Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Well, oke... 'w'a
Thundy: "Nggak trauma, hanya kesal saja..." =w="
Beberapa cowok: *ceburin Mathias berkostum putri duyung ke kolam renang.*
Makasih Review-nya! :D
StrideRyuuki: Itu hanya Iris yang punya... ^^/
Ikyo: "Sayangnya dia masih terlalu muda untuk dinikahi..." =_=
Thundy: "Napa, masbuloh gitu?!"
Ini udah lanjut! :D
RosyMiranto18: Sepertinya kau perlu bertanya ke Ars... .w./
Tumma: "Aku tidak begitu suka kopi, tapi baiklah..."
Thundy: "Aku hanya kesal dipanggil 'bontet' gegara badanku yang nggak pernah nambah tinggi karena 'sesuatu'..."
Sayangnya yang dimaksud itu... Emy pakai kostum Succubus... .w./
Luthias: "Ehmm, karena Flore sudah jadi Morgana?"
Mathias: "Salahkan Edgar!" TwT/
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 80: Drabble Collections (Masa Lalu)
Ada beberapa orang yang masa lalunya agak sulit dijelaskan.
Yah, mungkin bisa dilihat di bawah sini! -w-/
1. Ashley
Akan kuceritakan bagaimana dia bisa menjadi bagian dari squad.
"Kudengar ada rumor tentang hantu gadis kecil di Citadel Cemetery..." kata Adelia yang sedang baca buku.
"Hmm, aku juga penasaran soal itu!" Emy memasang pose berpikir. "Ada yang tertarik menyelidikinya?"
"Kenapa tidak suruh para cowok saja yang menyelidiki itu?" usul Alisa.
"Ketua sering menyuruh mereka ngerjain misi, jadinya susah!" balas Emy.
"Ngomongin apa sih?" tanya Girl-chan yang tiba-tiba nongol.
"Rumor di pemakaman, apa kau mau menyelidikinya?" tanya Lisa.
Si ketua Garuchan berpikir sejenak. "Yah, baiklah... Jika itu mau kalian..."
Alisa mengangkat alis. "Sendirian?"
Gadis itu memiringkan kepala. "Ada yang salah?"
"Kau itu bukan orang yang paranoid kan?"
"Sedikit, tapi apa salahnya dicoba?"
Di Citadel Cemetery...
"Dimana sih makamnya?" Girl-chan celingukan di sekitar pemakaman.
Kemudian dia tak sengaja melihat seorang gadis berambut plum di dekat pohon tua.
"Hey, bisa kemari sebentar?"
Gadis itu menengok dan menghampiri. "Ya, ada yang bisa kubantu?"
Girl-chan yang berniat bertanya langsung terdiam begitu melihat kaki gadis itu.
'Ka-kakinya nggak napak? Apa dia-'
"Hm?" Gadis itu melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Ah, maaf!" Si ketua Garuchan tersentak sesaat.
"Kau terlihat pucat setelah melihatku, apa kau takut setelah menyadari aku hantu?" tanya gadis itu.
Girl-chan menggaruk kepala. "Hm, sedikit..."
Gadis hantu itu tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, aku mengerti... Takut itu wajar, terutama jika kau menyadari kalau baru saja bertemu hantu..."
Si ketua Garuchan hanya mengangguk dan teringat sesuatu. "Oh ya! Aku sedang mencari makam seseorang!"
"Ikut aku!"
Gadis hantu itu melayang pergi dan Girl-chan mengikutinya, sampai mereka tiba di sebuah makam di bawah pohon pinus.
"Ashley Yudori, meninggal tanggal 5 November 'tahun sekian' di usia 15 tahun..." Si ketua Garuchan mengerutkan kening saat membaca tulisan di batu nisan makam itu. "Kalau dihitung dari sekarang mah udah tiga tahun!"
"Dan kau baru saja bertemu orang yang dimaksud..."
"Hah?" Girl-chan terkejut mendengar itu dan baru menyadari satu hal. "Jangan bilang kau-"
Gadis hantu itu tersenyum kecil lagi. "Ya, aku Ashley, dan aku tau kau sedang mencariku..."
