Balas Review! :D

RosyMiranto18: Tapi entah kenapa aku rada kurang ngudeng dengan info di sana, mengingat English-ku agak payah sih... .w.a Thanks for Review! :D

StrideRyuuki: Enaknya yang seorang 'sultan'! ~(-w-)~ *karena dia sendiri nggak pernah punya Hero Premium sampai sekarang karena derita makhluk kere.* Ini udah lanjut! :D

Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

"Kenapa jemputnya baru sekarang? Ini sudah larut malam." tanya Mira begitu mendapati kakaknya baru tiba di rumah sakit pada jam sepuluh malam.

Musket hanya menggaruk kepala. "Maaf ya Mira, tadi ada misi... Soalnya kalau tidak diselesaikan, entar bisa digebukin sama Kaichou..."

Mira hanya ber-'oh' ria.

"Sekarang bagaimana? Kau mau pulang?" tanya Musket.

Mira menggeleng. "Aku ingin bersama nii-chan saja."

"Eh? Ta-ta-" Tiba-tiba tangannya sudah dipegangi adiknya.

"Aku tidak mau terpisah dari nii-chan lagi, jadi biarkan aku ikut nii-chan..." Mira menggenggam erat tangan kakaknya.

"Tapi bagaimana dengan Ayah dan Ibu?" tanya Musket lagi.

Mira tersenyum manis. "Aku sudah menelpon mereka tadi siang, mereka tidak keberatan jika aku bersamamu."

"Hmm..." Musket menengadah sesaat. "Baiklah... Tapi aku perlu beritahu Kaichou dulu..."


Chapter 89: The 'Big Day'


"Katanya dia mau menjemput adiknya malam ini!"

"Emang, dia udah kasih tau gue di chat!"

"Aku jadi penasaran seperti apa si Mira..."

"Mira siapa? Mira Valiento?"

Daren, Alexia, dan Teiron menengok ke arah Kim dengan wajah skeptis.

"A-apa? Ada yang salah?" tanya Kim bingung.

"Bukan adeknya Alucard, Mira yang ini adeknya Musket!" ralat Teiron sweatdrop.

Kim mengangkat alis. "Dia punya adek?"

"Entar juga lu bakalan tau!"

Kim memilih untuk diam dan meninggalkan mereka.


Di tempat lain...

"Reha?"

"Ape?"

"Sampe kapan lu mau numpang di sini?"

"Sampe markas gue kelar!"

"Terserah! Tapi kalau lu sampe nggak mau balik setelah markas lu kelar karena kelewat betah, gue tendang pantat lu pergi dari sini!"

"B aja mbak, gue bakalan balik kok!"

Girl-chan hanya menghela nafas frustasi, sementara Reha sendiri memilih untuk diam.

"Ngomong-ngomong, besok akan ada 'hari besar' di sini, jadi aku menyarankan agar kau harus mengungsikan squad-mu ke tempat lain..." Girl-chan menatap Reha dengan wajah datarnya.

Pemuda yang duduk di sebelahnya menggaruk kepala. "Errr, oke... Jika itu mau-mu... Akan kuberitahu mereka..."

"Bagus!" Gadis itu berdiri dari sofa dan pergi.


Back to Liferpoint Siblings...

Sekarang mereka berdua sudah tiba di markas dan segera masuk.

"Musket, siapa yang kamu bawa itu?" tanya Bibi Rilen.

"Ehm, adikku..." jawan Musket seadanya.

Mira membungkuk sopan. "Salam kenal, saya Mira Liferpoint."

"Tidak perlu terlalu formal, nak! Anggap saja rumah sendiri!" Bibi Rilen mengibaskan tangan. "Oh, namaku Chairone Rilen, kamu bisa memanggilku 'Bibi'!"

"I-iya, Bibi..." balas Mira agak canggung.

Kemudian Bibi Rilen pergi ke tempat lain dan keduanya segera bergegas ke eskalator.


Di lantai lima...

"Bisakah kita ke kamar saja? Aku mengantuk..." pinta Mira lemas.

"Sebaiknya kita temui Kaichou du-" Tiba-tiba Musket bertabrakkan dengan yang bersangkutan.

"Aduh, liat-liat kalau ja- Untuk apa kau bawa adikmu ke sini?" tanya Girl-chan bingung setelah melihat Mira di belakang Musket.

"Ehmm, dia mau tinggal..." jawab Musket seadanya.

