Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Ahaha... :V

Salem: "Kalau cewek yang biasa aja mah mau! Lha, kalau ceweknya malah temen-temen gue yang berubah gender begini sih ogah banget!" =w=a

Makasih Review-nya! :D

StrideRyuuki: Iya, ini udah lanjut kok! ^^'/ (Kapan nih orang satu bisa Review panjang? Rada bosan gimana gitu deh...)

RosyMiranto18: Baiklah... .w.

Salem: "Setidaknya hanya mimpi..." =w=

Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 62: Flore Daily with Others


Flore memperhatikan Tsuchi sedang dimarahi Hato dari kejauhan.

Dia merasa bersalah dan sangat mengerti perasaan kakaknya, karena itu dia bertekad minta maaf.


~Berdamai~

"Kak Tsuchi masih marah?" tanya Flore agak khawatir begitu melihat Tsuchi yang meringkuk di pojok perpustakaan dengan aura suram.

"Flore, sebaiknya kamu biarkan dia sendiri dulu untuk sementara..." usul Ashley sambil menuntun anak itu pergi.


Teiron menghampiri Tsuchi dengan perasaan tidak tega.

"Tsuchi..." Dia berjongkok dan mengelus kepala anak itu. "Dengar, aku tau kau masih kesal, tapi aku perlu memberitahumu sesuatu. Flore sama sepertimu dulu, masih polos dan belum tau perihnya kehidupan manusia. Kau harus membimbingnya agar dia terbiasa dan bisa menerima kenyataan, karena dia menganggapmu sebagai kakak. Kau bisa melakukannya kan?"

Tsuchi mengangguk pelan dan mengusel kepala di dada 'papa'-nya.

Teiron tersenyum lembut dan menepuk kepalanya. "Sekarang temui dia dan minta maaf, oke? Dia tidak akan marah kok!"


Tsuchi menemukan Flore sedang adu tatapan dengan Kopen di ruang makan.

"Nyaw..."

Mereka berdua menengok.

"Meong!"

"Hay Kak!"

Tsuchi mendekati Flore dan langsung memeluknya dengan erat.

"Kak?"

"Nyaw, nyaw nyaw..."

"Aku juga minta maaf Kak, aku juga merasa bersalah karena kejadian tadi..."

"Nyaaa..."

"Meong~" Kopen hanya tersenyum riang melihat momen mengharukan itu.


~Height~

"Gue heran deh sama Tsuchi!" ujar Monika.

"Heran kenapa?" tanya Alisa penasaran.

Monika memasang tampang berpikir. "Perasaan kemaren dia masih setinggi Nigou deh, tapi kenapa sekarang malah tambah tinggi? Hampir nyamain Alexia pula!"

Alisa hanya angkat bahu. "Nggak tau juga deh..."


Di sisi lain...

Alexia sedikit mengerutkan kening ketika berhadapan dengan Tsuchi yang 'hampir' menyamai tingginya. (Note: Alexia tingginya 155 senti dan tinggi Tsuchi cuma nambah 13 senti dari tinggi awalnya yang 140 senti.)

"Aku tidak mengerti bagaimana caranya kau bisa tumbuh tinggi dalam sehari..."

"Nyaw nyaw..."

"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi kuanggap saja kalau kau juga tidak tau soal itu..."

Tsuchi mengangguk setuju dengan perkataan Alexia barusan.


Meanwhile...

"Yang tegak ya!" perintah Yuki sambil menurunkan meteran yang menempel di dinding perpustakaan sampai mentok di kepala Flore. "Hmm, 135 senti..."

"Ini untuk apa?" tanya Flore.

"Mengukur tinggi badanmu!" jawab Yuki singkat.

Kemudian muncul Nigou dari balik pintu dan Flore segera bersembunyi di belakang Yuki.

"Flore, sudahlah! Itu hanya Nigou!"

Tapi itu malah membuatnya tetap bersembunyi. "Aku... Takut..."

Yuki yang menyadari sesuatu melirik Nigou sesaat. "Maaf ya Nigou, sepertinya dia takut padamu..."