"Dari mana kau tau?" tanya Girl-chan bingung.
"Hmm, insting?"
"Oh, baiklah..."
Suasana mulai hening sesaat.
"Hmm, kau tau tentang hantu yang menjalin kontrak dengan manusia?" tanya Ashley.
Girl-chan memiringkan kepala. "Sedikit, memangnya untuk apa?"
"Terkadang ada hantu yang tidak ingin menakuti manusia dan berniat membantunya, tapi kebanyakan orang memanfaatkan mereka untuk tujuan tidak baik..." jelas Ashley sambil menengadah ke langit malam.
Girl-chan ikut menengadah sesaat. "Oh ya! Temanku pernah bilang di tempatnya banyak kejadian yang melibatkan hantu, kurang lebih seperti itu juga..."
"Sebenarnya aku juga sedang mencari orang yang mau menjalin kontrak itu, tapi kebanyakan dari mereka yang kutemui memiliki sifat yang tidak baik, jadi kujauhi mereka..." Ashley menunduk sedih. "Apalagi, aku punya masa lalu yang menyakitkan... Sejak kecil aku sakit-sakitan dan tidak pernah keluar rumah, saudara-saudaraku sibuk dan tidak pernah merawatku sampai aku meninggal..."
Girl-chan merasa sedikit kasihan mendengar itu. "Hmm, kalau begitu aku mau..."
"Eh?"
"Well... Aku akan menjalin kontrak itu denganmu, tapi aku tidak memanfaatkanmu ya! Aku melakukan ini karena ingin menganggapmu sebagai teman!" Girl-chan tersenyum. "Lagipula, kau bisa menjauhiku jika merasa dimanfaatkan!"
"Benarkah?"
"Tentu!" Tangan berkulit coklat itu menggapai tangan pucat Ashley. "Aku selalu menerima siapa saja tanpa perduli seperti apa dia, entah itu manusia, hantu, atau makhluk lainnya!"
"Terima kasih telah menerimaku... Master..." Ashley membungkuk sopan.
Girl-chan kembali tersenyum. "Tidak masalah!"
2. Musket
Seorang pemuda berambut hitam sedang merenung di atap markas, pikirannya mulai menerawang ke masa lalu.
Saat dia berumur 9 tahun, sebuah ramalan telah mengubah hidupnya.
Anak sulung laki-laki dari keluarga Liferpoint adalah orang yang akan selamat dari setiap bencana di saat orang lain di sekitarnya terluka.
Sebulan setelah ramalan itu, bencana mulai menghampirinya.
Ketika acara makan bersama di sekolahnya, hanya dia yang baik-baik saja di saat murid-murid lainnya masuk rumah sakit karena mengalami keracunan.
Bencana lainnya terus berdatangan ke arahnya, sampai akhirnya dia mengalami kejadian paling buruk dalam hidupnya.
Ketika dia dan adik perempuannya sedang menyeberang jalan tanpa menyadari keadaan sekitar, sang adik mendorongnya ke pinggir jalan dan membuat gadis itu tertabrak mobil sampai mengalami koma.
Karena takut disalahkan atas kejadian itu, dia memilih melarikan diri dari keluarganya dan mencari kehidupan baru.
Selama masa pelarian, dia selalu menyembunyikan kesedihan akibat kutukan yang dimilikinya dengan senyuman ceria. Tapi terkadang, dia sering mencari tempat sepi untuk melampiaskan seluruh isi hatinya yang telah hancur berkeping-keping karena selalu menyalahkan diri sendiri.
Manik biru cerahnya mulai mengeluarkan air mata karena teringat semua itu, dia pun segera menghapus air matanya dan pergi.
Setiap malam, bulan dan bintang di langit selalu menjadi saksi bisu kesedihannya.
3. Rendy dan Salem
Seseorang berambut perak sedang menjelajahi gurun pasir begitu menemukan seorang pemuda berambut pirang spiky tergeletak tak sadarkan diri.
Karena merasa kasihan, dia membawanya ke sebuah gubuk kecil di hutan setelah keluar dari gurun.
