Balas Review! :D
RosyMiranto18: Aku tidak yakin... .w.a
Raimundo: "Err, oke..." ._.
Luthias: "Dia tidak akan memberitahumu, Enara! Dan bicara soal Kopen, aku juga tidak bisa membayangkan kalau itu sampai beneran terjadi..." =w="
Thanks for Review! :D
I'mYaoiChan: Itu rahasia Mathias! :p
Tsuchi: *menunduk takut.*
Flore: *merasa prihatin dari kejauhan.*
Makasih Review-nya! :D
Happy Reading! :D
Special Chapter: Hidden Screen Part 3
I'm back with some hidden screen again... -w-/
Screen 11: Ini bukannya... (Sebelum Chapter 'Chaotic Art')
"Kau suka menggambar ya, Kaichou?" tanya Luthias saat memperhatikan gadis itu sibuk membuat sketsa yang masih belum jelas.
"Yah, begitu deh..." balas gadis itu seadanya.
"Boleh liat?"
"Tuh!" Dia menunjuk kumpulan buku yang tersusun rapi dengan ujung pensil.
"Qujanaq!" Luthias mengambil salah satu buku dan pergi.
"Hmm, lumayan juga sih, walaupun terlalu sederhana..."
"Itu apaan?" tanya Teiron yang muncul dari belakang sambil makan cupcake.
Luthias menengok. "Gambar Kaichou!"
Teiron duduk di sebelah Luthias dan ikut melihat.
Tapi begitu sampai di sebuah gambar...
"Ini..." Teiron langsung tercengang.
"Bukannya..." Luthias hanya bisa cengo.
"Kaichou, sama Mathias/Aniki, ciuman?"
Well, yang udah baca Chapter 'Chaotic Art' pasti tau maksudnya!
"Kok firasatku buruk ya?"
"Sama, jangan-jangan..."
Mereka berdua langsung menelan ludah begitu merasakan aura hitam yang sangat pekat dari belakang.
"Omaera..."
Setelah itu...
"Mereka berdua kenapa?" tanya Mathias kaget begitu melihat Teiron dan Luthias tepar dengan kepala benjol.
"Tidak ada apa-apa kok, Mathy!" jawab Girl-chan sambil merapikan bukunya dan memasang senyum tanpa dosa (yang masih diselimuti aura hitam).
Mathias yang merasakan aura itu memilih untuk diam karena tidak mau mencari masalah. "Errr, oke..."
Screen 12: Sebulan yang lalu... (Setelah Chapter 'Four Leaf of Life')
Tumma meminum kopi yang entah siapa yang meletakkannya dan sejak kapan berada di dekat makam Mocha dan teringat kejadian sebulan sebelumnya.
Saat itu Tumma sedang tidak ingin keluar kamar karena mengurus musangnya yang sakit.
"Kau tidak membawanya ke dokter hewan, Tum?"
"Tidak ada klinik hewan dekat sini, kalau yang ada sekarang sih cukup jauh dari sini..."
Arie hanya manggut-manggut dan keluar kamar.
Manik amethyst itu melirik Mocha yang terbaring lemah di tempat tidurnya dengan tatapan sedu.
"Maafkan aku, Mocha..."
"Nyaw!"
Yang bersangkutan tersentak sesaat dan menengok ke arah sang pemanggil.
"Kau sedang apa di sini, Tsuchi?" tanya Tumma.
"Nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw?"
"Aku hanya memikirkan Mocha..." Dia meletakkan tangannya di atas makam Mocha. "Aku masih merasa bersalah atas kematiannya..."
"Nyaw nyaw!" seru Tsuchi. "Nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw, nyaw!"
"Kau benar..." Tumma tersenyum tipis dan mengusap kepala Tsuchi. "Terima kasih..."
Mereka berdua pergi meninggalkan makam.
Tanpa disadari, ada sesosok roh berbentuk makhluk mungil yang mengawasi dari dekat makam dan mulai menghilang.
Screen 13: Naya's First Day (Setelah fic 'The Long Lost Big Sister' dan pertengahan awal Chapter 'Daily Life of The Blind Girl')
Salem baru selesai mandi ketika melihat kakaknya baru bangun.
"Kak, sudah bangun?"
"Ya."
Setelah itu...
Edgar sedikit gelagapan begitu mendapati Naya duduk di sebelahnya saat sarapan.
"Kak-"
Mulut Edward segera dibungkam kakaknya dengan telunjuk sebelum dia sempat memanggil.
Semua orang langsung kebingungan dengan kelakuannya. 'Dia kenapa coba?'
"Salem, tadi ada yang aneh ya?" tanya Naya setelah sarapan.
"Yah, temanku yang duduk di sebelah Kak Naya nggak mau bicara entah karena apa..." jelas Salem risih.
Screen 14: Obrolan Kecil dan Awal Mula Flore jadi Manusia... (Prequel Chapter sebelumnya)
"Katanya Tumma abis masuk rumah sakit, gara-garanya napa sih?" tanya Edgar penasaran.
