Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Ngoehehehe... :V
Musket: "Aku juga nggak ngerti kenapa singkatan namaku bisa sama dengan nama game, itu membuatku bingung..." .v.a
Salem: "Nggak ikhlas amat!" =w=
Makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Mungkin aku bisa beritahu, tapi lengkapnya silakan tanya Reha, karena mereka pernah muncul di fic-nya... .w./
Edward: "Begitulah..." 'w'
Luthias dan Hikari: =w=" *entah kenapa yang terlintas di kepala mereka malah suara lumba-lumba.*
Thanks for Review! :D
StrideRyuuki: Ahaha! :V *langsung kabur.*
Tumma: *menahan tawa sebisanya.*
Alexia: "Sudah lama, tapi tak bisa kuberitahu kayak gimana orangnya, dan nope, nggak ada miripnya..." =w=
Mathias: *menghela nafas frustasi.* "Fine..."
Ini udah lanjut! ^^/
Happy Reading! :D
Chapter 98: Nursing
Saat ini sedang hujan deras di depan markas Garuchan dan terdapat dua orang yang kebasahan, kelihatannya mereka sedang bertengkar.
"Please, jangan tinggalin aku lha!" kata salah satu dari mereka.
"Apa susahnya ngomong? Nelpon nggak pernah, SMS nggak pernah!" balas orang yang satunya kesal.
"Aku nggak punya pulsa!"
GUBRAK!
Orang yang kesal barusan langsung pingsan.
"Makanya, pakai XLS (?)! Murah, cuma 1 perak per 50 jam (bujug dah)!" Tiba-tiba muncul Alpha yang memakai baju maid (yang menimbulkan kesan kalau yang muncul adalah bencong *digaplok.*) sambil memegang sebuah kartu yang berbentuk seperti kartu tarot (?).
"CUT!" teriak seseorang mengakhiri kejadian gaje tersebut.
"Kalian boleh istirahat!" ujar sang sutradara yang entah kenapa mirip banget sama Theodore.
Di dalam markas Garuchan, terdapat Monika, Maurice, dan Alpha. Hanya ada mereka bertiga, sisanya ngilang dimakan Undead. *dihajar massa.*
"Siaaaal! Masa harus gue yang pake baju beginian?! Kaichou itu ya, nggak kira-kira banget ngasih tugas!" teriak Alpha yang pakai baju maid tadi frustasi.
"Benar juga ya! Salem menangkap kucing tetangga yang hilang (?). Edgar dan Naya ke laut mencari rumput laut (?). Vience dan Tartagus mencari kuda laut di hutan (?). Umm, siapa lagi ya? (Nah lho, kok lupain temen sendiri?) Oh iya! Flore dan Lisa pergi ke rumah angker hanya untuk mencari sekarung kapur ajaib milik Biclops (Lha, kok jadi nyambung ke Chalk Zone?), begitu deh!" jelas Maurice panjang lebar.
Sepertinya akhir-akhir ini si ketua Garuchan itu agak sarap deh! Apa gara-gara kemaren abis kesamber petirnya Thundy kali ya?
"Kayaknya Kaichou lagi korslet gara-gara kesamber petirnya Thundy deh! Buktinya, dia malah ngasih tugas yang nggak jelas semua!" Perkataan Maurice disahuti anggukan setuju dari Alpha.
"Bagaimana denganmu, Monika?" tanya Maurice dan Alpha sambil melirik Monika yang ternyata...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dia bersin-bersin dengan wajah memerah.
Maurice memegang kening Monika dan langsung kaget. "Panas! Kau sakit! Pasti gara-gara hujan tadi! Ayo, kau harus istirahat! Nanti biar tugas selanjutnya aku dan Alpha yang urus!"
"Tidak perlu, aku baik-baik saja kok!" balas Monika. "Aku masih bisa mencari sendal yang hilang!"
"Nggak boleh! Badanmu panas! Kau demam, setidaknya istrirahat dulu!" tolak Maurice marah.
"Aku nggak apa-apa! Aku baik-baik sa-"
Sebelum selesai ngomong, Monika langsung pingsan dan sukses membuat Maurice kaget.
"MONIKA!" teriak Maurice sambil berusaha menahan Monika agar nggak terjatuh.
Tapi bukannya menahannya, dia malah tertindih Monika yang pingsan.
"Be-berat! Alpha, tolongin dong!" pinta Maurice.
"Hah, baiklah! Sekarang mau kita apakan dia?" tanya Alpha sambil menaruh Monika di punggungnya.
"Taruh saja di kamarnya!" balas Maurice SPJ (Singkat-Padat-Jelas).
Di kamar Monika...
Terlihat Maurice yang sedang mengompres Monika agar panasnya turun.
"Maurice!" panggil Alpha.