Gadis itu hanya ber-'oh' ria dan melipat tangan, kemudian dia sempat memperhatikan wajah Mira yang terlihat mengantuk. "Sepertinya kau harus bawa dia ke kamar sekarang! Dia pasti lelah setelah perjalanan dan masa pemulihan. Aku akan ambilkan 'keperluan' untuknya."

Musket mengangguk dan segera menuntun adiknya ke kamar, sementara Girl-chan pergi ke kantornya untuk mengambil 'keperluan' Mira.


Mira duduk di atas ranjang kakaknya untuk mengistirahatkan tubuh, sementara Musket sibuk merapikan barang-barang yang dibawa adiknya. Kemudian Girl-chan masuk ke kamar sambil membawa...

Kertas formulir dan pulpen?

Oh, apa aku lupa bilang kalau 'keperluan' yang dimaksud adalah mengurusi pendaftaran anggota baru?

Si ketua Garuchan memberikan kedua benda itu ke Mira. "Kau bisa menyerahkan itu besok siang."

"Terima kasih."


Meanwhile...

"Kau pasti lelah setelah hari ini, pergilah tidur." nasihat Naoto.

Hikari terdiam sesaat mendengar perkataan kucingnya, kemudian di pikirannya terdapat tiga pilihan:


- Pergi tidur.

- Panggil Flore.

- Button Smash.


Hikari memilih 'Button Smash' dan memegangi kepala Naoto.

Kucing itu kebingungan dengan apa yang akan dilakukan majikannya, sampai...

"MEOWOWOWOWOWOW!"

Ternyata 'Button Smash' yang dimaksud adalah memainkan kepala kucing.

Note: Bagian ini dapet dari fancomic Persona 5 karya 'rainyazurehoodie', artist di Tumblr. Fancomic yang kukoleksi darinya di laptop kebanyakan tentang Pokemon Go (tapi nemu di FB sih, soalnya aku nggak ngeh kalau main di Tumblr, beneran deh! 'w'v). Fancomic Persona lain yang dia buat itu pas Ryuji mempertanyakan si Protagonis yang pakai kacamata palsu (alias tanpa lensa), terus dia ngambil kacamata si Protagonis dan mengira matanya akan membentuk angka tiga, tapi ternyata dugaan dia salah dan malah berakhir matahin kacamata si Protagonis di tangannya. :V a


Keesokan harinya...

yugande mo, nijinde mo~ Every Day Every Night, mada tsukamenai~

"Edward, ganti lagunya dong! Bosen itu mulu!" kata Salem ke Edward yang sedang menyetel lagu 'Step Up Love' (Ending 'Kekkai Sensen and Beyond') via handphone di sebelahnya.

"Terus mau lagu apa, Kak?" tanya Edward.

"Yang menurutmu cocok denganku saja!" balas Salem seadanya.

"Oke!" Edward pun mengganti lagunya menjadi...

Sudah terlalu lama sendiri~ Sudah terlalu lama, aku asik sendiri~

"Gimana, Kak? Cocok nggak?" tanya Edward lagi.

"Ngena banget, ngena banget!" balas Salem yang pengen nangis.

Baper lagi! :V *dikejar-kejar Salem.*


Di tempat lain...

"Adek lu Hero apa?"

Musket menengadah sesaat, kemudian menggeleng untuk menjawab pertanyaan Lectro. "Tidak tau, mungkin akan kutanyakan padanya nanti..."

"Tro, ke lantai tujuh yuk!" ajak Eudo.

Lectro mengangguk dan berjalan mengikuti Eudo, sementara Musket sendiri memilih untuk pergi ke tempat lain.


"Jadi kau ingin kami pindah ke tempat lain untuk sementara?" tanya Takano.

Girl-chan mengangguk. "Iya pak, aku juga sudah membicarakannya dengan Reha!"

"Baiklah, kami akan meminta mereka untuk pindah." ujar Yuki.


Setelah para anggota Garuchan selesai bersih-bersih dan menyiapkan segala keperluan yang ada, mereka menunggu tamu yang datang.

Ting tong!

Ikyo membuka pintu dan terlihat sedikit bingung dengan orang di depannya.

Mau tau kenapa?

"Errr, perasaan tadi kau ada di atas, kenapa sekarang di sini?"

Terdapat seorang gadis yang mirip si ketua Garuchan, tapi gaya rambutnya dikuncir dua ke bawah dan memakai jepit rambut berbentuk kepala kucing warna kuning, baju olahraga warna biru muda, celana training warna biru tua, dan sepatu hitam.