"Kata saudaranya Luthias sih abis dicekik preman, tapi kurang tau juga deh lengkapnya! Mending lu tanya aja sama Arie, itupun kalau dia lagi nggak badmood!" usul Ikyo.
Edgar mengangkat alis. "Emang dia pernah badmood?"
"Pernah sekali, waktu dia nggak sengaja denger Marin bilang Tumma tuh ogre gadungan, sampai tuh cewek dijadiin sasaran tembak sama dia..." jelas Thundy datar.
'Itu mah bukan badmood lagi, tapi udah masuk level kejam!' batin kedua temannya shock.
Sementara itu, Monika dan Alisa sedang gabut di kamar Emy dan entah karena apa, mereka malah saling melempar benda di sana.
Tanpa diduga, Alisa mengambil salah satu botol ramuan Emy dan melemparnya ke Monika.
Monika bisa menghindari ramuan itu, tapi botolnya pecah saat menabrak tembok dan isinya tumpah mengenai Flore yang kebetulan berada di dekatnya.
Pooooof!
Tiba-tiba asap mengepul di dalam kamar itu dan mereka berdua bersusah payah mencari sesuatu untuk menghilangkan asap.
Emy yang baru datang langsung kaget dan segera menyalakan kipas angin.
Begitu asap menghilang, Emy tambah kaget melihat kamarnya yang hancur lebur dan juga...
Terdapat seorang anak kecil yang tertidur di sudut kamarnya.
"Apa yang baru saja terjadi di sini?!" tanya Emy sangar dan menunjuk anak tadi. "Dan jelaskan siapa anak di situ?!"
Kedua saudara sepupu itu langsung kicep.
"Ka-kami saling melempar barang dan Alisa tak sengaja melempar salah satu ramuanmu..." jelas Monika gelagapan. "Kalau soal anak itu, kami tidak tau!"
Emy hanya menghela nafas capek. "Bereskan semua ini!"
"Ba-baik..."
Setelah selesai beres-beres, ketiganya mengobrol dengan serius.
Tapi tanpa mereka sadari, anak itu terbangun dan pergi keluar kamar.
"Tadi ada orang lain nggak selain kalian?" tanya Emy.
"Nggak ada sih, tapi tadi Flore ngikutin ke sini..." jawab Alisa.
"Tunggu, jangan bilang kalau anak yang tadi itu dia?!" pekik Monika yang baru ngudeng. "Perlukah kita kasih tau Teiron untuk ini?"
"Jangan! Dia lagi stress gara-gara Hato, kita tidak boleh menambah masalah untuknya!" seru Emy.
"Tapi ngomong-ngomong, anak itu pergi kemana?" tanya Alisa yang merasa janggal.
Kedua gadis lainnya langsung shock karena ternyata anak tadi menghilang begitu saja.
"Aku punya firasat buruk untuk ini..." gumam Emy.
Screen 15: Another Tragedy (Fic 'Tragedi Malam Jumat')
Ketika mereka sedang asik main Uno, Rendy merasakan aura tidak enak.
Tiba-tiba mereka didatangi sesosok hantu yang sukses membuat Rendy kaget.
"HUWAAAAAAAAAAAAA!"
Semua orang langsung kaget dan ikutan teriak.
"HANTU APA ITU?!"
"PANGGIL PEMBASMI HANTU!"
Dan yang lebih buruk lagi...
SYUUUUUUUUNG!
Muncullah sebuah benda melayang entah dari mana dan sukses membuat mereka semua tia-
CRAAAAT!
Kecuali satu orang yang nggak nyadar.
Salem yang baru datang setelah 'hajatan' di toilet menyadari sesuatu menggelinding di bawah kakinya dan langsung pingsan begitu melihat benda apa itu.
Giro mengambil benda itu dan memberikannya ke Mathias yang segera memasang benda itu pada tempatnya.
Beberapa menit kemudian...
"Nah, sudah!" Mathias menepuk tangannya setelah selesai memasang perban pada leher adiknya.
"Sal, kau baik-baik saja?" tanya Arie sambil menoel Salem yang masih pingsan.
"Biarkan dia dulu untuk sejenak, nanti juga bangun..." usul Rendy seadanya.
Bonus:
"Hey! Oooy! Ayo cepat bangun, Salem!" Suara seorang gadis beserta ketukan tongkat membangunkan Salem dari tidurnya. "Kau punya keberanian untuk tertidur selama pidatoku!"
'Aku tak sengaja tertidur di perpus dan begitu terbangun...'
"HIIIEEEEEEEEEEEEEEEEH?!"
To Be Continue, bukan Truth Behind Clan (?)...
Aku agak bingung mau gimana lagi, tapi ya sudahlah... -w-/
Ada yang bisa tebak referensi di bagian bonus dari mana? Silakan dijawab! :V /
Review! :D
