Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Soal itu, kau akan melihatnya nanti... .w./
Edgar: "Makasih..." =_=
Makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Yah, aku pikir itu cocok dengannya karena Naya selalu berpikiran positif, tapi...
Salem: "Itu sedikit ironis karena arti nama belakangnya (Al-Qamariah) adalah 'bulan'..." -w-a
Edgar: "Terima kasih untuk hadiahnya, tapi tidak untuk masalah 'itu'..." =_=
Thanks for Review! :D
StrideRyuuki: Aku hanya kepikiran saja mengingat salah satu temanku yang Review fic ini juga tau Persona... .w./ Oh, mereka memang jarang muncul sih... .w.a
Ikyo: "Hah?" =A=
Emy: "Hmm, kalau Thun-kun mau!" :3
Naya: "Terima kasih."
Ini udah lanjut! :D
Happy Reading! :D
Chapter 73: Some Activity
Pokoknya lihat saja... -w-/
~Griffin Guide~ (Timeline: Pertengahan Chapter 'Forgotten Sibling and Blue Griffin'.)
"Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan keliling markas, tapi ada hal yang harus kuurus, jadi cobalah keliling sendiri." usul Girl-chan sambil berjalan pergi.
"Baiklah..." Jean hanya menatap kepergian gadis itu.
Tapi karena bingung harus mulai dari mana, dia berjalan tanpa arah sampai tak sengaja melihat seekor Griffin kecil lewat di depannya.
"Hey..."
Griffin itu menengok dan menghampiri Jean.
"Kau bisa memanduku keliling markas ini?"
Griffin itu mengangguk dan terbang, kemudian Jean mengikutinya sampai mereka tiba di ruang tengah.
Griffin itu menghampiri seorang pemuda berambut biru yang sedang baca buku di sofa dan duduk di sebelahnya.
Pemuda itu berhenti membaca dan menaruh bukunya di atas meja, kemudian mengusap kepala Griffin itu. "Hay Greif!"
"Pe-permisi..."
Pemuda itu menengok. "Oh, orang baru? Ada perlu apa?"
"Hmm, bisa bantu aku keliling markas ini?" pinta Jean agak malu.
Pemuda itu melirik Greif sesaat, kemudian kembali menatap Jean dan berdiri dari sofa. "Tentu!"
Greif terbang dan bertengger di bahu pemuda itu saat menghampiri Jean, kemudian dia menepuk pundak anak itu. "Ayo kita keliling!"
"I-iya, errr..."
"Thundy, kau sendiri?"
"Aku Jean..."
"Nama yang bagus!"
Kemudian mereka terus mengobrol sambil berjalan pergi.
~The Letter and Heartache~ (Timeline: Setelah bagian bonus di Chapter sebelumnya.)
Manik coklat pemuda pirang itu mulai terbuka dan menerawang sesaat, kemudian menyadari kalau dia sedang berada di kamarnya.
'Sejak kapan aku di sini?'
Dia berusaha bangun dan bersandar di kepala ranjang. Tanpa diduga, ingatan tentang surat yang dia baca sebelumnya kembali muncul di pikirannya dan membuat kepalanya terasa sakit.
"Alexia?"
Yang bersangkutan menengok dan mendapati Musket berdiri di depan pintu yang terbuka dengan membawa makanan di atas nampan.
"Kau tidak apa-apa, dayo?" tanya Musket sambil menghampirinya. "Kau beruntung karena Red, Rone, dan Aka melihatmu dan memberitahu kami..."
"Begitu ya..."
"Aku akan meninggalkan makanannya di sini..." Musket meletakkan nampan makanan yang dibawanya di atas meja. "Kau bisa makan sendiri kan, dayo?"
Alexia hanya mengangguk. Musket pergi keluar kamar dan menutup pintu.
Setelah temannya pergi, dia memeluk lutut dan menangis sesegukan.
"Ibu... Kenapa..."
Krieeet!
Pintu kembali dibuka dan terlihat kedua kakaknya di sana.
"Kalian..."
"Tadi kau menemukan kotak di gudang ya?" tanya Exoray memastikan.
Anak itu hanya mengangguk.
Sang kakak sulung hanya menghela nafas panjang. "Maaf kami tidak memberitahumu sebelumnya... Aku takut kau belum siap menerima kenyataan yang sudah lama kami sembunyikan, apalagi kau punya penyakit jantung sejak tiga tahun yang lalu..."
Alexia kembali mengangguk dan menunduk sedih. "Yah..."
"Otou-chan..." Lucy mendekati adiknya dan mengusap rambut pirang itu. "Maaf telah membuat kondisimu semakin buruk..."
"Aku mengerti, Kak..."
