Balas Review! :D
StrideRyuuki: Sebenarnya ada sih, cuma males jelasin aja... -w-/ Oh, kalau mau add FB kasih tau namanya dulu biar bisa dikonfirm! ^^/ *dia biasa mengabaikan friend request kalau nggak begitu kenal.* Yah, ini udah lanjut! :D
RosyMiranto18: Aku sih berani-berani aja liat sapi dipotong, cuma lagi males aja... .w.a
Teiron: "Aku tak sengaja lewat di depan TK di kota dan ngeliat dia di sana..." TwT
Raimundo: "Seppuku? Apa itu? Nama hewan?"
Salem: *sweatdrop.* "Sepertinya bukan itu..."
Tumma: "Tidak-tidak, mereka hanya mengintip cowok-cowok keren di onsen kok, tidak lebih..." :p
Rudolph (dan Hero Rare lainnya) dijual seharga 15.900 Gcash dan kalau dijadikan rupiah (seribu Gcash itu sepuluh ribu rupiah), jumlahnya jadi 160 ribu (kalau dibulatkan)... .w./
Luthias: "Percayalah, kau tidak akan tau seberapa repotnya dengan mereka!"
Giro: "Entah siapa yang bikin ledakan itu, sepertinya dia orang yang mengerikan!" .w.
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Kejadian sebelumnya:
Sore itu seisi markas sedang dilanda kepanikan massal karena...
"Tei, gawat! Kucing lu ngamuk! Dia ngobrak-abrik perpus gara-gara ada anak kecil berambut hitam-putih!"
"HAH?!"
Chapter 60: Another Cat Become Human, WHAT?!
Teiron sedang frustasi setelah mengetahui bahwa Hato menjadi guru TK karena tak sengaja melihatnya sendiri saat melewati sebuah TK di kota.
Dan sekarang dia malah makin stress setelah mendengar kalau kucingnya mengamuk.
Perpustakaan yang semula rapi langsung berubah layaknya kapal pecah.
Tembok penuh bekas cakaran, buku-buku berserakan dan sebagian di antaranya tercabik-cabik, serta meja dan kursi yang jungkir balik.
Tapi yang lebih mengerikan dari semua itu...
Tsuchi memojokkan seorang anak kecil berambut hitam-putih sambil mengeluarkan aura hitam pekat dari tubuh dan 'cakar'-nya.
Teiron melirik Maurice selaku orang yang memanggilnya tadi. "Sekarang jelaskan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
~Diskriminasi~
"Dia jadi begitu karena merasa di-diskriminasi..." gumam Maurice menceritakan kejadian sebelumnya.
-Flashback-
"Paman Maurice, aku heran deh!"
"Heran kenapa?"
"Aku dan Kak Hato kan dulunya anjing dan bisa bicara setelah jadi manusia, tapi kenapa Tsuchi yang dulunya kucing masih mengeong walaupun udah berubah?"
Webek, webek...
"Errr, Nigou... Sebaiknya kamu jangan bahas itu dulu deh..."
"Kenapa?"
"Dia merasa di-diskriminasi tuh!" Maurice menunjuk Tsuchi yang garuk-garuk tembok dengan 'cakar'-nya di pojokan disertai aura suram.
Nigou yang melihat itu langsung merinding. "Errr, baiklah..."
Kemudian seorang anak kecil mendatanginya.
"Kak, Kakak tidak apa-apa?" tanya anak itu bingung.
Tsuchi menatap tajam anak itu dan aura-nya malah semakin pekat.
'Waduh, gawat nih!' batin Maurice yang buru-buru kabur untuk mencari Teiron.
-Flashback End-
"Ya gitu deh..."
~Is He Angry at Me?~
(Someone POV)
Padahal aku tidak tau apa-apa! Tapi kenapa dia jadi seperti itu?
'Kau harus lenyap dari sini!'
"Tu-tunggu dulu Kak, a-aku tidak mengerti!"
'Aku iri pada kau, Kak Hato, Nigou! Kenapa kalian bisa bicara bahasa manusia, sementara aku sendiri masih mengeong?!'