"Oh, baiklah..." Nigou segera keluar dari perpustakaan.


~Kardus~

"Flore, kau dimana?"

"Aku di sini, Papa! Tolongin dong!"

Teiron menengok ke sudut ruang tengah dan langsung sweatdrop begitu melihat Flore terjelembab di kardus lamanya, kemudian dia menghampiri anak itu dan membantunya keluar. "Kardus itu terlalu kecil untuk ukuran tubuhmu!"

"Tapi, aku maunya tidur di dalam kardus!" Anak itu memelas di hadapan 'papa'-nya.

Teiron hanya bisa menghela nafas capek. "Aku akan carikan kardus yang lebih besar di gudang!"


Beberapa menit kemudian...

"Ngapain, Ron?" tanya Arie yang melihat anak berambut merah itu di gudang.

"Nyari kardus buat Flore, tuh anak maunya tidur di dalam kardus!" balas Teiron sambil mengobrak-abrik tumpukan kardus.

"Mau kubantu?"

"Yah, boleh saja sih..."


Arie mengambil kardus kipas angin. "Ini bagaimana?"

"Terlalu tinggi!"


Arie kembali lagi dengan kardus TV layar lebar. "Kalau ini?"

"Kurang besar!"


Kemudian Arie malah membawa kardus seukuran gelas. "Yang ini?"

"Itu malah lebih kecil dari kardus lamanya, Arie!" Teiron langsung facepalm.

Sepertinya Arie nggak ngudeng soal dunia perkardusan (?).


"Sebaiknya kau panggil saja Flore ke sini!" perintah Teiron yang kelewat frustasi.

"Oke!" Arie segera keluar dari gudang.


"Sekarang kamu cari sendiri kotak yang pas dengan ukuran tubuhmu!"

Flore berkeliling gudang sebentar dan menemukan sesuatu, kemudian dia mendorong sebuah kardus sebesar rak buku berukuran sedang.

"Apa itu tidak terlalu besar?" tanya Teiron yang sweatdrop bareng Arie.

"Ini cukup untukku kok!" balas Flore.

"Ya sudah, ini mau diletakkan di kamar Papa atau di tempat biasanya?"

"Yang kedua!"


Setelah itu...

"Kalian ngapain bawa kardus sebesar itu ke sini?" tanya Reha sweatdrop begitu melihat Teiron dan Arie membawa kardus tadi ke ruang tengah.

"Permintaan Flore!" balas Teiron singkat sambil meletakkan kardus itu ke sudut ruangan.


"Siapa yang letakin kardus di sini ya?" tanya Moku sambil berusaha mengangkat kardus itu.

Tapi tanpa diduga, kepala Flore menyembul keluar dari dalam kardus. "Papa ngapain?"

Moku langsung kicep mendapati telinga kucing Flore dan berusaha tetap tegar. "Maaf nak, tapi aku bukan Teiron..."

Flore hanya ber-'oh' ria.

"Aku akan pergi, lanjutkan saja tidurmu ya!" Moku mundur perlahan dan keluar.

Kemudian terdengar teriakan menggelegar dari Moku.

'Dia kenapa ya?' batin Flore bingung.


~Vaksin~

Bibi Rilen sedang menuntun Tsuchi dan Flore untuk mencegah mereka kabur saat diberi vaksin.

"Nah, siapa yang mau divaksin duluan?" tanya Silica.

Flore maju perlahan dan mulai mendekati Silica.

"Tahan ya!"

Flore mengangguk dan berusaha menahan sakit saat jarum suntik menusuk lengannya.

"Nah, sekarang giliran Tsuchi ya!"

Tsuchi yang ketakutan bersembunyi di belakang Bibi Rilen.

"Jangan takut sayang, ini kan demi kebaikanmu juga!" hibur Bibi Rilen.

"Iya Kak! Memang sakit sih, tapi kalau Kakak kuat pasti tidak akan terasa!" timpal Flore.

Tsuchi mulai maju perlahan untuk mendapat vaksin.


Setelah itu...

