Balas Review! :D
StrideRyuuki: Ahaha! :V Ini udah lanjut! :D
RosyMiranto18: Maaf, mungkin bagian itu agak berbau gore karena seperti yang pernah dikatakan Rendy: 'dibacok'.
Raimundo: "Itu tidak masalah kok!"
Giro: "Entahlah, aku belum pernah mencobanya..."
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 92: Abnormal Contest
"Sal!"
"Apaan, Ren?"
"Ada surat cinta buat lu!" Rendy ngasih secarik kertas.
Isinya seperti ini:
Untuk Salem, datanglah ke Dragon Nest. Di sana aku menunggumu, menunggumu...
"WOW! Gue disuruh ke Dragon Nest!" ujar Salem kegirangan.
"Gue temenin!" seru Saphire yang datang entah dari mana.
"ASTAGA KAMBING! NAJONG DAH! SEJAK KAPAN LU DATENG?!" pekik Salem nggak nyelow plus kaget dengan kemunculan Saphire.
"Sejak tadi!" balas Saphire watados.
Di Dragon Nest...
"Halo?"
"Aku menunggumu..."
Ketika Salem menengok ke belakang, ternyata dia adalah...
"KAYAK THE SHAMAN, ASDFGHJKL!" teriak Salem sambil lari pontang-panting.
Sekian intro hari ini!
Mari lanjut ke inti Chapter ini!
"Wow, ada papan iklan!" kata Mathias saat melihat sebuah papan iklan di pinggir jalan. "Kontes kimono khusus wanita!"
"Gimana kalau kalian yang ikutan?" tanya Zen kepada para cewek yang bersama mereka.
"Hey, ayo kita paksa mereka untuk ikutan!" ajak Monika.
"Ide bagus!" balas Primarin.
"UHUAK!" Teiron langsung ditonjok oleh Elwa.
"Ayo, kamu ikutan kontes!" kata Elwa sambil menyeret Teiron.
"Dary, ayo!" bujuk Vivi sambil mengeluarkan aura hitam.
"B-ba-baiklah, Vivi!" balas Daren gemetaran.
"Giro, bersiaplah!" ujar Hikari.
"AMPUN! BAIKLAH, AKU IKUT!" pekik Giro.
"CIH! MENDING GUE KABUR AJA! KAMUI!" Zen menyedot diri sendiri dan Mathias ikut kesedot.
"Gimana nih, Rice?" tanya Alpha ke Maurice.
"KUROI SENKO, SEMOGA BERUNTUNG!" teriak Maurice sambil ngacir.
"GOBLOK LU!" umpat Alpha sewot.
"Kamu juga harus ikutan!" ajak Alisa sambil menyeret Alpha.
Di tempat dandan...
"Kenapa harus gue sih?" tanya Alpha yang didandani jadi cewek.
"Iya, hiks..." balas Teiron yang juga didandani jadi cewek.
"Gue nggak perlu dandan!" timpal Giro. (Maklum, rambutnya panjang!)
"Si Mathias mana?" tanya Alisa.
"Kesedot Kamui-nya Zen!" jawab Elwa.
"Hiks, hiks..." isak Daren yang sama seperti ketiga orang lainnya.
"Kalau begitu ayo berangkat!" ajak Rina.
Di tempat kontes...
Teiron sebagai peserta pertama naik ke atas panggung.
"Nama anda siapa?" tanya Zen.
'WHAT?! ZEN JADI JURI?!' pekik Teiron dalam hati.
"Teiko!" jawab Teiron.
"Kebiasaan di rumah apa?" tanya Maurice.
'Goblok! Maurice juga?!' batin Teiron shock.
"Masak!" jawab Teiron lagi.
"Masak apa?" tanya Mathias.
'Si Kambing juga ikutan?!' jerit Teiron di pikirannya.
"Kue!" jawab Teiron singkat.
"Thias, lu tadi mau nanya apa barusan?" tanya Zen.
