Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Mungkin aku bukan ahli bahasa isyarat, tapi aku tersanjung kalau kau mau ikut membantu memperbaiki semuanya... ^^a

Teiron: "Lagu apaan itu?" =w="

Makasih Review-nya! :D

RosyMiranto18: Sebenarnya Peso itu mata uang di game LS, tapi emang ada negara yang mata uangnya juga 'Peso' (for example, Philipina)... 'w'/

Alpha: "Yah, itu yang sebenarnya ingin kami jelaskan ke dia..." .w.a

Thanks for Review! :D

StrideRyuuki: Silakan tanya orang yang bersangkutan di fic sebelah... ^^/ Ini udah lanjut! :D

Happy Reading! :D


Chapter 77: Camp Trip Gaje


"Aku rada kesel sama kebijakan akhir bulan nanti!" gerutu Girl-chan.

"Soal regis ulang kartu pake NIK itu ya?" tanya Reha.

Si ketua Garuchan mengangguk.

"Aku juga bingung!"

"Makanya itu!"

"Oh iya, Edward kok dari tadi manyun sih?" Reha nunjuk si anak yang manyun tak jauh dari mereka.

"Soal itu lu tanya aja Salem, jangan ke gue!" Girl-chan nunjuk yang bersangkutan di pojok perpustakaan. "Sal, sini deh!"

Salem segera menghampiri mereka. "Apaan?"

"Itu si Edward gue liatin dari tadi manyun aja, kenapa emang?" tanya Reha.

"Kemaren dia nggak boleh ikut bulan madu kakaknya! Terus sebagai gantinya, gue disuruh ngajakin dia Camp Trip khusus para cowok Garuchan besok!" jelas Salem datar.

Reha memasang pose berpikir. "Camp Trip khusus cowok Garuchan hem..."

Salem mengangkat alis. "Napa emang?"

Reha angkat bahu. "Nggak ada sih, cuma ngomong doang..."


Keesokan paginya...

"Tei?"

"Ada apa, Kyo?"

"Kau serius biarin Flore ikut?"

"Ya..."

"Tapi kenapa dia pakai overall?"

"Itu overall lamaku waktu kecil dan Bibi bilang hanya itu yang ukurannya pas..."

"..."


Setelah itu...

"Aku sudah tidak sabar lagi!" pekik Flore sambil lari-lari dengan riang.

"Nyaw nyaw!" sahut Tsuchi yang ikut acara 'mari kita lari-lari pagi sambil menunggu bus'.

"KAMI IKUT!" pekik Jean dan Edward yang tidak kalah labilnya ikutan aksi lari pagi tersebut.

"Oy Kambing, kapan bus-nya datang?" tanya Vience yang nggak tahan melihat mereka.

"Hah? Siapa bilang kita naik bus?" balas Mathias yang sukses membuat anak-anak yang sedang berlari berhenti.

Perkataannya barusan juga menghentikan aksi beberapa orang yang awalnya adalah:

Maurice yang sedang berdoa agar perjalanan mereka aman, damai, dan sentosa.

Arie yang sedang membuat diagram sihir di lantai dengan cat hitam yang entah dapat dari mana.

Teiron yang sedang cekik-mencekik dengan Alpha entah karena apa.

Untuk yang lain silakan tebak sendiri!

Mereka semua sekarang berfokus menatap si jabrik.

"Kita akan naik..." Perkataan Mathias terpotong oleh...

TIN TIN!

Mereka semua segera menatap ke arah sumber suara dan langsung terbelalak kaget setelah melihat apa yang akan mereka naiki.

Kendaraan itu adalah...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

MOBIL JENAZAH?!

"EMANGNYA KITA MAU MATI PAKAI MOBIL JENAZAH SEGALA?!"

"Siapa yang mati di sini? Ada yang bunuh diri? Pedangku? Oh! Kupikir pedangku mati dan dimasukin ke mobil jenazah!"

BLETAK!

"BAKAZEN! MANA ADA PEDANG MATI DIMASUKIN KE MOBIL JENAZAH?!"

"Ya Tuhan! Semoga kita selamat sampai tujuan walaupun harus memakai mobil jenazah!"

"Eh Kambing, lu serius kita naik mobil jenazah?" tanya Vience.

"Hah? Nggak kok! Itu mobil jenazah buat masukin kecoak yang habis dibantai kemaren ke kuburan serangga (?)!" jelas si jabrik watados.

Penjelasan Mathias barusan sukses membuat yang lainnya langsung cengo mendengar itu.

"SERIUS?! KEREN AMAT KECOAK MENINGGAL PAKE MOBIL JENAZAH! MANA ADA KUBURAN KHUSUS SERANGGA?!" pekik mereka semua kaget.