"Iya?"
"Soal tugas biar gue aja yang urus! Lu urusin aja tuh bayi (?), oke?" usul Alpha sambil mengedipkan mata.
"Ta-tapi-"
"Byeeeeee~ Pasangan romantis~" teriak Alpha sambil menutup pintu dan meninggalkan pasangan sejoli tersebut.
Maurice hanya menghela nafas dan dia langsung mengambil termometer untuk mengukur suhu badan Monika.
"Aduh, suhu badannya panas banget!" ujar Maurice khawatir melihat suhu badan Monika.
Di saat yang bersamaan, Monika membuka mata walaupun badannya berkeringat karena panas.
"Ah, Monika! Kau sudah bangun? Mau makan bubur? Oh, aku harus cari obat dulu!" Maurice berniat membuka pintu untuk pergi sebelum dicegat Monika.
"Tugasnya?"
"Tugas? Itu sih biar Alpha yang urus! Sudahlah, jangan dipikirkan! Istirahat saja, oke?" Maurice tersenyum dan meninggalkan Monika sendirian di kamarnya.
Kelihatannya Maurice sedang sibuk mencari kotak obat dan dia ke perpus untuk mencarinya, kemudian melihat kotak obatnya berada di atas lemari yang tinggi.
'Nggak nyampe!' batinnya sambil lompat.
Ketika Maurice melihat tumpukan buku tebal di pojok ruangan, dia langsung menumpuknya dan menaiki tumpukan tersebut.
'Sedikit lagi, sedikit lagi!' batin Maurice sambil berusaha mengambil kotak obat.
'Berhasil!' batin Maurice senang karena berhasil mendapatkan kotak obat.
Tapi sayangnya, tumpukan buku itu rubuh karena Maurice kurang menjaga keseimbangan dan dia pun terjatuh.
"HUWAAAAAAAAA!"
BRUK! BRAK! BRUK!
"Maurice!" Monika membuka pintu dan melihat Maurice tertimpa buku-buku seperti api unggun perkemahan (?).
"Monika? Kenapa kau ada di sini? Seharusnya kau istirahat!" tanya Maurice sambil berusaha keluar dari tumpukan buku tersebut dibantu Monika.
"Monika, kau kan sakit, biar aku saja yang bereskan!" Maurice membereskan buku-buku itu.
"Tapi kenapa kau ke sini? Jarak kamarmu dengan perpus kan jauh banget, apalagi kau sedang sakit, bagaimana caranya kau bisa ke sini dalam waktu singkat?" tanya Maurice sambil menatap Monika yang duduk di kursi.
"Umm, so-soalnya a-aku-" jawab Monika terbata-bata karena malu.
Webek, webek...
"Ada apa? Kenapa diam saja?" tanya Maurice kebingungan.
Monika hanya diam dengan blushing.
"Sudahlah, sebaiknya kau kembali ke kamar!" usul Maurice.
Di kamar Monika...
"Nah, minum obat dan makan bubur!" ujar Maurice sambil memberikan obat, air, dan bubur.
Monika hanya bisa menurut. Dia meminum obat dan makan bubur.
"Maurice!"
"Iya?"
"Kau juga harus makan!"
"Hahaha, aku bisa nanti!"
Monika langsung menatap tajam Maurice dan akhirnya dia menyerah.
"Oke, oke! Aku ambil makanannya du-"
Sebelum selesai ngomong, Monika langsung memasukkan sesendok bubur ke mulut Maurice, atau bisa dibilang, menyuapinya.
"Monika..."
"Kau juga!"
"Eh?" Maurice kebingungan dan Monika tetap menatapnya. "Baiklah..."
Akhirnya Maurice menyuapi Monika.
Malam harinya...
"Huwaah, capek banget nyari kucingnya!" keluh Salem sambil menguap lebar.
"Sama, kita juga capek! Kaichou pasti sudah gila!" keluh Vience dan Edgar.
Mereka semua mengeluh karena tugas nggak jelas dari ketua mereka.
"Hm?" Mereka mengintip pintu kamar Monika yang sedikit terbuka dan beberapa dari mereka tertawa pelan. "Hihihi..."
"Jangan ganggu acara romantis mereka!"
Mereka pergi meninggalkan kamar itu.
"Moncong-moncong, gue lapar nih! Nanti kita makan apa ya?" tanya Tartagus sambil berjalan.
Di kamar Monika, terlihat Maurice dan Monika yang sedang tidur. Monika tidur di ranjangnya, sementara Maurice tidur sambil duduk di bangku dan menyenderkan kepala di ranjang Monika.
To Be Continue, bukan Tyrant Boss Crest (?)...
Kayaknya ini nggak kalah fluffy dengan beberapa Chapter sebelumnya... ^^a
Review! :D