Gadis itu memiringkan kepala. "Hah? Apa maksudmu?"

"Kyo..." Seseorang mencolek pundak si rubah.

Begitu dia menengok, Girl-chan (yang memakai kemeja putih, celana coklat, dan sepasang sendal) sudah berada di belakangnya dengan wajah risih. "Kau salah orang, Bung!"

Ikyo memperhatikan gadis tadi, kemudian beralih ke si ketua Garuchan, dan begitu terus secara bergantian, sampai akhirnya dia bingung sendiri.

"Oy Ikyo-pyon! Itu kakak gue! Emang dari segi suara dan muka rada mirip Kaichou, tapi itu bukan dia!" seru Giro yang mendatangi mereka.

"Kenapa dia bingung melihatku ya?" tanya gadis itu heran.

"Yah, karena Schwester mirip ketua kami..." Giro menghampiri kakaknya, kemudian menarik tangannya untuk masuk ke dalam dan mereka berdua langsung pergi.

Sementara Ikyo dan Girl-chan hanya terdiam melihat kepergian mereka.

"Dia kakaknya Giro, namanya Garu Catlite..." jelas Girl-chan datar sambil menutup pintu. "Jangan tanya kenapa kami bisa mirip, kau tidak akan mengerti nanti!"

"Sekarang gue ngerti kenapa Salem sering pingsan ngeliat orang kembar, dua orang yang sama itu bikin bingung..." Ikyo menggaruk kepala. "Entah kenapa jadi keinget kejadian waktu main ToD sama Reha Squad, gue salah mengira Rone dengan Red..."

Girl-chan menggeleng sesaat. "Kalau aku tidak bisa membedakan Hikaru dan Kaoru dari Ouran High School Host Club, makanya itu aku tidak ingin memikirkannya lebih jauh..."

Ting tong!

Pintu kembali dibuka dan terlihat kerumunan orang di depan mereka.

"Apa Aniki ada?" tanya mereka semua serentak.

"Masuklah, dia di belakang!" balas Girl-chan datar sambil menunjuk ke belakang dengan jempolnya.

Mereka semua segera berebutan masuk dan langsung ngacir ke belakang, kemudian Girl-chan kembali menutup pintu.

"Aku mau pergi ke dapur, tolong sambut tamu yang lain!" Si ketua Garuchan berjalan meninggalkan si rubah.

Ting tong!

'Siapa lagi nih?' batin Ikyo sambil membuka pintu, kemudian langsung memasang wajah datar karena...

Dia kedatangan kakak dan keempat sepupu Adelia.

"Halo Kyo, boleh masuk?" tanya Jioru dengan wajah sok imut.

"Masuk aja, nggak usah pake muka begituan, jijik liatnya!" Ikyo berjalan pergi diikuti kelima orang itu.


Luthias yang melihat pintu terbuka berniat menutupnya, tapi...

"Ka-kalian? Bagaimana bisa kalian ke sini?!" tanya Luthias shock karena...

Di depan pintu terdapat empat orang yang dikenalinya.

"Oh itu? Kami diberitahu Enara-chan!" balas seseorang berambut platinum blonde, mata ungu, memakai baju biru dan topi putih dengan wajah sumringah.

"Hm." Seorang pria pirang berkacamata dengan mata biru kehijauan dan memakai baju biru yang paling tinggi di antara mereka berempat membenarkan dengan sebuah anggukan.

"Apa Anko di sini, Green?" tanya seseorang berambut pirang disertai jepit salib di rambutnya dan memakai baju pelaut berwarna gelap dengan wajah datar.

"Oh iya, silakan masuk!" Luthias mempersilakan mereka masuk, kemudian menutup pintu setelah keempatnya masuk ke dalam. "Aniki sedang di belakang mengurusi saudara-saudara kami! Oh, bagaimana kalau kalian kuajak keliling dulu?"

"Baiklah..." balas seorang pemuda berambut putih keperakan dengan mata ungu, memakai kemeja putih berpita yang ditutupi jaket coklat, celana coklat, dan sepatu boot putih.

Dan mereka berlima berjalan keliling markas.


Mari kita lihat kondisi yang lain dulu!

"Naya sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Elena.

"Baik-baik saja, walaupun belakangan ini adikku sedang depresi karena gagal dapat pasangan." balas Naya.