"Alexia, aku perlu memberitahumu satu hal..." Exoray kembali menghela nafas. "Ibumu menulis surat itu dua hari sebelum kau lahir, karena dia sudah tau kalau dia akan mati setelah melahirkan... Dia punya penyakit yang mengharuskannya mengorbankan salah satu, antara keselamatan kandungan atau dirinya, tapi dia memilih untuk menyelamatkan kandungannya..."
Sang kakak sulung menghampiri dan menarik tangan adik bungsunya, kemudian menaruh sebuah foto di tangannya. "Dia ingin kau tetap hidup untuknya..."
Alexia memperhatikan foto di tangannya, foto seorang wanita berambut pirang yang merupakan gambaran sosok sang ibu yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup. "Begitu..."
~A New Hat~
"Hey guys, lihat apa yang aku temukan di gudang rumahku!" seru Teiron yang membawa sebuah topi berwarna pink dengan wajah dan pucuk di atasnya.
Beberapa orang segera mengerumuninya.
"Woah, imut sekali!" (Flore)
"Bentuknya lucu juga ya!" (Adelia)
"Yah, walaupun pucuknya rada familiar sih..." (Ikyo)
"Sebenarnya aku udah sering lihat ini di toko mainan..." (Lisa)
"Nyaaaaa~" (Kalau yang ini mah udah ketauan siapa)
"Kalian sedang apa?"
Mereka semua segera menengok dan mendapati Jean yang berdiri agak jauh dari situ.
"Oh, hay Jean! Bagaimana menurutmu tentang benda ini?" tanya Emy sambil menunjuk topi yang dipegang Teiron.
Anak itu terdiam sejenak, kemudian...
"Boleh aku memilikinya?" pinta Jean. "Benda itu mengingatkanku pada seseorang..."
Alpha memperhatikan topi itu lebih dekat. "Heeeh, benar juga! Kau tau, pucuk di topi ini mirip rambutnya Rina lho!"
"Jadi... Boleh tidak?"
"Tentu!" Teiron mendekati Jean dan memberikan topi itu. "Ini!"
Jean menerima topi itu dengan senyum kecil. "Terima kasih..."
Setelah itu...
"Kau sedang apa, Jean?" tanya Rina saat melihat anak itu sibuk dengan sesuatu di kamar mereka. (Note: Iya, Jean dan Rina sekamar.)
"Hmm, hanya mengecat topi baru..." jawab Jean seadanya.
Rina mendekati Jean dan melihat hasil kerja anak itu. "Hmm, bagus... Tapi, kenapa kau membuatnya mirip denganku?"
"Yah, tadi aku meminta topi ini dari Kak Teiron karena kupikir itu mirip denganmu..." Jean menunjuk pucuk topi itu. "Kata Kak Alpha, bagian ini mirip dengan rambutmu..."
Rina memperhatikan topi itu lebih dekat, kemudian meraba pucuk di kepalanya. "Heeeh... Benar juga ya..."
"Hmm, aku ingin menjemur ini di atas, jadi kutinggal sebentar ya..." Jean berdiri dan berjalan pergi sambil membawa topi itu.
Rina hanya menatap kepergian anak itu sesaat sebelum tiba-tiba dia memegangi kepala karena merasa kesakitan.
"Aku tidak apa-apa... Aku tidak apa-apa..." gumamnya sambil menggelengkan kepala untuk mengurangi rasa sakit.
~Strange Humor Sense~
Si pemuda pirang spiky sedang membaca sebuah buku, tapi...
'APA NGGAK ADA YANG LAIN SELAIN SI KEPALA BUNTUNG ITU!?' jerit Salem dalam hati.
Karena ternyata, dia membaca doujin buatan Alexia yang ditemukan di selipan rak novel.
"Kau baca apa?"
Salem langsung kaget dengan kemunculan Alfred dan melempar buku itu ke atas.
"Nggak baca apa-apa!" pekik Salem yang mundur tiba-tiba, tapi dia malah tertimpa hujan buku dari rak di belakangnya.
Sementara buku tadi?
Buku itu jatuh tepat di depan kaki Tumma dan yang bersangkutan mengambilnya. Dia membuka buku itu dan melihat isinya dengan seksama, kemudian menahan tawa.
"Pffft, serius ini? Kuhu! Huhaha! Ahahahahahahaha!"
Semua orang di perpustakaan langsung menengok ke arahnya.
"Hahaha! Si Unicorn Emas, menikah, dengan, si Kepala Buntung? Ahahahahaha! Hahaha! Aku nggak kuat bayanginnya! Ahahahaha!"
'Memangnya buatanku selucu itu ya?' batin Alexia selaku sang pembuat doujin itu sweatdrop.