"Karena kalian sudah menjadi kucing yang baik, ini untuk kalian!" Bibi Rilen memberikan dua snack kucing untuk mereka.

"Makasih Nenek!"

"Nyaw~"


~Akrab~

"Flore, ayo tos!"

"Jabat tangan!"

"Bilang 'Alpha keren'!"

"Paman Alpha keren!"

"Ohoho, iya dong~"


"Papa, Paman Alpha keren kan?" tanya Flore.

"Iya sayang!" jawab Teiron dengan senyum tipis dan aura hitam. 'Sikampret...'

"Aku lupa bilang kalau Kak Al pernah jadi dog trainer..." bisik Lisa dengan senyum miris.


~Flore dan Orangtua Lisa~

"Lis, besok pulang dulu yuk!"

"Hmm, ayo aja deh Kak Al..."

"Tapi bawa mereka juga ke sana!"

"Mereka?"


Keesokan harinya...

"Yang bener aja lu Al, buat apa gue harus ngunjungin ortu lu sambil bawa Flore?!" tanya Teiron sebal.

"Biar akrab aja, soalnya entar mereka bakalan kaget kalau nanti berkunjung dan ngeliat Flore manggil Lisa 'Mama'!" balas Alpha sambil nyengir.

"Cih, serah lu aja!"


Setelah lima belas menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah keluarga Kikuni.

"Ah, akhirnya kalian pu- Siapa anak itu?" tanya Anisa yang menyambut mereka saat melihat Flore ngumpet di belakang Teiron.

"Dia anaknya Lisa, Bu!" jawab Alpha watados. "Nah Flore, kenalan sama nenekmu ya!"

"Eh, tunggu dulu! Sejak kapan kalian-"

"Ja-jangan salah paham dulu, Bu! A-aku akan jelaskan nanti!" potong Teiron panik.

"Oooh, baiklah..." Anisa tersenyum lembut ke Flore. "Ayo sini sama Nenek, di dalam banyak makanan lho!"

"I-iya, Nek..."


"Flore, kamu tidak makan?" tanya Anisa begitu mendapati Flore tidak menyentuh biskuit yang ada di atas meja.

Flore menggeleng pelan dan memelas. "Tidak ada ikan..."

'Dia masih memiliki sifat kucingnya...' batin Teiron risih sambil mengusap pelan kepalanya.

Kemudian datanglah Yato yang baru pulang. "Halo semua! Wah, ada tamu rupanya!"

"Flore, kamu kenalan sama kakekmu ya!" pinta Anisa.

Flore melepaskan dekapan pada 'papa'-nya dan mulai mendekati Yato. "Sa-salam kenal, Kakek..."

"Kakek?" Yato mengangkat alis.

"Dia anaknya Lisa, tapi Teiron belum mau menjelaskannya!" jelas Anisa.

"Oooh..." Yato mengacak-acak rambut Flore. "Tapi kenapa dia punya aksen kucing ya?"

"Aslinya dia memang kucing..." gumam Teiron yang berusaha menahan malu.

"Hmm, menarik..."


~Foto Bareng~

"Makasih udah mau foto bareng, entar ditraktir snack rasa ikan salmon ya!" ujar Salem pada sebuah event.

"Oke, Paman!" balas Flore.

"Pfffft!" Entah kenapa Tumma malah menahan tawa setelah memotret mereka.

"Paman Tumma kenapa?" tanya Flore bingung.

"Nggak kok..." jawab Tumma yang masih menahan tawa, sampai akhirnya dia nggak kuat. "Puh... Ihihihi... Khukhukhukhu..."

"Paman Tumma ketawanya jelek ih!" celetuk Flore.


Mau tau kenapa Tumma ketawa?

Karena tak taunya...

"Jadiin PP FB ah, biar nggak keliatan jones ba-"

Foto itu memperlihatkan Flore yang berpose peace dengan tangan kanan dan mengancungkan jempol dengan tangan kiri beserta Salem yang berpose membentuk setengah hati dengan tangan kiri.