Elena dan Edgar (yang berada di sebelah Naya) langsung sweatdrop mendengarnya.

"Tapi apa jadinya kalau dia... Terpaksa menerima cinta dari laki-laki karena terlalu depresi?"

"Aku akan memaklumi itu selama dia bahagia."

'Kakak yang perhatian...' batin Elena kagum.

'Aku tidak yakin itu akan berjalan lancar...' batin Edgar risih.


Sementara di belakang mereka terdapat Eugene yang sedang menggendong Edward di pundaknya.


"Kakakmu kemana, Lis?" tanya Anisa.

"Kak Al? Dia mengunjungi makam 'mereka'..." jelas Lisa seadanya.


Di Citadel Cemetery, Alpha sedang bercerita kepada orangtuanya di depan makam mereka.

"Ada dua orang teman yang rambutnya model duren (baca: spiky), dan ada anak polos yang mengira mereka itu karakter utama di film ninja! Padahal, yang satu rambut pirang mata coklat tua dan yang satu lagi rambut coklat mata biru terang!"


Kembali ke markas...

"Nenek Rilen!" panggil Flore.

Yang bersangkutan menengok. "Kenapa, sayang?"

"Papa mana?" tanya Flore.

"Entahlah, coba cari ke bawah!" usul Bibi Rilen.

"Baiklah!" Flore segera pergi.

"Dia siapa, Kak Rilly?" tanya Carlina.

"Itu Flore, anak kucing milik Teiron!" jelas Bibi Rilen watados.

"Ada apa ya?" tanya Flore yang entah kenapa malah balik lagi.

"Tidak ada, nak!" balas Carlina seadanya.

Flore hanya ber-'oh' ria dan pergi.

"Permisi, anda ibunya Teiron?"

Carlina menengok begitu mendapati Yato sudah berada di sebelahnya. "Ya, ada apa ya?"

"Saya Yato, ayahnya Lisa. Saya ingin mengobrol tentang hubungan anak anda dan anak saya."

"Kak Rilly, sejak kapan Teiron pacaran?" tanya Carlina bingung.

"Itu sudah lama sekali, Carly..." balas Bibi Rilen seadanya.


Entah kenapa, Teiron yang berada di gudang langsung bersin.

"Nyaw?" tanya Tsuchi bingung.

"Tidak ada apa-apa!" balas 'papa'-nya seadanya.

"Teiron-nii/Papa!"

Mereka berdua menengok dan mendapati...

"Kalian berdua ngapain nyusul ke sini?" tanya Teiron bingung.

Teira dan Flore malah manyun. "Abisnya dicariin ngilang sih!"


Di dapur...

"Hey, bisa nggak kalian berhenti bertengkar?" Girl-chan berusaha melerai Arie dan Zen yang sedang ribut di pojokan.

"Ahaha, biarkan saja mereka!"

Arie dan Zen langsung berhenti begitu mendengar suara tadi, sementara gadis itu menengok dan mendapati seorang pria yang menghampiri mereka.

"Ayah/Tuan Femuto?"

Femuto tertawa lagi. "Kalian semakin akrab saja sejak terakhir kali bersama saat itu!"

"Itu tidak lucu, Ayah!" sembur Arie sebal.

Zen melihat Girl-chan yang berniat pergi. "Kau mau kemana, Kaichou?"

"Aku tidak mau mengganggu kalian, jadi aku ingin melihat yang lain dulu!" Gadis itu segera keluar dari dapur.

"Dia ketua-nya?" tanya Femuto bingung.

"Apa Tuan merasa aneh jika seorang gadis menjadi ketua?" Zen nanya balik.

Femuto mengusap dagu. "Aku baru pertama kali bertemu yang seperti itu, tapi memang sedikit aneh menurutku..."

"Ngomong-ngomong, dimana Nyonya Gluaria?" tanya Zen.

"Dia sedang berbicara dengan Tumma, aku baru tau kalau ternyata dia punya pacar!" balas Femuto. "Oh, dan bicara soal pacar, apa ada orang yang kau sukai, Arie?"

"Tidak ada..." jawab Arie datar.


Kita lihat dulu kondisi orang yang sempat mereka bicarakan!

Ternyata mereka sedang mengobrol sambil duduk di sofa.

"Aku tidak menyangka kalau masih ada gadis yang menyukaimu dengan wujud seperti itu, kalian benar-benar serasi!" celetuk Gluaria kagum.