Yang lainnya juga ikutan sweatdrop.
"Rie, temanmu punya selera humor yang aneh ya!" bisik Zen.
"Sebenarnya aku tidak tau kenapa dia bisa seperti itu... Walaupun kami sudah lama berteman, tapi aku tidak mengerti apa yang selama ini dia alami di squad ini sebelum aku bertemu lagi dengannya..." gumam Arie panjang lebar.
~Child Karaoke Time~
Di ruang anak-anak, Trio Kucing dan Nigou berniat karaoke.
Iya, karaoke! Biar nggak kalah sama 'orangtua' mereka.
"Aku duluan!" Flore menunjuk 'Three Little Kittens' pada katalog lagu. "Aku mau coba lagu ini, soalnya kesukaanku lho! Kroken jadi cameo meongannya!"
Kopen hanya bisa sweatdrop mendengar Flore salah menyebutkan namanya. "Meong!" (Baik!)
Musik diputar dan Flore mulai bersiap.
Three little kittens, they lost their mittens, and they began to cry.
Oh, Mother Dear, we sadly fear
Our mittens we have lost.
Lost your mittens, you naughty kittens!
Then you shall have no pie.
Meow! Meow!
No, you shall have no pie.
The three little kittens found their mittens, and they began to cry.
Oh, Mother Dear, see here, see here!
Our mittens we have found.
Put on your mittens, you silly kittens, and you shall have some pie.
Meow! Meow!
Oh, let us have some pie.
The three little kittens put on their mittens, and soon ate up the pie.
Oh, Mother Dear, we greatly fear
Our mittens we have soiled.
Soiled your mittens, you naughty kittens!
Then they began to sigh.
Meow! Meow!
Then they began to sigh.
Three little kittens, they washed their mittens, and hung them out to dry.
Oh, Mother Dear, do you not hear?
Our mittens we have washed.
Washed your mittens? Then you're good kittens.
Let's all have some pie.
Meow! Meow!
Let's all have some pie.
"Nigou, kamu mau nyanyi nggak?" tawar Flore sambil menyodorkan mic ke Nigou.
"Errr, aku tidak yakin, Flore..." balas Nigou ragu.
Tiba-tiba Tsuchi menyodorkan tangannya. "Nyaw nyaw!" (Berikan mic-nya padaku!)
Kopen berniat mengejek. "Meong, meong meong meong? Meong meong meong!" (Tsuchi, memangnya kamu bisa nyanyi? Ngomong aja nggak bisa!)
Tsuchi mendesis sebal ke arah Kopen yang sukses dibuat kaget karenanya.
"Sudahlah Kak, ini!" Flore memberikan mic-nya ke Tsuchi. "Mau lagu apa?"
Tsuchi menunjuk salah satu judul di katalog lagu yang ternyata adalah:
Fat Cat Mat.
"Aku tidak yakin kamu bisa nyanyi, Tsuchi..." gumam Nigou ragu.
"Setidaknya dia mencoba, Nigou!" balas Flore sambil memutar musik.
I got a cat, who wears a white hat.
I got a cat who likes it like that.
I got a cat, who lies on the mat.
He's such a fat cat. He likes it like that.
I got a cat who looks like a rat.
I got a cat who can swing a bat.
I got a cat who purrs like a brat, when that cat doesn't get his snack.
That's my cat, Mat.
He's a really fat cat.
That's my cat, Mat.
He's a really fat cat.
That's my fat cat.
That's my fat cat, Mat.
Mat Fat Cat.
Fat Cat Mat.
That's my fat cat.
That's my fat cat, Mat.
Mat Fat Cat.
Fat Cat Mat.
I got a cat, who wears a white hat.
I got a cat who likes it like that.
I got a cat, who lies on the mat.
He's such a fat cat. He likes it like that.
I got a cat who looks like a rat.
I got a cat who can swing a bat.
I got a cat who purrs like a brat, when that cat doesn't get his snack.
That's my cat, Mat.
He's a really fat cat.
That's my cat, Mat.
He's a really fat cat.
That's my fat cat.
That's my fat cat, Mat.
Mat Fat Cat.
Fat Cat Mat.
That's my fat cat.
That's my fat cat, Mat.
Mat Fat Cat.
Fat Cat Mat.
Flore dan Nigou hanya bisa kicep setelah Tsuchi selesai nyanyi dan pemikiran mereka sama: 'Ternyata (Kak) Tsuchi punya bakat terpendam!'
To Be Continue, bukan Tiny Butter Coffee (?)...
Yah, ini aneh, tapi begitulah... ^^/
Spoiler Chapter selanjutnya: Kunjungan dari sembilan saudara (bonus dua orang dari Aland).
Review! :D