"APA KAU MEMAKAI PAKAIAN DALAM WANITA?!" pekik Mathias.
'Pakaian dalam wanita?!' batin Teiron shock parah.
"MAAF, TAPI AKU TIDAK MEMAKAINYA!" jerit Teiron stress.
Para penonton pun nosebleed.
Beberapa saat kemudian, Alpha pun naik ke atas panggung.
"Nama anda siapa?" tanya Maurice
'Bakalan gue bunuh lu, Rice!' umpat Alpha dalam hati.
"Alia!" jawab Alpha singkat.
"Kebiasaan apa?" tanya Zen.
'Ngapain Zen jadi juri juga?!' batin Alpha kaget.
"Jadi suster, guru, polwan, penari balet, striptease, dan lain-lain!" jelas Alpha.
"TERNYATA DIA COSPLAYER, PEMIRSA!" teriak Mathias.
"To-tolong ja-jangan di-disebar!" pinta Alpha terbata-bata.
"WAH, SAMA AKU AJA!" jerit para penonton.
Setelah itu, Daren naik ke atas panggung.
"Nama anda siapa?" tanya Zen.
'ZEN?!' pekik Daren dalam hati.
"Darina..." jawab Daren datar.
"Kebiasaan apa?" tanya Maurice.
'MAURICE JUGA?!' jerit Daren lagi.
"Membunuh!" jawab Daren singkat.
"BEH, MATI LAMPU! SEKIAN DARI KONTES INI!" teriak Mathias sambil ngacir dari tempat kontes yang mendadak mengalami pemadaman listrik.
Bonus:
Malam itu, dia mengalami mimpi terburuk yang pernah dilihatnya.
Dia melihat teman-temannya terperangkap di dalam penjara api. Dia melihat bagaimana wajah mereka terlihat tersiksa. Kemudian gadis itu (yang entah kenapa selalu menjadi pusat fokusnya) dengan tubuh yang seolah tidak akan bergerak lagi tergantung di langit-langit gedung yang terbakar.
Dia terbangun beberapa menit kemudian. Butiran keringat bermunculan dari keningnya, bahkan air mata ikut mengalir tanpa dia sadari.
Dalam beberapa kesempatan, ketika mimpi itu datang, dialah yang selalu memberikan rasa sakit itu kepada teman-temannya.
Setiap kali dia menggerakkan tubuhnya, sebuah cambuk (yang entah sejak kapan dipegangnya) akan melucuti kulit mereka yang terekspos. Wajah mereka selalu menunjukkan kebencian yang ditunjukkan hanya kepadanya. Dia tidak bisa melakukan apapun selain melukai mereka. Dia tidak mampu meminta maaf dan menjelaskan kalau ini hanya mimpi agar berusaha untuk membuat mereka lebih baik.
Hanya gadis itu yang terus tersenyum kepadanya. Senyumnya begitu lemah, tapi dia selalu melihat ekspresi yang sama di wajahnya.
'Aku percaya padamu...' Kedua iris coklat itu seolah berbisik kepadanya.
Setelah melihat gadis itu, biasanya dia akan terbangun dan langsung menangis terisak.
"Thun-kun?"
Pemuda berambut biru itu mendongak dan mendapati sepasang mata coklat yang selalu ditemuinya dalam mimpi, kemudian dia langsung mengalihkan perhatiannya kembali ke danau yang sejak tadi dipandanginya tanpa membalas sapaan gadis itu.
Gadis berambut coklat itu menghela nafas dan langsung duduk di sisinya tanpa izin.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Suara pemuda biru itu terdengar begitu dingin.
Dia tidak ingin bicara dengan siapapun. Dia tidak ingin melukai mereka seperti yang dilakukannya dalam mimpi.
Gadis itu menatapnya melalui bayangan di air dan mendapati tanda kurang istirahat dan kesedihan di wajahnya.
Dia pun hanya tersenyum kecil. "Apa ada yang mengganggumu?"