Pemuda pirang spiky itu terbangun, kemudian melihat sekitar karena merasa ada yang kurang.
"Dimana kakakku?"
"Aku hanya menemukanmu sendiri..."
Dia memeluk lutut dan mulai menangis.
"Kakak..."
Pemuda perak itu mulai panik dan buru-buru menenangkannya. "Hey, jangan menangis! Bagaimana kalau aku membantumu mencari kakakmu?"
"Sungguh?"
"Tentu saja!"
Pemuda pirang spiky itu menghapus air matanya. "Terima kasih..."
"Oh ya, namaku Rendy, kau sendiri?"
"Salem..."
"Ngomong-ngomong, seperti apa kakakmu?" tanya Rendy.
Salem mengeluarkan sesuatu dari pakaiannya dan rupanya itu sebuah foto yang memperlihatkan sepasang anak kecil: anak laki-laki berambut pirang dan anak perempuan berambut hitam.
"Apa gadis itu kakakmu?" tanya Rendy lagi, Salem mengangguk kecil.
"Dia wanita yang selalu menemaniku setiap saat. Dia baik, perhatian, mandiri, dan juga..." Salem berhenti sesaat. "Buta..."
Rendy sedikit terkejut. "Buta sejak lahir?"
"Bukan..." Salem menggeleng pelan, kemudian menunduk sedih. "Dia... Mengorbankan matanya... Untuk menyelamatkanku..."
Rendy merasa kasihan mendengar itu. "Ma-maaf..."
Salem kembali menggeleng dengan senyum miris. "Tidak apa-apa..."
"Hey, bagaimana kalau kita berteman?"
"Boleh!"
Sejak saat itu mereka berteman baik dan menjelajah bersama selama dua tahun.
"Kenapa kita harus melewati pemakaman?"
"Aku juga tidak tau..."
Mereka berdua sedang berjalan di dekat Citadel Cemetery.
Tiba-tiba mata Salem melihat sesosok hantu yang melintas di sebelahnya dan...
"GYAAAAAAAH!"
Dia langsung loncat ke Rendy dan memeluknya dengan wajah ketakutan.
Tapi entah kenapa, keduanya saling berpandangan karena merasa berteriak bersamaan. Kemudian Rendy menurunkan Salem dan mereka malah tertawa garing.
"Tidak kusangka ketakutan kita sama..."
"Hehe..."
Kemudian ada hantu yang lewat di depan mereka.
"HUWAAAAAAAA!"
Keduanya segera lari dan tak menyadari kalau mereka terpisah.
Setelah merasa tidak dikejar, Salem segera berhenti dalam kondisi terengah-engah. "Hosh, hosh, hosh... Sepertinya aku terpisah darinya..."
Kemudian dia melihat sebuah rumah bertingkat dua.
"Sebaiknya aku masuk saja ke sana, mungkin aku bisa menanyai seseorang!" Dia pun segera pergi ke rumah itu.
Sementara itu, Rendy mulai kelabakan karena terpisah dari Salem.
'Pergi kemana dia?' batinnya kebingungan, sampai akhirnya dia melihat sebuah rumah (yang sama dengan yang dilihat Salem) tidak jauh dari tempatnya berdiri.
'Aku punya firasat dia pasti ke sana...' Dia pun segera menuju ke rumah itu.
Dan tanpa disadari, itu akan menjadi awal dari masuknya mereka ke Garuchan Squad.
4. Tartagus
"Nee, Vieny! Mau dengar cerita dariku?"
Vience hanya memutar mata. "Terserah padamu!"
"Jadi..."
Ada seorang anak laki-laki berumur delapan tahun dengan rambut coklat tua terbangun di sebuah tempat konstruksi tanpa ingatan tentang keluarga dan dalam kondisi kelaparan.
Dia memasuki tempat konstruksi itu dan bertemu beberapa pekerja.
"Hey nak, apa yang kau lakukan di sini? Seharusnya kau bersama orang tua-mu."
Anak itu hanya menunduk dan dia mengatakan tidak ingat apa-apa tentang keluarganya.