Tumma hanya menunduk malu. "Yah... Begitulah..."

Sementara Yubi, dia sedang memeluk Miorin di sebelah Tumma.

Note: Miorin itu rakun yang ditemukan Yubi pada beberapa Chapter sebelumnya (agak lupa yang mana).


Kembali ke Duo Devil dan Femuto...

"Terus gimana dengan cewek berpucuk yang deketin lu terus?" tanya Zen jahil.

"Oy, Rina tuh polosnya kelewatan, nggak mungkin ada rasa suka sama gue!" bantah Arie sewot.

Kemudian keduanya langsung ribut lagi, sementara Femuto malah asik menonton keributan mereka sambil bergumam "pertengkaran membuat mereka semakin akrab".

Ah elah Pak, bukannya dilerai malah ditonton! =w="


Di perpus...

"Ashley, keluargamu tidak ada yang datang?" tanya Hikari sambil mengelus Naoto.

Gadis hantu itu menggeleng. "Mereka sudah melupakanku sejak aku meninggal..."

Hikari hanya ber-'oh' ria dengan wajah prihatin. "Maaf ya..."

"Tidak apa-apa..." Ashley kembali menggeleng. "Lagipula, aku sudah senang menjadi keluarga di sini..."


Di tempat lain...

"Seperti apa orangtua Maurice?" tanya Kivosya.

"Dia hanya bersama pamannya, Nek..." jelas Monika seadanya.

Kivosya hanya ber-'oh' ria.

Monika menghampiri Maurice yang sedang menyapu dan menepuk pundaknya. "Oy!"

"Kenapa?" tanya Maurice sambil menengok dengan wajah bingung.

Monika menunjuk neneknya di belakang. "Panggil pamanmu dong! Nenekku mau bicara sama dia!"

"Ehmm... Baiklah..."


Setelah itu...

"Pamannya Maurice?" tanya Kivosya saat Grayson menghampirinya.

"Ya, ada apa?" tanya pria itu bingung.

"Aku neneknya Monika, aku ingin bicara soal... Hubungan keponakanmu dengan cucuku..."

Grayson melirik Maurice yang memalingkan wajah merahnya.

"A-aku bisa jelaskan, Paman..." gumam Maurice malu.


Meanwhile...

Seorang wanita berambut biru tengah berjalan menyusuri koridor lantai lima dan membuka pintu sebuah kamar.

Kriiieet!

"Sepertinya aku tidak salah kamar! Ah, halo Musket-kun, Mira-chan!" sapa wanita itu.

"Untuk apa Dokter Izca ke sini dayo?" tanya Musket bingung.

"Panggil Izca saja." Ternyata dia adalah dokter yang pernah merawat Mira. "Aku ke sini mengunjungi adik iparku dan juga kalian. Oh, bagaimana keadaanmu, Mira-chan?"

"Sudah lebih baik, Izca-san." balas Mira ramah.

Izca tersenyum senang. "Baguslah!"

"Are? Nee-chan, kau kenal mereka?" tanya Emy yang nongol dari balik pintu.

Izca tertawa kecil. "Aku pernah merawat Mira-chan saat dia masih koma karena kecelakaan."

"Nee-chan nggak pernah cerita!"

"Kamu kerjaannya recokin pacar mulu sih, jadinya nggak denger!"

Musket langsung sweatdrop mendengar itu.


Kalau Izca dan Emy di kamar Musket, lalu kemana Albert?

Oh, rupanya dia sedang mencari 'calon' adik ipar (baca: Thundy)!

Sementara yang dicari sedang mengobrol dengan temannya dan begitu menyadari keberadaan Albert, dia refleks meninju orang di sebelahnya sampai nancep di langit-langit.

Albert langsung sweatdrop melihat itu. "Dia siapa?"

"Nggak, bukan siapa-siapa!" balas Thundy watados.

Padahal dia lagi panik karena tak sengaja meninju orang barusan.

'Bakalan mampus deh gue digebukin 'mereka'...'


Di sisi lain...

Mathias yang sedang berkumpul dengan saudara-saudaranya di halaman belakang markas dikejutkan dengan...

"Ka-kalian?!"

"Teman-teman Aniki kok bisa ke sini?"

Keempat orang yang merupakan temannya.

"Enara yang memberitahu mereka..." jelas Luthias di belakang mereka dengan wajah datar.


Kita lihat kembali kondisi di depan pintu!