Kak Tsuchi iri dengan itu?
'Sekarang aku tidak akan membiarkanmu hidup!'
Aku harus bagaimana?!
~Obat Bius~
(Back to Normal POV)
"Sekarang bagaimana?" tanya Maurice meminta saran. "Kita tidak bisa membiarkan ada pembunuhan dan kehancuran massal di sini!"
Teiron sedang berpikir untuk mencari jalan keluar.
"Apa yang terjadi di sini dayo?" tanya Musket yang kebetulan lewat.
"Ah, kebetulan! Bisa ambil senjatamu sebentar?"
"Buat apa dayo?"
"Ini penting! Nanti kujelaskan!"
Setelah itu...
"Memangnya ada apa dayo?" tanya Musket setelah kembali dan membawa senjatanya.
"Nah!" Teiron melempar sebuah benda ke Musket. "Tembak Tsuchi dengan itu!"
"Eh?!" Maurice dan Musket langsung shock.
"Daripada entar malah bikin hancur lebih parah, mending dibius dulu!"
"Errr... Baiklah..."
Musket memasukkan benda itu ke dalam senjatanya dan mulai membidik.
'Ini hanya satu kali kesempatan! Harus tepat sasaran!'
Satu tembakan dilepaskan dan obat bius itu menancap tepat di leher Tsuchi yang langsung pingsan.
"Setidaknya lebih baik..." gumam Teiron sambil menghampiri anak itu dan membawanya pergi.
"Sekarang kamu ikut kami sebentar!" Maurice membantu anak kecil itu untuk berdiri dan menuntunnya ke ruang tengah.
~The Child is...~
Sekarang terdapat seorang gadis kecil berambut hitam-putih dengan potongan rambut pendek, bermata abu-abu gelap dengan pupil seperti kucing, telinga dan ekor kucing berwarna hitam, baju sailor berkerah kuning dengan pita merah, rok kuning, beserta sepatu hitam dan kaos kaki putih yang sedang duduk di sofa ruang tengah dan dikerubutin beberapa orang.
"Siapa namamu, nak?" tanya Grayson.
"Aku Flore Blanca Noir..." jawab anak itu polos.
Webek, webek...
"Tunggu, Flore tuh bukannya yang..." tanya Daren agak menggantung.
"Kucing kecil itu?" sambung Rendy.
Webek, webek...
"WHAT?! FLORE PUN IKUTAN JADI MANUSIA?! GIMANA BISA?!" pekik sebagian orang shock.
Flore menunduk. "Ceritanya panjang..."
"Tapi kamu ini imut lho!" Bibi Rilen mencubit pipi Flore karena gemas.
"Iiih Nenek, jangan gitu ah!" seru Flore tidak nyaman.
Bibi Rilen malah makin gemas mencubiti Flore. "Kamu ya, Bibi ini sudah setua apa sampai kamu panggil 'Nenek'?"
"Iiih, udah ah!"
'Kurasa ini akan semakin panjang...' batin Teiron risih sambil menghela nafas. "Bibi, bisa lepaskan dia?"
"Oh, baiklah..." Bibi Rilen berhenti mencubiti Flore.
"Flore, sekarang ceritakan bagaimana kau bisa berubah seperti ini!"
"Soal itu..."
~Mama~
Setelah penjelasan mengejutkan kemudian...
"Flore, kalau Teiron jadi papa-mu, yang jadi mama-mu siapa?" tanya Silica.
"Mama?" Flore berpikir sejenak. "Aku belum tau..."
"Setidaknya pilih salah satu perempuan di sini untuk jadi mama-mu, kalau perlu yang paling dekat dengan papa-mu."
Ups! Sepertinya Adelia secara tidak langsung mengusulkan Lisa untuk menjadi mama-nya Flore.
Setelah itu...
"Permisi..."
"Ya?" Lisa yang sedang memasak dengan Teiron menengok. "Ada apa, Flore?"
"Apa Lisa... boleh kupanggil Mama?"
TRAAAAAANG!
Teiron langsung menjatuhkan loyang kosong ke lantai saking kagetnya mendengar itu.