Kryuuuuuuk~
"Sepertinya kau lapar, bagaimana kalau kau ikut makan bersama kami? Kebetulan sebentar lagi waktu makan siang."
Anak itu hanya mengangguk dan mengikuti mereka.
"Siapa namamu, nak?"
Anak itu menjawab dengan mulut penuh, kemudian menelan makanannya dan menyebutkan namanya dengan jelas.
Para pekerja itu membiarkannya ikut bekerja bersama mereka, walaupun hanya sekedar pekerjaan ringan seperti membantu membawa bahan bangunan.
Tapi dua tahun kemudian, tempat konstruksi itu runtuh karena sesuatu dan menimpa semua pekerja yang ada.
Mereka semua tewas di sana, kecuali anak itu.
Dia dalam kondisi sekarat karena tertimpa tiang penyangga dan hanya bisa berharap akan ada yang menyelamatkannya. Hal terakhir yang diingatnya sebelum matanya tertutup adalah cahaya yang muncul di depannya.
Seorang wanita paruh baya menemukannya tergeletak di depan puing konstruksi itu dan membawanya ke rumah sakit.
Anak itu terbangun setelah koma selama beberapa minggu.
Wanita itu menanyakan tentang keluarganya, anak itu mengatakan dia tidak memilikinya dan wanita itu merasa kasihan padanya. Kemudian dia menawarkan anak itu untuk tinggal bersamanya dan anak itu menerimanya dengan senang hati.
"Kau tidak sedang menceritakan diri sendiri kan?"
Tartagus hanya tertawa garing mendengar pertanyaan sepupunya. "Ya nggak lha!"
Sebenarnya itu memang masa lalunya sendiri, tapi dia sengaja menyamarkan nama agar Vience tidak kasihan padanya.
5. Bibi Rilen
Di sebuah rumah kecil, terlihat seorang wanita berambut merah yang baru saja melahirkan sepasang anak kembar.
Anak kembar pertama adalah anak laki-laki dengan rambut merah seperti ibunya, sementara anak kembar kedua adalah anak perempuan dengan rambut pirang.
"Harus kita beri nama siapa mereka?" Wanita itu menanyai seorang pria berambut pirang di sebelahnya.
Sang pria yang merupakan suami wanita itu menyarankan nama untuk anak kembar mereka.
"Sepertinya itu nama yang bagus."
Pria itu hanya tersenyum.
Tapi pada malamnya...
"Maaf Rilen, besok pagi aku harus segera pergi, mungkin tidak akan kembali..."
Rilen terkejut mendengar itu. "Apa maksudmu pergi seenaknya setelah anakmu lahir?! Tidak bisakah kau biarkan mereka melihatmu untuk beberapa tahun?!"
Pria itu menggeleng. "Tidak bisa, aku terikat 'sesuatu' yang membuatku tidak bisa lama-lama bersama mereka..."
Rilen mulai curiga. "Kenapa? Apa 'sesuatu' yang membuatmu terikat, Mayganor?"
"Karena aku-"
"Biiibiii Riiileeeeen!"
"Eh?" Wanita itu tersentak sesaat ketika melamun di depan jendela dan menengok ke belakang. "Teira? Sejak kapan kamu di sini?"
Gadis pirang bermata coklat yang merupakan adiknya Teiron itu mencembungkan pipi dengan sebal. "Dari tadi! Aku panggilin nggak nyahut, malah melamun aja!"
Dia hanya tertawa kecil dan mengusap kepala keponakannya. "Maaf ya..."
Kemudian gadis itu segera pergi, Bibi Rilen sempat melirik keluar jendela sesaat sebelum akhirnya menyusul Teira.
Bonus:
Siang hari yang cerah, tenang, dan tenteram di Homebase Garuchan Squad...
Sampai terdengarnya suara kaca pecah plus teriakan alay di dalam sana.
Jika dilihat lebih teliti ke dalam, terdapat Zen dan seseorang yang berkunjung dengan inisial 'SR' sedang melakukan sesuatu.