Ting tong!

Musket segera menuju ke pintu dan begitu membukanya...

"Ka-kalian..."

"Musket? Itu kau?"

Rupanya dia bertemu orangtuanya.

Anak itu berniat pergi, tapi tangannya dicengkeram oleh seorang wanita yang segera memeluknya.

"Sudah lama tidak bertemu, nak! Kami sangat khawatir!"

Musket tidak bisa melawan dan memilih untuk membalas pelukan ibu-nya.

"Nii-chan..."

Dia melepaskan pelukan dan menengok ke belakang begitu mendapati adiknya di sana. "Kau yang memanggil mereka ke sini?"

Mira menggaruk kepala. "Aku melakukannya demi kebaikan Nii-chan..."


-Flashback-

Mira sedang menelpon orangtua-nya dengan telepon di kamar rumah sakit yang ditempatinya.

Setelah bebebrapa menit, terdengar suara seorang wanita. "Halo?"

"Ibu, boleh aku tinggal dengan Nii-chan?" tanya Mira.

"Kamu tau dia tinggal dimana sekarang?"

"Ya, sebuah rumah besar seperti istana. Dia akan menjemputku nanti."

"Baiklah, besok kami akan mencari rumah itu. Jaga dirimu ya!"

Sambungan pun langsung diputus saat itu juga.

-Flashback End-


Ayah mereka mengusap kepala Musket. "Karena sekarang kita sudah berkumpul kembali, bagaimana kalau kalian mengajak kami berkeliling tempat ini?"

Musket tersenyum tipis. "Baiklah..."

Kemudian mereka berempat pergi berkeliling.


Bonus:

Seminggu setelah 'hari besar', beberapa cewek sedang bermain ping-pong.

Tapi Sarah merasa ada yang aneh dengan Rina karena dia mengayunkan bet-nya dengan sangat bernafsu.

"Etto... Rina, santai saja mengayunkannya, seperti ini!" Sarah memberikan sebuah servis pelan.

Rina tidak mendengarkan dan tetap saja memukul dengan kekuatan penuh plus gaya sentrifugal yang membuat bola tersebut berbalik dengan kecepatan tinggi.

Naasnya, bola tersebut mengenai mata kanan Monika yang sedang memperhatikan mereka dari belakang Sarah.

"UWOOOOOOOO!"

"MONIKA!" pekik beberapa cewek panik.

"Minna! Kita bawa Monika ke rumah sakit!" seru Sarah sambil menggotong Monika diikuti yang lainnya.


Operasi mata kanan Monika berhasil, tapi mata kanannya harus diperban selama seminggu. Alhasil, dia selalu dikerjai teman-temannya dengan cara diarahkan ke tembok saat berjalan.


Pesan Moral untuk Hari Ini: Jangan memukul bola ping-pong terlalu keras seperti yang dilakukan Rina barusan!


Di sisi lain...

Terdapat sepotong pizza terakhir di dalam kardusnya di atas meja perpus.

Rendy dan Zen sedang memperebutkan potongan terakhir tersebut.

"Hey lihat! Kekasihmu berdiri di belakang!" seru Rendy sambil menunjuk ke belakang Zen.

"Hah? Mana?" Zen langsung menengok dan...

Jreeeeeng!

Ternyata itu malah Arie yang memasang foto wajah Meila di kepalanya dan Rendy langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk memakan pizza tadi.

"DASAR BOCAH SIALAN! KEMBALIKAN PIZZA-KU!"

"Tidak akan!"

Dan keduanya pun langsung rusuh.


"Hah? Garuchan Squad? Bukan, ini taman kanak-kanak..." kata Ikyo datar ketika sedang menerima telepon dari seseorang dan mengabaikan kerusuhan di belakangnya.

Note: Dari sebuah Fancomic sebuah fandom dengan singkatan DMC yang nemu di TL FB... .w./


To Be Continue, bukan Taxi Bavarian Client (?)...


Random Fact Today:

1. Kucing milik Hikari itu sifatnya 11-12 mirip Morgana.

2. Jangan tanya soal mata kiri Monika, itu rahasia.


Kalau kalian bertanya seperti apa 'hari besar' mereka, well... Sebenarnya itu agak sulit dijelaskan, tapi bisa dibilang seperti acara kumpul dari berbagai keluarga sih... ^^a

Yah, begini deh yang bisa kubuat... '-'/

Review! :D