"Ma-mama?" tanya Lisa agak kaget.
"Iya! Kalau bukan Mama Lisa yang paling dekat dengan Papa, lalu siapa lagi?"
Teiron mengambil loyang yang dia jatuhkan dan melirik Lisa dengan tatapan 'Siapa yang mengusulkan semua ini?!' dengan wajah horror, kemudian menaruh loyang di atas meja dan mijit kening dengan tampang frustasi.
"Jadi... Boleh atau tidak?"
Lisa tersenyum lembut dan mengelus kepala Flore. "Boleh saja sayang, kenapa tidak?"
"Yeay!" Flore memeluk Lisa dengan erat. "Aku sayang Mama!"
"Kami juga sayang padamu, Flore..." Lisa melirik Teiron. "Iya kan, Tei-kun?"
Teiron malah memasang senyum canggung. "I-iya..."
Lisa menahan tawa. "Itu terdengar meragukan!"
"AKU JUGA SAYANG PADAMU, FLORE! SEKARANG KAU PUAS?!" pekik Teiron panik dengan muka merah padam.
"Papa kenapa panik begitu?"
"Abisnya mama-mu maksa sih!"
Alpha yang mengintip dari pintu dapur langsung kabur untuk ngakak sepuasnya, tentunya setelah memotret beberapa momen barusan.
Bonus:
Emy lagi badmood.
Niatnya minta pelukan malah dikasih hantaman buku tebal di wajah.
"Thun-kun jahat!"
"Orang kayak lu emang pantes dijahatin!"
Emy tambah manyun, kemudian dia balik badan dan berniat pergi ketika mendapat pelukan dari belakang.
"Bodoh! Cantik-cantik kok baper?"
(Ingat! Kiamat nggak bakalan mempan kalau Thundy yang bilang cantik ke Emy!)
Emy tertawa kecil dan membalas pelukan pacarnya yang sudah memerah. "Thun-kun mah gitu!"
Meanwhile...
"Kalian di sini dulu, gue mau masuk ke dalem!" perintah Ethan sambil membuka pintu Presidental Suite (alias kamar khusus si ketua squad).
"Hey, bisa bicara seben- tar?"
Dia malah melihat sebuah pemandangan absurd berupa si ketua Garuchan yang sedang tidur di lantai kamarnya beserta Luthias yang memojokkan Giro.
Giro yang menyadari keberadaannya langsung mendorong Luthias sampai terjungkal. "Ada apa, Ethan-pyon?"
"Gue cuma mau ngomong sama ketuanya doang!"
"Bentar!" Giro menghampiri gadis itu dan menyenggol sedikit tubuhnya dengan kaki. "Oy, bangun! Ada yang nyari tuh!"
"Ngh... Hoaaaam..." Girl-chan bangun dan menguap, kemudian melirik sebal ke arah orang yang membangunkannya. "Apaan sih?"
"Noh!" Giro menunjuk Ethan.
"Kenapa ya?" tanya si ketua Garuchan sambil mengucek mata.
"Sepupu gue pada mau nginep di sini!"
"Berapa orang?"
"Tujuh!"
"Yah, serah sih..." gumam gadis itu sambil balik tidur tanpa pindah ke kasur (alias mager).
"Dia kenapa ya?" tanya Ethan bingung.
"Dia agak capek ngurus beberapa hal yang tidak perlu kau ketahui!" balas Luthias yang baru bangun sambil menggotong Girl-chan dan meletakkannya di atas tempat tidur. "Lagipula, dulu saudara-saudaraku juga pernah ke sini! Sembilan orang! Bahkan Aniki juga pernah mengundang teman-temannya sampai sekampung!"
Ethan hanya bisa kicep mendengar itu.
To Be Continue, bukan Tulalit Berbelit Cepirit (?)...
Serah dah, gue cuma bisa nulis segini doang... -w-/
Entah kenapa gue nggak kuat nahan tawa pas nulis bagian terakhir, fluffy sangat! :V a
Sengaja ganti cara manggil Flore ke beberapa orang biar lebih gimana gitu dah... -v-a
Review! :D