Dia tidak menjawab dan memutuskan untuk memeluk kakinya sambil menyembunyikan wajah di dalam lutut agar gadis itu tidak dapat melihat ekspresinya.
Sang gadis langsung tau kalau memang ada sesuatu yang mengganggu si pemuda biru.
"Kami selalu ada di sisimu!" Gadis itu menepuk pelan bahu pemuda itu dan berdiri. "Kau tau dimana bisa bicara jika butuh bantuan!"
Gadis berambut coklat itu pun berbalik dan meninggalkan pemuda biru itu sendirian di pinggir danau yang tenang.
'Kami selalu ada di sisimu!'
Kata-kata itu terngiang di kepalanya, entah kenapa kata-kata itu membuatnya merasa agak tenang.
Setidaknya ada yang percaya padamu. Kalimat itu terlintas di benaknya.
Dia hanya mengangkat bahunya dan mengabaikan pikiran itu.
Untuk sekarang, biarkan dia merasa tenang dalam mimpi memiliki teman yang bisa mempercayainya.
Malam itu, dia mendobrak masuk ke kamar sang gadis (yang kebetulan berada di sebelah kamarnya) yang sukses mengagetkan si pemilik kamar yang tengah membaca buku.
"Bisakah aku tidur denganmu malam ini?" tanyanya tanpa basa basi yang sukses membuat gadis itu malah tambah kaget.
"Ma-maksudnya?" Gadis yang masih shock itu hanya bisa gelagapan.
Sang pemuda biru hanya memiringkan kepala dengan reaksi berlebihan tersebut. Setelah gadis itu kembali tenang, dia langsung menengok ke arah lain dengan wajah merah.
"Ma-maaf, kau bisa tidur di sini..."
Pemuda itu ingin bicara lebih banyak, tapi otaknya seperti mau meledak karena kurang tidur akhir-akhir ini. Dia memutuskan untuk menjatuhkan diri di kasur sang gadis yang empuk seolah mengundangnya untuk datang ke dunia mimpi.
"Selamat malam..."
Dia langsung menutup mata dan membiarkan dirinya tenggelam ke dalam kegelapan.
Dia memperhatikan sang pemuda yang langsung terlelap beberapa detik setelah mengucapkan selamat malam dan menghela nafas. Melihat si pemuda biru yang tertidur begitu tenang membuatnya merasa mengantuk.
Gadis berambut coklat itu meregangkan ototnya yang kaku karena diam di tempat berjam-jam, kemudian dia menutup buku yang dibacanya dan mematikan lampu kecil di atas meja yang membuat kegelapan menyelimuti kamarnya.
Jantungnya terasa berdebar-debar. Nafasnya yang memburu berbeda jauh dengan nafas sang pemuda biru yang tenang dan pelan.
Dia merasa seperti orang jahat sekarang. Gadis itu menghela nafas lagi dan berusaha untuk mengembalikan ketenangan diri.
Dia berjalan ke arah kasur dan duduk di sisi kasur perlahan. Dia berusaha untuk tidak mengganggu tidur sang pemuda biru. Dia mengelus beberapa helai rambut biru itu sambil memandangi wajah tidurnya dan tersenyum.
Setelah beberapa saat, akhirnya dia berbaring di sebelah pemuda itu. Lengannya melingkar di pinggang pemuda itu dan kepalanya berada di atas kepala pemuda itu. Dia merasakan pemuda itu bergerak sedikit seolah mencari posisi yang lebih nyaman dalam pelukannya.
Gadis itu tersenyum pelan dan dia menciumi puncak kepala pemuda itu dengan lembut.
"Selamat malam, Thun-kun..."
Malam itu, dia melihat mimpi terindah yang pernah dilihatnya.
To Be Continue, bukan Tube Babe Cube (?)...
Ini... Koplak ya? :V a
Entah mau gimana lagi bikinnya, yang penting happy! :V /
Review! :D