"Yak, mantep! Rekor baru!" kata Zen sambil megang stopwatch.
"Sip, berapa detik?" tanya SR.
"5,6 detik! Sini gantian!" jawab Zen sambil memulai 'permainan' mereka.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAH!" Terdengarlah suara alay yang berkumandang di suatu tempat.
"Berapa detik?" tanya Zen.
"Kamprot! 5,0 detik! Beda tipis!" balas SR.
Ternyata mereka sedang menyantet orang. Mereka sengaja memasang foto wajah Salem di tembok dan mengenainya dengan melemparkan bola basket. Oh, dan jangan lupakan stopwatch untuk menghitung seberapa cepat reaksinya akan muncul.
Akhirnya sang target pun mendatangi TKP dengan 'wajah yang tak bisa dijelaskan dengan perkataan'.
"Anjrit lu berdua! Muka gue ringsek sebelah nih! Dasar penggemar mainan limbad! Jangan sampe gue telpon psikiater ya!" bentak Salem.
"Kita bosen main PS mulu, jadinya puasin aja main ini!" balas Zen sok polos.
"Lu berdua nyadar umur! Harusnya kalian hangout atau nge-date atau segala macem, bukannya nyantet orang begini!" usul Salem sok bijak.
"Halah, lu sendiri? Dasar jomblo!" ejek Zen.
Jleb!
"Perjaka!"
Jleb jleb!
"Pedofil!"
Jleb jleb jleb!
"Mesum!"
"Sorry ye, tapi gue nggak mesum!" bantah Salem dengan wajah datar.
"Belum aja tuh!" balas SR jahil.
"Au ah, gue mau keluar!" Salem berjalan meninggalkan mereka.
"Nyari udara segar?" tanya Zen watados.
"Nggak, nyari cabe! Ya iyalah!" sembur Salem sewot sebelum akhirnya pergi.
Seseorang menepuk pundak si ketua Garuchan yang sedang mencari buku di perpustakaan dan gadis itu menengok ke belakang. "Ah, Warrend! Ada apa?"
Dia menunjuk gadis di depannya, kemudian membentuk jari seperti gunting yang diarahkan ke dekat rambut.
"Oh, ini?" Girl-chan menyisir rambutnya yang tergerai sebahu dengan jari. "Iya, aku baru saja potong rambut!"
Warrend hanya manggut-manggut.
Zen dan SR sempat melihat kejadian itu.
"Kenapa dia menggunakan bahasa isyarat ya? Ngomong langsung bisa kan?" tanya SR bingung.
"Dia terkena afasia..." jawab Zen.
"Afasia? Memangnya itu apa? Kok bisa?" tanya SR bingung.
"Dia kehilangan kemampuan bicara karena kecelakaan..." jelas Desmand yang muncul di sebelah mereka.
SR hanya ber-'oh' ria dengan prihatin.
Di sudut lain, terdapat Lectro dan Luthias.
"Hmm, kira-kira abang lu cemburu nggak tuh liat dia ngobrol sama Warrend?" tanya Lectro agak was-was.
Luthias angkat bahu. "Entahlah, emangnya kenapa?"
"Nggak, gue cuma keinget Tumma aja..." balas Lectro. "Waktu itu gue lagi ngomongin mitologi sama Yubi, terus entah kenapa datang-datang langsung keluarin aura suram sampai Arie yang berada di belakangnya udah pingsan duluan..."
Luthias langsung merinding. "Sepertinya dia cemburu saat itu..."
Di kebun...
"Mathias-pyon, kita pergi yuk! Aku takut ketauan!" ajak Giro kepada Mathias yang masih sibuk makan telur di kebun milik Daren.
"Bentar dulu, belum puas nih!" tolak Mathias yang mengambil sebutir telur lagi.
"Tapi, aku takut kalau kita ketauan sama 'you know who I mean'..." balas Giro lirih.
"Ketauan sama siapa?"
"Ya sama Kalong lha!"
"Apa?"
"Ketauan sama siapa, Giro?!"
Tiba-tiba ada aura mengerikan di dekat mereka. Giro langsung menelan ludah, sementara Mathias memuntahkan kembali telur yang baru dimakannya.