"Kita akan naik itu kok!" balas Mathias sambil menunjuk ke arah mobil ambulans yang berada di depan gerbang.

Sontak, yang lainnya kembali membelalakkan mata.

"Ah maaf, maksudku yang itu!" Mathias menunjukkan sebuah...

Mobil tronton?

"KITA NAIK TRONTON?!"

''EMANGNYA KITA TAHANAN ATAU NARAPIDANA?!"

"Itu tronton, bukan mobil tahanan!"

"EMANGNYA KITA MAU PERANG?!"

"Kalian milih naik itu atau mobil jenazah? Kalian kan tau sendiri bus-nya udah dipake dan beda dengan kendaraan yang khusus kita!" jelas Mathias yang sukses membuat mereka semua berpikir keras.

"Baiklah, kita mau naik tronton!" seru yang lainnya pasrah.

Yah, mending naik begituan daripada naik mobil jenazah kan?


Di dalam mobil...

"DIRUJAK, DIRUJAK, DIRUJAK AJA!"

"KEEP SMILE! ASIK-ASIK JOS!"

"AKU ANAK INDONESIA! SEHAT DAN KUAT! KARENA MAMA MEMBERI, BATU BATERE ABC! SEHAT, KUAT, RAJIN BEGADANG, SETIAP SAAT! NYOLONG AYAM ORANG! BATU BATERE ABC!"

"PELANGI PELANGI~ ALANGKAH GELAPMU! HITAM HITAM HITAM, DI LANGIT YANG GELAP! SOALNYA UDAH MALAM, NGGAK ADA PELANGI! PELANGI PELANGI, CIPTAAN TUHAN~"

"KEBUNKU ADA LIMA! RUPA RUPA WARNANYA! HIJAU KUNING KELABU, MERAH MUDA DAN BIRU! MELETUS KEBUN HIJAU, DOR! HATIKU SANGAT KAGET! MANA ADA KEBUN MELEDAK! ITU MAH YANG ADA NGACO!"

"AITAKATA! AITAKATA! YEY! YEY! YEY! MINION GAMEEEEEEEEE~ PAPOY!"

"KEMANAAA~ KEMANAA~ KEMANA~ KUHARUS MENCARI KEMANA~ KENAPA KUCINGKU, TIDAK DATANG KE RUMAH~ JENG! JENG! JENG!"

"DIOBOK-OBOK, ABANGMU DIOBOK-OBOK!" (Memangnya lu kate abangmu itu air?!)

Cepat sekali anak-anak itu sembuh dari kekecewaannya barusan!

Beberapa orang yang masih normal hanya bisa menghela nafas pasrah di tempat duduknya, apalagi saat mendengarkan suara anak-anak nista yang sedang konser.

"Ya Tuhan, kapan ini akan berakhir?" gumam Ikyo sambil mijit kening karena pusing.


Setelah satu setengah jam kemudian...

"Jadi di sini kemahnya?" tanya Flore setelah para cowok nista itu sampai di Deep Forest.

"Yah, sepertinya!" jawab Luthias sambil membaca peta yang dibawanya.

"Sekarang, bagaimana kalau kita dirikan tenda?" usul Saphire sambil mengambil sebuah benda. "Nah, ini dia! Tenda otomatis! Kalian perhatikan, ya!"

Teman-temannya langsung duduk untuk memperhatikan, bahkan Edward dan Jean udah nyiapin teropong dan buku catatan.

Saphire langsung melempar benda itu ke atas dan menekan sebuah tombol sampai benda berubah menjadi selembar kain lebar plus beberapa pasak.

"Bagus sekali, tapi gimana cara masuknya?" tanya Edward.

"Iya, bentuknya aja nggak beraturan!" sambung Jean.

"Ini belum berdiri, bodoh!" balas Saphire sambil mengobrak-abrik tenda sampai sobek.

"Catat, dia merobek tenda!"

"Baik!"

Pemuda itu memukuli tenda dengan rotan.

"Dia memukuli tenda!"

"Baik!"

Anak itu malah berantem dengan tendanya sampai guling-gulingan.

"Catat itu, catat!"

"Baik!"

Keliatannya memang nyatat, tapi kenyataannya? Jean malah main 'tic-tac-toc'.

Sampai akhirnya Saphire menendang tenda itu yang sukses membuatnya berbentuk seperti tenda biasa dan berdiri tegak.

Tapi ketika anak itu mau pamer, tendanya malah rubuh sendiri sampai dia terpaksa harus menyingkirkannya dan sukses membuat beberapa orang lainnya sweatdrop.

"Apa ada yang punya tenda manual di sini?" tanya Thundy.