Dengan kata lain, friendzone pose.


~Berani~

Suatu hari, Luthias dan Margrethe (si personifikasi pulau Zealand yang biasa dipanggil Margie) sedang menonton berita tentang kasus kekerasan dan pemerkosaan terhadap wanita.

"Zea-san, kamu juga harus hati-hati lho! Kamu kan sering pulang sendirian, udah gitu cantik pula!" nasihat Luthias sambil mengelus Kopen.

"Aku? Nggak takut tuh sama begituan!" balas Margie yang tiduran di sofa.

"Kok bisa sih?" tanya Luthias heran.

"Lho, belum tau ya? Gini-gini aku juara bela diri internasional lho!" jawab Margie sambil turun dari sofa dan meminta Luthias geser. "Geser dong!"

"Meong!" Kopen menghampiri Margie.

"Kok aku nggak tau ya? Hebat dong!" ujar Luthias kagum.

"Iya dong! Green-kun nggak pernah nanya sih!" Margie mengangkat Kopen dengan senyum bangga. "Kopen~"

"Meong!"

"Pokoknya, kalau ada teman kamu yang macam-macam, kasih tau aku! Nanti aku tendang bokong mereka dan injak-injak 'burung' mereka sampai habis!" nasihat Margie dengan aura api di tubuhnya.

"Meeoooooong!" Kopen malah ketakutan.

"Lho lho, Kopen kenapa?" tanya Margie bingung.

"Kamu terlalu serem sih! Aku kan juga takut jadinya!" balas Luthias sedikit merinding.


~Trotoar~

"Heh, lu pikir nih trotoar punya nenek moyang lu apa?! Motor gue lecet tau disenggol sama lu!" omel seorang pengendara motor ke Margie.

Bets!

Margie mengangkat orang itu dan...

GUBRAK!

Membantingnya.

"SALAH SENDIRI JALAN DI TROTOAR! BEGO DIPELIHARA! LU BERANI SAMA GUE HAH?!" bentak Margie.

"A-ampun mbak..."

'Jadi ini alasan kenapa Mathias nggak cemas liat Margie jalan sendirian...' batin Daren kagum.


~Kejar-Kejaran~

Flore melihat Vience yang sedang mengejar Alexia sambil bawa cicak.

"Aaaaaah!"

"Paman!" panggil Flore.

"Wah, penyelamatku~" Alexia berbinar-binar.

"Aku mau melakukannya juga dong!"


Dan pada akhirnya, Vience menggendong Flore ala Superman sambil mengejar Alexia dengan cicak yang dipegang Flore.

"WAAAAAAAAAAAH!"


~Goreng~

"Saphire, kamu jadi ikut Paman belanja kan?" tanya Grayson.

"Iya, bentar dulu!" balas Saphire.

Ceeeeesh!

"Eh? Kamu lagi ngapain sih?" tanya Grayson heran.

"Oh, ini..." Terlihat Saphire yang memakai helm dan memegang tutup panci sebagai tameng karena ternyata...

"Lagi goreng ikan, biar aman!"

"Dasar payah..." gumam Grayson skeptis.


~Confess~

Edgar sedang ngobrol sendiri sambil meluk pohon di kebun.

"Geez... Kau tau aku tidak terlalu bagus dengan ini, Nay... Ini, um... Sial, uh..."

"Argh, menyebalkan! Pokoknya aku sangat mencintaimu, Naya!"

Kemudian dia melakukan sesuatu yang tidak terduga dan...

"Um, Tuan Edgar..."

Dia kepergok Naya.

"Kenapa kamu mencium pohon?" tanya Naya yang berusaha menahan tawa.

"AKU BISA JELASKAN!" pekik Edgar yang wajahnya udah merah padam.

"Baiklah..."


~Jajan~

"Nenek Rilen!"

"Hm?"

"Nenek cantik lho, kayak aku~"

"Hayo, Flore mau minta jajan ya? Bukannya tadi kamu udah jajan ikan mentah di pasar?" tanya Bibi Rilen.

'Kok Nenek bisa tau sih?' batin Flore shock.


