Balas Review! :D

StrideRyuuki: Ya ya...

Salem: "Sebaiknya lain kali aku akan memasang pengaman di celanaku untuk mencegahnya melakukan itu lagi..." =w=

Oh, ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Sayangnya itu harus dilupakan karena agak menyebalkan... -w-/

Luthias: "Untuk kali ini aku setuju dengan Iselin..." =w=

Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 109: Hee-Hooman This Age


Di atap markas, ada seseorang yang sedang latihan memanah.

Saat ini dia sedang fokus untuk menembak sasaran, sampai...

"Hay Tu-"

Panggilan yang entah berasal dari mana membuat konsentrasinya buyar dan tak sengaja melepaskan satu tembakan.

Hendry melihat panah yang menuju ke arah mereka, kemudian segera menarik Rendy sampai jatuh terduduk dan membuat panah itu menancap tepat beberapa senti di depan kakinya.

Sang pemanah yang melihat itu langsung panik. "Waaah, maaf maaf! Aku tak sengaja! Aku sedang latihan dan ada yang memanggil-"

Seseorang mencolek pundaknya dan ketika dia menengok ke belakang...

"Justru aku yang harus minta maaf, Tumma..." gumam Zen dengan tampang merasa bersalah. "Aku yang tadi memanggilmu..."

"Kau tidak apa-apa kan, Rendy?" tanya Hendry sambil membantu saudaranya berdiri.

Rendy hanya mengangguk. "Ya, tadi itu hampir saja. Makasih."

"Oh, ada kalian!" celetuk Zen yang baru menyadari keberadaan mereka. "Sepertinya aku yang memenangkan taruhan!"

Tumma memiringkan kepala dengan wajah bingung. "Taruhan?"

"Taruhan apa?" tanya Rendy dan Hendry bersamaan.

Zen nyengir tanpa dosa sambil menggaruk kepala. "Ehehe... Jadi..."


-Flashback-

"Arie, ayo buat taruhan!"

"Taruhan apa?"

"Kalau Mama Zela menghidupkan dia, kau harus mentraktirku seminggu. Tapi kalau Mama Zela tidak mau melakukannya, aku akan melayanimu sebulan."

"Hoooh... Menarik... Kita lihat saja nanti..."

-Flashback End-


"Makan gratis seminggu dibayar Arie, aku datang!" seru Zen yang langsung terbang meninggalkan mereka.

Ketiga orang itu hanya bisa sweatdrop melihatnya.

Tapi sebentar...

"Kalian berdua bisa melihatku ya?" tanya Hendry ke Tumma.

Yang ditanya mulai gelagapan. "Bagaimana menjelaskannya ya..."


"IKYOOOOOOOOOOOO!"

Yang bersangkutan segera keluar dan mendapati...

Sebuah truk yang mengangkut dua ton daging segar di depan markas dan sang supir yang melambaikan tangan ke arahnya.

'Dia serius membawa daging sebanyak itu?' batin Ikyo sweatdrop.

Sang supir segera turun dari truk dan menghampirinya. "Selamat ya atas pernikahan kalian dan juga kehamilan Adelia, silakan ambil hadiahnya!"

"Ya ya... Makasih..." gumam Ikyo kembali sweatdrop.

"Oy, Hibatur!"

Mereka berdua menengok ke atas dan melihat Zen yang terbang ke arah mereka.

"Yo Zen! Ada angin apa?" sapa Hibatur.

"Biasa, hang out!"

"Oke!"

Kemudian mereka berdua segera pergi.

Ikyo hanya menatap kepergian mereka sesaat, kemudian kembali melirik truk daging yang ditinggalkan Hibatur untuknya. "Sekarang apa yang harus aku lakukan dengan semua daging ini?"


Mari kita tengok ke teras!

"Bulutangkis dengan bola meriam?" Luthias langsung merinding selagi menggendong Kopen. "Yang benar saja?"

Hans hanya angkat bahu. "Kau bisa tanyakan Vil nanti..."

Entah kenapa, suasana di antara mereka mulai suram.

"Hans, sebaiknya kita harus segera pergi sebelum-"

Tiba-tiba sebuah tombak menancap tepat di antara mereka dan ketika keduanya menengok ke sumbernya...

Terdapat Hikari yang mengeluarkan aura hitam pekat di sana.

