Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Sebenarnya nama kucing Hikari itu diambil dari nama character di Persona 4 sih... .w.a
Ikyo: "Kalau mau masak-masak boleh aja sih..." -w-"
Makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Selamat aja deh... 'w'/
Tumma: Sebenarnya aku tidak begitu ahli dan hanya menggunakan panah jika diperlukan, karena sihirku tidak cocok untuk bertarung..." ._.a
Ikyo: "Mungkin ngadain pesta boleh juga sih..."
Luthias: "Aku tidak ahli kalau harus membicarakan soal pertarungan dua wanita. Oh, ingat saat Hikari melempar Odin Spear evo sampai melesat ke hutan? Itu tombak yang sama lho..." =w=/
Thanks for Review! :D
StrideRyuuki: Nggak juga sih... -w-/ Emang beneran ada yang jual lho, cuma lupa merek-nya. *plak!*
Zen: "Yoi!" :V b
Tepati janji ye! Asal gift-nya jangan selain hari Rabu, Sabtu, dan Minggu, itu ketua guild gue yang loginin! Kalau bisa sekitar jam sepuluh atau jam setengah satu. Ini udah lanjut... -w-/
Happy Reading! :D
Chapter 110: MoRematch Moment
"Serius, untuk apa dia bawa dua ton? Kalau dimakan sendiri mah paling abisnya nggak lebih dari satu persen..." gumam Ikyo sambil menggaruk kepala untuk memikirkan apa yang harus dilakukan dengan daging kiriman Hibatur Chapter lalu.
"Tinggal jadiin stok makanan buat squad aja lha, lumayan nggak beli daging selama sebulan lebih, atau nggak kita adain pesta besar terus masak-masak yang rame!" usul Alpha yang nyempil di belakang.
Ikyo memutar mata sesaat. "Boleh juga sih..."
Tiba-tiba sebuah bola muncul dan meledak di atas tumpukan daging di depan mereka.
"Uhuk uhuk! Siapa yang nyebar bau bawang sih?!" keluh Alpha terbatuk-batuk.
"Uhuk uhuk! Bau-nya nggak nahan!" gerutu Ikyo.
Kemudian mereka berdua segera kabur ke dalam markas.
Sementara itu, seseorang sedang terkekeh ria dari kejauhan.
Saat ini Girl-chan sedang bimbang karena suatu alasan.
"Nonton nggak ya? Nonton nggak ya? Nonton nggak ya? Kalau Reha tau ini bakalan ngiri dia..."
Dia menemukan dua buah CD saat pulang ke rumah(keluarga)nya dan membawa kedua CD itu ke markas. Di tangan kanan berjudul 'RE Damnation', sementara tangan kiri berjudul 'RE Extinction'.
(Note: Apa ada yang ngiri pas tau singkatan RE? Nggak ada? Ya udah, cuma nanya aja kok! *plak!*)
"Ashley, sehebat apa Rendy dalam berpedang?" tanya Hendry yang sedang duduk di meja perpus (emang nggak sopan sih, tapi sejauh ini dia tak takut dimarahi karena tidak ada yang bisa melihatnya).
Ashley memiringkan kepala. "Hmm, entahlah... Tapi setauku, dia bisa membelah apa saja dengan apapun kalau dia mengatakan 'magic word'-nya..."
"Hah?" Hendry langsung bengong.
Ashley hanya menghela nafas. "Akan kujelaskan kejadian sewaktu kami liburan ke pantai..."
-Flashback-
"Seriusan nih? Masa gue yang harus mukul semangkanya pake koran bekas?" tanya Rendy saat dapet giliran untuk memukul semangka.
"Iye, dah cepet! Gue tutup ya!" Sandra menutup mata Rendy dengan saputangan bekas.
"Oke Rendy, maju lima langkah ke depan dan belok kiri dua langkah!" perintah Sandra setelah memutar Rendy dengan kencang.
Rendy hanya bisa mengandalkan perkataan orang di sekitarnya karena matanya ditutup rapat dengan saputangan.
"Rendy, muter ke kanan 50 derajat terus jalan aja lima langkah ke depan!" seru Red.
"Aduh, gue harus ngikutin yang mana!?" gumam Rendy agak bingung. "Udahlah, ngasal aja..."
'Hmm, mungkin saja...'
"HYAAAAAAAT! Geom Slash!"
BUGH!
Saat Rendy membuka penutup matanya...
Semangkanya terbelah dua hanya dengan koran bekas!
"WTF Rendy?!" seru Rone kaget melihat semangka yang terbelah dua dengan sempurna.
"Eh, gue kena ya?" tanya Rendy cengo.
"Nggak, lu meleset!" balas Salem gregetan.
"Eh, terus itu apa?"