"Aku punya!" ujar Tartagus sambil menyeret beberapa tenda bersama Vience.

Mereka pun mendirikan tenda tersebut.


Kalau berkemah ramai-ramai memang paling asyik ngumpul sambil dengerin cerita seram, apalagi kalau kemahnya di hutan.

"Ja-jadi organ dalamnya gantung gitu?" tanya Alpha sambil berpelukan erat dengan Salem.

"Yap! Kepalanya manusia normal, tapi nggak punya badan ataupun kulit! Jadi tenggorokan, ginjal, jantung, hati, dan lainnya nempel di tulang belakang!"

Semuanya langsung ber-'hiiii' ria. Ada yang berpelukan erat, ada yang tetap stay cool padahal duduknya udah mulai deket-deketan, ada yang memeluk lengan orang terdekat, bahkan ada yang mulai gelisah di tempat.

Tumma selaku orang yang menjelaskan cerita 'Palasik' tadi hanya biasa-biasa saja.

"Cara mengenali Palasik ada satu: perhatikan wajahnya! Palasik nggak punya cekungan di antara mulut dan hidung!"

Mereka semua langsung ber-'oh' ria mendengarnya.

"Paman Tumma pintar banget bikin cerita horror!" puji Flore.

"Iya, aku aja sampai deg-degan lho!" sahut Edward sambil mengelus dada diikuti gumaman setuju dari yang lainnya.

Tumma hanya tersenyum kecil. "Nah, mau dengar bagian paling seram tentang Palasik?"

Mereka semua langsung mengangguk.

"Dia ada di belakang kalian!"


Setelah cerita horror yang berakhir dengan teriakan karena ternyata mereka dikerjai Luthias yang menggunakan 'Palasik Palsu' (alias mainan yang dibuat mirip aslinya) untuk mendukung suasana horror barusan, mereka pun melakukan acara bakar-bakaran di depan api unggun.

"Kak Salem, aku tidak mau ikut bakar-bakaran!" ujar Edward sambil menarik jaket Salem.

"Ada kok makanan yang enak karena dibakar!" sahut Salem sambil tersenyum kecil.

"Apa itu?" tanya Edward penasaran.

"Marshmallow!" pekik semua orang di sana mendahului Salem yang mulutnya terbuka tapi tidak jadi bicara.

Mata Edward langsung berbinar. "Benarkah?"

Arie dengan baik hati memberikan marshmallow yang sudah dibakar. "Coba aja, pasti ketagihan!"

Edward mengangguk dan mulai memakannya. "Uum, enak!"

Tiba-tiba angin kencang menerpa mereka dan membuat salah satu pohon yang sudah mati langsung tumbang mengenai api unggun. Api pun semakin besar dan menjalar dengan sangat cepat.

"Huwaa, kebakaran!" teriak Teiron panik sambil lari pontang-panting, begitu juga dengan beberapa orang yang sibuk mencari air.

Teiron kembali dengan membawa dua APAR di tangannya. Tapi karena terlalu tergesa-gesa, kakinya malah tersandung batu sampai APAR yang dibawanya terpental. Salah satu APAR mendarat tepat di tengah-tengah kobaran api sampai akhirnya meledak dan membuat api itu langsung padam seketika.

Hening melanda, katak numpang lewat, dan semua orang langsung speechless di tempat.


Setelah tragedi bakar-bakaran...

"Haaah... Aku jadi rindu Kaichou-chan!" gumam Mathias lirih.

"Thias, mau kubuatkan surat cinta?" goda Ikyo sambil menyeringai jahil.

Sementara yang digoda hanya memerah, tapi itu tidak berlangsung lama.

"Terserah kau saja!" balas Mathias datar.

Ikyo semakin gemas ingin menggoda temannya, kemudian...

"Tapi setelah itu kepalamu yang kupenggal ya!"

JEGEEEEEEEEEEEEER!

Background petir langsung muncul disertai Ikyo yang membatu di tempat.

"Mau dengar cerita supernatural?" tanya Daren mengalihkan topik.

Anak-anak lainnya mengangguk.

"Mau aku yang ceritakan?" tawar Giro.

"Terserah deh!" balas Maurice malas.

"Oke!" Cowok berambut ponytail itu mulai bercerita.


Pagi itu, seorang gadis melihat keluar rumahnya yang bersalju. Dia benci kalau dilarang keluar.

Tok! Tok!

Gadis bernama Diana itu berjalan keluar dan mendapati enam bunga cantik berwarna merah, kuning, hijau, biru, ungu, dan putih. Enam tetes darah terdapat di kertasnya.

"Di pagi natal, aku selalu mendapatkan ini!" kata Diana sambil menatap keluar.