Sementara di belakang Flore...

"Kak Mundo, aku minta jajan dong!"

"Tadi kan udah sama kakakmu, jangan korup!"


~Keroncong-an~

"Semua siap?"

"Siap mang!"

"Bengawan Solo~ Riwayatmu ini~"


Kryuuuuuuk~

"Ah elah, udah keroncongan lagi..." keluh Tartagus.


~Festival~

"Tei-kun, Kak Al bawa petasan buat festival lho!" ujar Lisa.

"Ayo, Papa juga ikut ya!" ajak Flore.

"I-iya sayang..." balas Teiron dengan senyum kecil dan semburat merah tipis di wajahnya.

"Yeay!"


"Ron, hati-hati lho! Si Alpha bawa bazzoka tuh!" Maurice menunjuk Alpha yang bawa bazzoka lagi jalan bareng Tsuchi.

"Eh bener juga!" Teiron langsung menengok ke depan dengan kesal. "WOY ALPHA, BAZZOKA-NYA NGGAK USAH DIBAWA JUGA KALE!"


~Kekuatan Terpendam~

"Aku punya tepung, aku punya telur!"

"Ah!"

"HENTIKAN! NANTI BISA DIKIRA PPAP SIMULATOR!" pekik Hato dan Nigou.

"Eh?" Flore langsung kebingungan dengan sekarung tepung di tangan kanan dan sekotak telur di tangan kiri.

"Kamu kuat sekali!" seru Nigou kagum.

"Woof! Kamu nggak pegel, Flore?" tanya Hato khawatir.


~Lupa~

"Ah aku lupa, tadi aku mendesah terlalu keras!" seru Emy teringat sesuatu.

"Emang kenapa?" tanya Thundy bingung.

"Soalnya... Kamar kita kan sebelah kamar Luthias!"


"Greeny, kamu lagi nonton bokep ya?" tanya salah satu saudara Luthias di seberang telpon.

"BUKAN! INI ADA TEMEN KAMAR SEBELAH LAGI BEGITUAN! BERISIK BANGET JIIIR!" pekik Luthias frustasi.


~How to Making Love~

"Ngapain?" tanya Tumma yang melihat Yubi sibuk dengan sesuatu.

"Lagi nyoba 'how to making love'!" jawab Yubi dengan senyum manis.

"Eeeh? Making love?"

"Gini nih caranya! Buat lengkungan seperti ini, terus buat lengkungan baru dengan arah yang berlawanan! Nah, jadi deh!" jelas Yubi yang mempraktekkan caranya dengan kertas dan pensil.

"Ooh, kirain making love yang 'itu'..." gumam Tumma sambil memalingkan wajahnya yang merona.


~Renang~

Suatu hari di kolam renang...

"Jangan lupa pakai pelampung atau ban renang ya, buat jaga-jaga!" nasihat Bibi Rilen.

"Oke sudah!"

Elwa dan Rina membawa pelampung mereka, sementara Emy malah megang dadanya sendiri.


"Bisa nggak 'balon'-nya dikondisikan?! Malu tau!" sembur Elwa sebal.

Emy malah cengengesan. "Hehe, abisnya..."

"Yeaaaaaaay!" teriak Rina yang melompat dari papan loncat.


~Menjenguk~

"Hay Victor, udah sembuh lukanya?" tanya Tumma yang menjenguk Victor di rumah sakit sambil bawa bunga.

"Udah lumayan sembuh kok!" balas Victor sambil meraih tangan Tumma dan melempar bunga yang dibawanya (sampai mengenai wajah Luthias yang berada di belakang). "Nggak usah bawa bunga, kamu di sini aja udah cukup kok! Malah udah langsung baikan!"

PRAAAAAANG!

"BRENGSEK LU YA!" bentak Luthias sambil melempar Victor sampai memecahkan jendela rumah sakit dan membuatnya terjun bebas dari lantai lima. "Bornlock bego! Udah godain orang, pake lemparin bunga ke muka gue segala pula! Macem-macem tuh anak sama gue, Tumma kan udah ada yang punya!"