"KABOOOOOOOOOOOR!" Luthias segera menarik Hans untuk kabur menghindari Hikari.


Di ruang tengah...

"Es krim bentuk semangka?" Salem mengerutkan kening dengan es krim yang diberikan Chilla padanya.

"Kemarin Chilla beli itu bersama Kak Rara di supermarket dekat rumah Chilla. Di sana dijual banyak es krim yang unik. Ada es krim bentuk mangga, es krim bentuk jagung, es krim bentuk mochi, dan juga es krim bentuk semangka di tangan Salem."

"Kreatif juga ya pembuatnya..." Salem membuka bungkus es krim itu dan mengeluarkan isinya. "Benar-benar mirip semangka, ada bijinya pula."

"Kak Rara beli yang bentuk jagung. Sebenarnya Kak Rara juga mau beli yang bentuk mochi, tapi Kak Rara bilang begini: 'aku takut dompetku tidak akan cukup untuk ini'."

"Uhuk uhuk!" Tiba-tiba yang bersangkutan terbatuk selagi makan kacang arab dan kismis di dalam botol bekas air zamzam.

Salem yang melihat keberadaan si ketua Garuchan yang sedang duduk di sofa tepat di belakang Chilla merasakan firasat buruk. "Sebaiknya kau jangan menyinggung itu dulu, dia sangat sensitif kalau sampai mendengarnya..."

(Note: Soal es krim emang ada yang jual di dekat rumahku, harganya sekitar tiga ribuan. Soal kacang arab dan kismis, kalau pernah dikasih oleh-oleh sama orang yang pulang dari umroh/haji pasti tau. Biasanya kalau ada kurma hanya makan satu biji dan sisa dua biji dikasih keponakan, tapi jangan tanya soal kacang dan kismis yang ditaruh di dalam botol bekas air zamzam.)


Di tempat lain...

"Luth, tadi dia kenapa?" tanya Hans bingung setelah kejadian barusan.

Sekarang mereka bertiga (iya, Kopen juga dihitung) sedang berada di taman kota.

"Kopen ketauan menghamili kucing Hikari dan dia ingin membunuhku karena itu!" jelas Luthias dengan wajah horror.

"Meong!" sahut Kopen di kepala Luthias dengan wajah ketakutan.

Hans langsung merinding, kemudian teringat tujuan awal mereka. "Oh iya, ayo kita ke pelabuhan! Vil sudah menunggu kita di sana!"


Setelah itu...

"Vil, kau serius dengan ini?" tanya Luthias sedikit risih, kemudian menghela nafas. "Kalau boleh kuberitahu, sepertinya kita butuh pemukul yang besar dan keras untuk memukul bola meriam."

'Asal jangan frying pan, takutnya si Hungary beneran melempar panci ke sini...' lanjut Luthias dalam hati.

Yah, ternyata mereka beneran main bulutangkis dengan menggunakan salah satu bola meriam di kapal Vilhelm.

Jangan ditanya bagaimana cara mereka memainkannya, oke?


Di RestoCafé Citadel, ada dua iblis dan satu manusia yang akan memesan makanan.

"Aku ingin tau untuk apa kau mengajakku ke sini..." gumam Arie.

"Kau akan tau nanti~" balas Zen sok misterius.

Kemudian seorang pelayan datang untuk menanyakan apa yang akan mereka pesan.

"Pesan burger spesial dua porsi dan dua gelas soda, dia yang bayar!" seru Zen kepada pelayan sambil menunjuk Arie.

"Hah? Apa maksudnya?" tanya Arie dengan wajah shock ala Vincent Brooks di trailer 'Cathrine: Full Body'. *plak!*

Zen merangkul Hibatur dan menepuk punggungnya. "Aku menang taruhan lho! Jadi kau harus traktir aku dan dia makan seminggu!"

"Jangan bilang kau sengaja mengajak si 'Batu Nisan' untuk ikut makan dan menggorek dompetku?!" bentak Arie sewot.

Zen mengangguk. "Yap dan yap!"

"Hore, makan gratis seminggu!" seru Hibatur kegirangan.

"Urgh, dasar laknat! Tau gini mending nggak usah ikut taruhan dari awal!" umpat Arie kesal.

Rest in Peace dompetnya Arie...


To Be Continue, bukan Trish Blink Crash (?)...


Jangan tanya kenapa judulnya absurd, oke? -w-/

Review! :D