"Bodoh amat dah!"
-Flashback End-
Hendry langsung merinding setelah mendengar cerita itu. "Sepertinya agak berbahaya juga ya..."
Pada saat yang bersamaan di luar perpus...
"Ris, Salem di markas lu ya?" tanya Rendy yang menelpon Eris.
"Ya, semalem gue disuruh kakak gue teleport dia ke sini dan-"
"Aku akan segera menjemputnya!" potong Rendy yang segera menutup panggilan. "Hendry, ayo pergi!"
"Iya iya!" Hendry segera keluar perpus untuk menyusul saudaranya.
Di markas Reha...
"Lem, mending lu pake jaket deh." usul Eris datar.
"Kenapa?" tanya Salem bingung.
Eris meraba tengkuk sendiri dan Salem mengikuti gerakannya, sepertinya dia baru menyadari maksud dari tengkuk.
"Alfred kampret! Udah gue bilang jangan ninggalin 'jejak' di bagian yang gampang terlihat!" pekik Salem kesal.
Alfred yang sedang baca buku di kamar langsung ngibrit dan memberikan jaket milik Eris pada Salem. "I-ini, pakailah! Jangan beritahu siapa-siapa... Maaf..."
"Salem! Mau balik nggak? Cepetan!" seru Rendy yang sudah nggak sabar dengan Salem.
"Iya, bentaran!" balas Salem. "Udah ya, gue balik dulu! Dadah!"
Ketika Salem dan Rendy sudah pergi, Eris menyenggol pundak Alfred untuk meminta penjelasan. "Bagaimana?"
"Yah, begitulah..."
"Bukan, bagaimana dia saat 'itu'?"
Alfred hanya bisa blushing saat mengingat bagaimana Salem semalam. "Aku... I take him hard. Rough. Dan dia... Mendesah dan menangis seperti perempuan."
"Oke cukup, tak usah dijelaskan." ujar Eris datar sambil menutup mulut Alfred.
Meanwhile...
"Sal, lu pake jaket siapa sih?"
"Ehmm, minjem punya Eris..."
"Emang kenapa?"
"Nggak ada, cuma pengen minjem aja..."
Rendy mulai curiga. "Lu mau gue introgasi di markas?"
"Nggak usah curiga gitu deh!" sembur Salem tak terima. "Oh iya, kok gue merasa kita tuh kayak lagi jalan bertiga ya?"
Sebenarnya dia tidak tau kalau Hendry sedang berada di belakang mereka sejak tadi, hanya saja dia tidak bisa melihatnya.
Di markas, tepatnya di kamar Rendy...
"Hendry, apa kau merasakan sesuatu yang aneh dari Salem?" tanya Rendy.
Hendry mengangguk. "Ya, aku merasakan aura negatif darinya... Sepertinya dia depresi..."
"Apa kau melihat sesuatu yang disembunyikan di balik jaketnya?"
"Aku melihat bekas gigitan di lehernya, tepatnya di daerah tengkuk..."
Rendy langsung menggebrak meja sampai mengagetkan saudaranya. "Aku sudah menduganya! Hantu sialan itu! Dia benar-benar kelewatan!"
Hendry berusaha menenangkan saudaranya. "Te-tenanglah, jangan terbawa emosi..."
Rendy menghela nafas panjang. "Bagaimanapun juga aku tetap tidak terima dengan itu..."
"Aku tau, kalian berteman baik bukan?"
"Tapi kalau sampai kejadian itu terulang lagi bagaimana? Seisi markas langsung panik saat tau dia menghilang, bahkan orang luar banyak yang ikut membantu."
"Kalau separah itu gawat juga ya..."
"Makanya itu..."
Di sisi lain...
Salem meraba bekas di tengkuknya sambil memperhatikan bayangan dirinya di cermin, dia sempat membayangkan apa yang terjadi sebelumnya sebelum akhirnya menggeleng untuk menghilangkan bayangan memalukan itu.
"Salem, kau baik-baik saja?"
Dia buru-buru mengeratkan kerah jaket untuk menutupi bekas di lehernya sebelum terlihat oleh Naya. "Tidak apa-apa, Kak..."
Setelah kakaknya pergi, pemuda spiky itu hanya menghela nafas panjang dan kembali meraba bekas di lehernya. 'Sepertinya aku harus pakai syal untuk beberapa hari ke depan...'
Malamnya...
Ting tong!
"Ay? Ebuset!? Lu sekampung ngapain lagi ke sini!?" tanya Mathias kaget ketika melihat hampir semua anak Reha Squad datang ke markas squad mereka.
"Makan-makan, kan ada yang baru nikah dan mau punya baby, kita yang masakin." jawab Lectro dengan senyuman penuh arti.
