sisi lain...
"Makan apa?" tanya Giro saat melihat Raimundo sedang asik makan di dapur.
"Keju Emmental dari Swiss, kau mau?" tawar Raimundo.
Giro menggeleng. "Tidak, terima kasih... Aku alergi keju..."
Raimundo hanya ber-'oh' ria dan melanjutkan makannya.
"Gir, hey Giro!" panggil seseorang.
Yang bersangkutan menengok. "Ada apa, Saphire-pyon?"
Saphire menghampirinya. "Katanya lu bisa main saxophone ya? Tau Epic Sax Guy nggak?"
"Kenapa emang?"
"Mainin salah satu lagunya dong!"
"Hmm... Oke..." Giro langsung pergi untuk mengambil saxophone-nya.
Setelah kembali dengan saxophone-nya, dia memainkan lagu yang diminta Saphire.
Beberapa menit kemudian...
"Hebat hebat!" Raimundo dan Saphire tepuk tangan setelah permainan selesai.
Di atap markas...
"Hm?" Yubi sedikit terheran-heran ketika meneropong sesuatu.
"Kenapa?" tanya Tumma.
"Itu naga apa yang terbang di sana?" Yubi menunjuk ke arah langit.
"Coba kulihat!" Arie meminta Yubi menyingkir agar dia bisa ikut meneropong.
Terlihat sesosok naga berwarna hitam yang terbang ke arah markas.
"Oh, hanya Gargoyle..." gumam Arie datar, sebelum akhirnya dia menyadari sesuatu. "HAH?! MAU NGAPAIN ADA GARGOYLE DI SINI?!"
"Tunggu, tunggu! Aku bisa jelaskan!"
"Eh?"
Gargoyle itu turun di depan mereka dan berubah menjadi seorang wanita dengan pakaian biarawati (cmiiw).
"Namaku Rhea Andreas, aku sedang mencari salah satu keponakanku di sini!"
"Andreas ya..." Tumma mencoba mengingat-ingat. "Apa yang anda maksud itu Runa?"
"Iya, benar sekali!"
"Ya, dia memang di sini!"
Sementara itu...
"Aku nggak mau pulang!" seru Runa tidak terima.
Tartagus menghela nafas. "Tapi mau gimana lagi? Kau kan tau sendiri Vieny tuh kayak gimana kalau lagi stress, apalagi kalau Bibi Rhea sampai menjemputmu ke sini! Lagipula, aku yakin Kaichou tidak mau menerimamu sebagai anggota (karena dia nggak punya duit buat beli Rudolph sekalipun didiskon)!"
Ketika si ketua squad lewat, tiba-tiba Runa menghampirinya. "Tolong terima aku ya!"
"Nggak, makasih!" balas Girl-chan datar sambil berjalan pergi.
Setelah itu muncullah sang bibi. "Runa, ayo pulang!"
Gadis itu mencembungkan pipi dengan sebal, dia nggak bakalan bisa melawan kalau udah ada bibinya.
'Baru dibicarakan udah terjadi!' batin Tartagus.
Dan pada akhirnya, Runa berhasil ditarik pulang oleh bibinya.
~Jahil~
Baik Garuchan Squad maupun Reha Squad, mereka sering menjahili satu sama lain.
Misalnya Rone yang menyuruh Nigou tidur di pangkuan Teiron yang sedang baca buku di sofa, Mathias yang iseng menaruh Kopen di pangkuan Moku yang sedang melamun, Eris yang sengaja menaruh kepala Alfred di sebelah tempat tidur Salem, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hampir semua orang pernah jadi korban kejahilan, tak terkecuali Alpha. Dia juga pernah jadi korban kejahilan teman-temannya.
Malam itu seperti malam yang biasanya. Sebagian anggota squad sedang menonton film di Home Theater lantai 4 dengan khusyuk dan serius, sampai akhirnya handphone Alpha berdering.
"Halo? Nggak, aku lagi nggak sibuk kok! Cuma lagi nonton film sama temen-temen, kenapa bu?"
"Nggak apa-apa kok. Uang bulanan kamu udah ditransfer, jangan minta uang lagi ya bulan ini!" balas ibu angkatnya di seberang telepon.
"Oh? Udah ditransfer ya? Oke, makasih!"
Anggota squad lain memperhatikan teman mereka yang sekarang sedang berbicara dengan nada merajuk.
Dan seperti biasanya, pada momen-momen seperti ini, pasti akan ada yang jahil.
Sebagian dari mereka bertukar pandang dengan seringai nista, kemudian memulai aksi mereka.
"Al, isep lagi cimengnya!" seru Vience.
"Woi Al, celananya jangan dilepas! Pake lagi, 'itu' lu kemana-mana tuh!" timpal Ikyo yang nggak kalah isengnya.
"Lu berdua apaan sih? Diem deh!" bentak Alpha yang merasa terusik dengan ulah kedua temannya yang pasti akan menimbulkan kesalahpahaman.
"Halo? Alpha? Kamu lagi ngapain sih? Kok berisik amat?"
"Nggak bu, ini-"
"OOH! Al! Lebih keras lagi! Aku sudah tidak tahan! OH~" erang Teiron yang ikutan jahil dan mendapat pelototan dari Rina.
"Ron, maksudmu lebih keras itu apanya? Volume TV-nya? Kenapa harus Alpha yang dipanggil?"
"Al, kamu lagi nonton video porno sambil threesome atau apa sih?" tanya ibu angkatnya.
"NGGAK, BU! INI MEREKA-" Wajah Alpha sudah merah padam karena malu plus panik kalau ibu angkatnya sampai menarik spekulasi yang salah gara-gara teriakan ambigu barusan, bisa-bisa dia bakalan dijemput pulang dan dimasukkan ke dalam kandungan. (Oke ini lebay!)
"Menurut badan meteorologi dan geofisika, dalam waktu kurang dari lima menit akan ada hujan badai di daerah sekitar sini. Saya menyarankan untuk menyelesaikan pembicaraan secepatnya sebelum koneksi memburuk karena cuaca." timpal Thundy datar.
Sebenarnya dia berniat tulus membantu, tapi itu justru malah membuat Alpha semakin frustrasi sampai ingin loncat ke laut dan berenang ke dasar samudra.
"Alpha, yang barusan itu apa? Kamu lagi dengerin radio ramalan cuaca?"
Karena merasa tidak ada gunanya menyela, Alpha memilih untuk duduk diam dan menghela nafas.
"OOH, AL, OOH!"
"Ron, kamu nggak apa-apa? Kebanyakan nonton film India?"
"Tinggal tiga menit tersisa sebelum badai datang."
Mathias pun ikut ambil bagian. "Al, kuat juga minumnya! Mau nambah bir lagi nggak? Gue ambilin deh! Eh, oper daunnya dong!"
"BACOT LU SEMUA!" pekik Alpha stress.
Bonus:
Sore itu seisi markas sedang dilanda kepanikan massal karena...
"Tei, gawat! Kucing lu ngamuk! Dia ngobrak-abrik perpus gara-gara ada anak kecil berambut hitam-putih!"
"HAH?!"
To Be Continue, bukan Topping Berry Candy (?)...
Au dah, yang penting jadi... -w-/
Review! :D