"I-iya sih, tapi masa dilempar lagi? Kemaren kan juga abis dilempar..." balas Tumma ketakutan.

(Note: Luthias nggak pernah akur sama Victor, jadi jangan heran kenapa dia begitu. Lagian si Victor emang geblek sih! Masa orang udah punya pacar digodain?)


~Salah Kamar~

"Kagetin Flore ah!" ujar Salem sambil membuka pintu sebuah kamar. "Huhu! Flo-"

"Ahn!"

"Ahn, nein!"

"Tahan ya, min elsker~"

"Ahn~ Ugh~"


"Paman Salem lagi bete ya?" tanya Flore bingung begitu mendapati Salem menjedukkan kepalanya ke tembok pojok ruang tengah dengan aura suram.

"Dasar baper!" seru Mathias dengan senyum miris. 'Pasti salah kamar sampe kayak gini, makan tuh netnot!'


~Angguk-angguk~

Ikyo sedang melihat gerakan seekor burung ungu di layar laptop (pinjaman). Tapi perlahan dia mulai mengikuti gerakan burung itu dan...

"SAKIIIT JIWAAA! SAKIIIIIIT JIWAAA!"

"Waaaah, Kyo nge-headbang!" seru Adelia panik.

"Itu mah gerakan si burung sengklek..." timpal Rendy sweatdrop.

Entah kenapa gue pengen ngakak bayangin dia jadi sedeng begitu... :V a *langsung kabur dikejar-kejar Ikyo.*


~Panik~

"Iiih, kecoak! Udah gitu kita di pojok lagi!" seru Vivi panik.

"Dia kayaknya mau bunuh kita! Tuh, tuh!" timpal Lucy ketakutan.

DUK!

Primarin dengan muka datar memukul kecoak itu dengan punggung tangan.

"Woah, Marin ternyata berani!"

"Cool banget, aku nge-fans!"


Padahal di dalam hatinya...

'Refleks gue... Itu tadi deket banget... Kecoaknya mau bunuh gue... Pengen mati... T-tolong... Jantung gue... Panggil ambulan? Nggak perlu amputasi kan? T-tangan gue ternodai... Abis ini mandi kembang tujuh rupa!'

Ternyata sama penakutnya... =w="


~Cosplay~

"Tumma, liat sini deh!"

Yang bersangkutan mengalihkan pandangan dari buku bacaannya dan melihat...

"Memperkenalkan, Minato ARIEsato!"

Saphire dan Alpha yang berpose layaknya sales yang memperlihatkan barang baru beserta Arie yang cosplay jadi protagonis Persona 3 di antara mereka.

"Bagaimana, Tum?" tanya Arie meminta pendapat.

"Errr, lumayan mirip sih... Tapi..." Sepertinya Tumma bingung mau bilang apa.


Sementara di dimensi lain, seorang cowok berambut biru langsung bersin.

(Note: Udah lama pengen bikin ini, tapi nggak kesampaian! Serius, mereka berdua tuh gaya rambutnya mirip lho! :V / Oh iya, nama Arie dibacanya biasa aja tanpa huruf 'e' dan kalau dibikin Jepang jadinya 'Arii'.)


To Be Continue, bukan Tumbuh Besarlah Cintanya (?)...


Flore Blanca Noir (Titan): Satu lagi kucing di squad yang berubah jadi manusia. Anak perempuan bertampang imut dengan kepribadian polos, tapi sayangnya sudah ternodai sejak masih berwujud kucing. Bisa disangka laki-laki jika tidak pakai rok atau gaun karena potongan rambutnya yang kelewat pendek. Lebih suka tidur di dalam kardus. Berbeda dengan Tsuchi, dia tidak bisa akrab dengan Hato dan Nigou.


Terserah terserah, hasilnya emang terlalu random... :V /

Aku hanya berharap ada yang mau gift Hero Ticket, soalnya butuh Anubis dan Titan biar Yubi dan Flore resmi jadi anggota squad... TwT/

Review! :D