"Wih, oke deh! Hmm... Kayaknya enak tuh baunya." gumam Mathias yang tak sengaja mencium masakan yang masih hangat di tangan Hanny.
"Oh, yo wes lah! Ini toh baru diangkat dari kompor toh, mas Mathias." balas Hanny dengan logat medok (?).
"Silahkan masuk deh, nanti gue kasih tau semuanya."
Kemudian...
"Makan apa nih?" tanya Teiron nggak sabaran.
"Iye, gue harap enak gitu deh, dayo!" timpal Musket.
"Huaa... Baunya itu loh, mantep banget!" seru Alpha sambil membuka sebuah panci. "Mie goreng! Enak nih! Ambil ah!"
"Oi Lectro, lu udah campurin 'ranjau' ke mie goreng itu kan?" bisik Amelia.
"Yoi!" balas Lectro.
"Berapa?"
"Seratus..."
"Gile lu ndro!" seru Amelia kaget. "Oh iya, gue punya tantangan untuk kalian yang mau makan mie gorengnya!"
"Apa tuh, Amelia?" tanya Thundy.
"Makan mie-nya nggak boleh minum karena agak 'pedes', yang kuat entar dapet lima puluh ribu dari Eris!" jelas Amelia.
"Woi! Enak bener lu ngomong!" sembur Eris tidak terima.
Amelia membagikan semua mie dengan sama rata di setiap piring, kecuali Ikyo yang masih keenakan makan steak buatan Alex dengan santai di pojok ruangan.
"Gue rasa tuh mie ada ranjaunya deh..." gumam Ikyo.
"Emang, Lectro masukin sambel soalnya." balas Alex.
"Sambel doang mah bukan ran-"
"Tapi cabainya seratus dan cabai rawit semua." potong Silica.
"Gile lu ndro, banyak amat!" sembur Ikyo sweatdrop.
"Anjrit! Pedes banget!" jerit Alexia yang langsung lari ke dapur untuk mengambil minum.
Para anak laki-laki dan perempuan yang lain juga menyusul, kecuali Tumma, Alisa, Elwa, Arie, dan Zen yang kebal makanan pedas.
"Panas-panas gitu rasanya, emang cabenya berapa?" tanya Tumma.
"Seratus." jawab Lectro sambil nyengir kuda.
"What?! Seratus!?" pekik Tumma kaget.
Kemudian...
"Hidangan kedua!" seru Kaze sambil membawa panci lain.
"Gue harap bukan makanan pedes lagi." ujar Hikari penuh harap.
"Silahkan!" Kaze membuka panci dan terdapat semur tahu, tempe, daging, dan... Jengkol?
"Gile, ada jengkolnya!?" tanya Maurice kaget ketika menyendok sebuah jengkol dari dalam panci semur.
"Ini ada lagi!" seru Kaze sambil membuka beberapa panci yang memperlihatkan sambal goreng hati dan pete, labu siam tumis (plus pete), sayur lodeh (ada petenya juga), serta rendang.
"Gue mau rendangnyaaaa (dayo)!"
Mereka semua langsung berebutan mengambil rendang sampai ludes.
"Anjrit! Gue dapet lengkoas!" jerit Rendy ketika tak sengaja menggigit lengkuas yang menyamar jadi daging.
Dipastikan pasta gigi akan habis dalam sekejap setelah mereka (terpaksa) makan jengkol dan pete.
Setelah itu...
"Hidangan penutup!" seru Alex sambil membawa nampan yang ditutup kain.
"Wah, Alex yang bikin biasanya pasti keren abis dan wah banget." gumam mereka semua. "Kecuali yang bikin Alexia."
'Entahlah, tapi aku akan menabok beberapa orang setelah ini.' batin Alexia.
Alex menyibak kain dari atas nampan. "Nih, es krim buatan gue khusus buat kalian."
Mereka semua langsung melahapnya dan ekspresi mereka berubah.
"Rasanya kayak melayang, enak banget!" seru para laki-laki yang kayaknya nge-fly dengan es krim buatan Alex.
"Ungh... Rasanya enak banget, manisnya berasa, ungh... Campur-campur, bikin kami jadi terbawa suasana." ujar para perempuan yang mulai menggesekkan sendok di lidah mereka.
"Alex, kenapa mereka?" tanya Ikyo yang tidak ikut menikmati es krim buatan Alex.
"Au ah gelap, lebay jir."
'Lain kali gue akan bikin makanan yang biasa aja.' batin Alex sweatdrop.
Yah, setidaknya begitulah pesta yang mereka adakan... -w-/
To Be Continue, bukan Too Bee Chi (?)...
Yah, biarlah semuanya berlalu begitu saja... ~(-w-)~
Review! :D