Diana adalah keluarga onmyoji dan setiap tengah malam, dia harus menyegel enam Nine Tailed Fox. Setiap kali dia selesai melaksanakan tugasnya, enam tetes darah pun terasa jatuh.


Giro berhenti sejenak dan menatap yang lainnya.

Thundy mencondongkan badan, sementara Alpha berkata, "Teruskan! Teruskan!"

Beberapa anak juga mulai serius, pemuda berambut ponytail itu melanjutkan ceritanya.


Diana menatap keluar. Sebentar lagi dia harus menyegel, tapi dia merasa sangat bosan. Malam-malam dia keluar. Sebelum jam 11.30, dia bersender di batang pohon dan berbicara sendiri.

"Maafkan aku, Nine Tailed Fox! Aku terpaksa, seluruh keluargaku adalah onmyoji! Aku, aku..."

Dia merasakan enam orang memeluknya dengan hangat. Syal yang dipakainya pun melonggar.

Sakura merah pun jatuh dari atas diikuti sebuah tetesan darah dan bunga enam warna pun berjatuhan. Diana selalu ragu akan hal itu.

Dia sering menemukan hal-hal supernatural, tapi tidak pernah seperti ini. Diana memegang sakura merah itu dan mulai menyanyikan lagu.

White snow fall from the sky~
Everything turn strange~
I know must be the Nine Tailed Fox mad~
But I must do it because it is my job~


Giro berhenti sejenak dan menatap sekitarnya. Aura-nya pun semakin terasa seolah mengatakan 'teruskan'.


Tiba-tiba...

BRAK! BRAK! BRAK! BRAK! BRAK! BRAK!

Diana mendapati enam mayat dengan baju lusuh. Dia dapat melihat sembilan ekor yang keluar dari setiap orang dan seorang badut keluar sambil berkata, "Kau harus menghentikan tugasmu, sekarang!"

Diana pun mengangguk dan berlari pergi.

Keesokan harinya, dia melihat ibunya pulang dan berkata, "Bu! Aku ketemu dengan enam Nine Tailed Fox kemarin dan seorang badut!"

Ibunya tersenyum dan membalas, "Itu memang wajar, sayang! Ibu juga mengalaminya! Tentang badut, entahlah!"

Teman Diana, Ryan, selalu berkata kalau itu hanya khayalan.

Tapi malam harinya, dia bertemu dengan badut itu dan badut itu berkata, "Jangan pernah mengejeknya!"

Sepertinya badut itu penjaga Diana di masa yang akan datang.

Tapi itu belum diketahui!


Giro menghela nafas setelah bercerita dan yang lainnya langsung tepuk tangan.


Diam-diam, seorang badut mengintip dari kegelapan.

"Oy Zen, mending lu jangan ngumpet di sini deh! Kyo ngeliatin lu aneh tuh!" nasihat Raimundo sambil menepuk pundak Zen.


Ikyo langsung cengo saat melihat Zen yang berpakaian badut tersebut.


Giro tersenyum dan duduk di samping Luthias.

Sekarang giliran Mathias yang maju.


Setiap sekolah pasti memiliki rumor dan rumor yang dulu dipakai untuk menakuti para junior terbukti.

Seorang gadis bernama Luna berjalan melewati koridor dan saat itu badai salju sedang melanda.

"Hei Luna, dengarkan lagu ini!" teriak Mira sambil menarik lengan Luna.

Tepat ketika badai salju...
Para anggota OSIS akan patroli
Menyanyikan lagu...
Nina bobo~ Oh, nina bobo~

Luna langsung cemberut, sedangkan Mira hanya tertawa garing.

Tap... Tap...


"HENTIKAN!" teriak Rendy yang langsung angkat tangan tanda menyerah.

Mathias pun memasang senyum kemenangan. Tujuan utamanya memang untuk membuat Rendy menyerah karena dia itu penakut tapi nekat.

"Yah, akhirnya Rendy nyerah!" celetuk Mathias watados.

Kemudian Rendy merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kertas. "Ayo baca cerita supernatural yang lain!"

Hal itu sukses membuat Mathias sweatdrop.


Tengah malamnya...

"AAAAAAAAAAAAAAH! BADUT!"

Mereka semua menatap badut yang tidur di salah satu tenda.

"Woy, bisa diem nggak si- BADUT!"

"HYAAAAA!"

Arie, Vience, dan Ikyo bersiap untuk menghajar Zen yang masih berkostum badut mengerikan.


To Be Continue, bukan Tap Baby Clean (?)...


Remake dari fic lama lagi, ugh... -w-a

Soal badut di bagian akhir... Tenang saja, itu bukan Pennywise kok! ^^/

Review! :D