Kedua orang itu menengok ke belakang dan mendapati sang pemilik kebun sedang berdiri di depan mereka. Siapa lagi kalau bukan...
"KALONG!" teriak Giro dan Mathias bersamaan.
BLETAK!
Mereka berdua mendapat pukulan 'khusus' dari Daren.
"Siapa yang kalian panggil 'Kalong' hah?!' bentak Daren galak. "Dan kau Mathias, jangan mencuri telurku lagi!"
"Ampun, Kalong-sama!" seru kedua orang itu dan langsung kabur secepat kilat.
"Awas aja kalau ketemu lagi!" gerutu Daren penuh emosi.
"Sabar ya, Daren-kun!" kata Lisa yang kebetulan melihat kejadian barusan.
"Terima ka-"
"Maaf salah, maksudku Kalong-kun!" potong Lisa.
"Nama sendiri lupa, dasar pikun!" timpal Alpha yang tiba-tiba nongol.
"KALIIIAAAAAAAAN!"
BRAGH! BRUGH! DUAR!
Selagi Daren sibuk memberikan 'pelajaran' kepada mereka, Mathias nekat kembali untuk mengambil beberapa butir telur milik Daren.
Akulah Kambing dan tak ada yang bisa menyaingiku, yeay! KAMBING IS MINE, muahahahahahaha!
Daren, Lisa, dan Alpha langsung speechless mendengar ringtone aneh barusan. Mathias langsung mengambil HP-nya dengan wajah shock dan ternyata Giro yang menelepon.
'Ini pasti Giro yang ganti!' batin Mathias.
"MATHIAS! BERANINYA KAU MENCURI TELURKU LAGI!" teriak Daren.
Mathias langsung panik dan segera ambil langkah seribu dari tempat itu.
Akulah Kambing dan tak ada yang bisa menyaingiku, yeay! KAMBING IS MINE, muahahahahahaha!
"Dia tidak dikejar?" tanya Lisa.
Sementara Alpha sibuk membuat status FB mengenai nada dering Mathias.
"Nggak usah, aku jadi nggak mood pas dengerin ringtone HP-nya!" jawab Daren sweatdrop.
"GIRO, AKAN KUBUNUH KAU!" (Mathias)
"Mathias-pyon yang nista!" (Giro)
"Mathias diselamatkan oleh ke'kambing'annya!' (Lisa)
"Jadi inget Trio Kwek-Kwek deh!" (Daren)
"Wow! Banyak yang langsung like!" (Alpha)
Back to Zen and SR...
"Ikyo kemana ya?" tanya SR.
Zen memiringkan kepala. "Mungkin lagi tiduran di sofa, napa emang?"
"Godain dia yuk!" ajak SR sambil menyeringai.
Zen ikut berseringai. "Oooh, oke!"
Mereka berdua segera keluar perpus dan pergi ke ruang tengah dimana si rubah sedang tertidur pulas di sofa.
SR mendekatinya dan membisikkan sesuatu. "Saya nikahkan dan kawinkan, Kitsukami Ikyo dan Adelia Avelon, dengan mas kawin sebuah doujin dibayar kredit. Bagaimana para saksi, sah?"
"SAAAAAAAAAH!" pekik Zen dengan penuh niat.
"WHAT?!" Ikyo langsung bangun dengan wajah panik.
Kedua orang yang mengerjainya langsung ngakak guling-guling.
Si rubah yang menyadari telah dikerjai langsung memerah karena kesal. "Eh bangke, ngapain ngerjain orang sih?!"
"Biarin, gue emang pengen godain lu aja!" balas SR watados.
To Be Continue, bukan Tirai Bambu Centani (?)...
Auh dah mau ngomong apa, aku memang kesulitan bikin screen masa lalu OC sendiri... -w-/
Soal si 'SR', dia salah satu Reviewer sini kok... ^^/
Bagian potong rambut itu aslinya emang udah lama, tapi di versi game aja yang nggak kesampaian karena... Ya gitu deh! -w-/
Review! :D
