Happy Reading! :D


Chapter 117: Grandpa Phobia and NekoLizzie


"Hmm, permisi..."

'Gadis sekolah?' batin Salem ketika dihampiri sepasang gadis dengan seragam sekolah di depan sebuah toko buku. "Ya?"

"Bisakah kamu berikan ini pada Saphire-kun?" pinta salah satu dari mereka sambil memberikan sebuah bungkusan pada Salem.

"Hah? Berikan itu pada Saphire? Tapi kenapa kalian menanyaiku?" tanya Salem bingung.

"Eh? Jadi rumor itu salah ya?" tanya gadis itu.

"Tidak mungkin! Semua orang membicarakannya!" sahut temannya.

"Bukankah kamu saudara kembar Saphire-kun?" tanya mereka berdua bersamaan.


Setelah itu...

Kriieeeet!

"Oh, hay Sa- A-apa ada yang salah?" Saphire langsung shock seketika karena ternyata...

Salem datang dan duduk di sebelahnya sambil mengeluarkan aura suram.

"Tolong jangan mengeluarkan aura suram di ruang makan!" nasihat Paman Grayson yang sedang menyiapkan makanan.

(Note: Ini terinspirasi komik Persona 5 dimana Sae dikira ibunya Akechi... :V a)

Oke, segitu dulu intro-nya!


"Tarta-kun..." Iris berusaha membujuk Tartagus yang sedang memojokkan diri sambil memeluk lutut dengan aura suram di sudut kandang Jeronium.

"Iris, kurasa percuma saja membujuknya... Dia sudah seperti itu selama seminggu dan sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda dia akan pulih..." jelas Daren prihatin.

Sebenarnya itu terjadi karena...


-Flashback-

"Emm... Kenapa kau di pemandian laki-laki, Ris?" tanya Tartagus.

"A-apa? Pemandian laki-laki?!" balas Iris shock berat.

"Iya, kau di pemandian laki-laki." ulang Tartagus datar.

Iris langsung blushing dan memalingkan wajahnya. "Ya udahlah, aku di sini aja... Ini pemandian pribadi kok... Kan ada kamu doang nggak apa-apa..."

Tartagus juga ikut blushing, kemudian masuk ke pemandian dan berendam di sebelah Iris.

Mereka hanya diam saja, walaupun tangan mereka berpegangan.

"Emm... Aku bilasan duluan ya..." gumam Tartagus pelan.

"Si-silahkan..."

Entah karena batunya licin atau emang dia sengaja, Tartagus terpeleset dengan tidak elitnya dan saat dia mendarat...

"Hmmh... Tarta... Tarta-kun..."

Dia mendarat di...

"Apa yang-"

Kazuma yang baru masuk ke pemandian melihat kejadian itu dan langsung murka di tempat karena...

Wajah Tartagus mendarat tepat di belahan dada Iris.

"Omae wa mou shindeiru!"

"Nani!?"

"Ryuu ga waga teki o kurau!"

Pemandian itu langsung meledak seketika. Iris berlari keluar dengan wajah memerah, sementara Tartagus hanya bisa pasrah ditabrak Seiryuu dan digebukin Kazuma.


Beberapa hari kemudian...

"Kok lu malah bonyok sih?" tanya Vience yang berusaha menahan tawa ketika melihat wajah sepupunya diperban dan lengannya di-gips.

"Emang sih gue liburan bareng pacar, tapi gue malah berakhir dihajar dan dipaksa sama kakeknya buat belajar bela diri." jelas Tartagus ngenes.

"Lha, bukannya bagus belajar bela diri?" tanya Saphire bingung.

Tartagus menghela nafas dengan wajah frustasi. "Masalahnya, ada kejadian yang nggak sengaja bikin Kazuma-sensei ngamuk dan gue dihajar pake Seiryuu, sampe bonyok."

Vience langsung kabur untuk ngakak sepuasnya.

"Apa itu?" tanya Saphire penasaran.

"Maaf, nggak bisa cerita." Tartagus langsung pergi.

Saphire hanya terdiam melihat kepergian sepupunya.

-Flashback End-


Yah, seperti itulah...

"Oy, Saus Tartar!" panggil Vience yang sedang memberi makan naganya. "Aku tau kau sedang stress, tapi jangan mojok di situ! Nanti kau bisa dikentutin!"

Tartagus tidak mau bicara dan tetap memeluk lutut di sana.

Vience hanya menghela nafas dan berjalan menghampiri, kemudian berjongkok di depan sepupunya. "Dengar! Aku minta maaf karena telah menertawakanmu soal insiden itu, tapi ini serius! Kau harus bicarakan masalah ini dengan Iris, mungkin kalian bisa mencari jalan keluarnya!"

Dia mulai menatap sepupu pirangnya, kemudian tersenyum tipis. "Terima kasih, Vieny..."

Vience ikut tersenyum dan membantu Tartagus berdiri, kemudian menepuk pundaknya. "Sebaiknya kau keluar dan beritahu Iris, dia pasti akan mengerti!"

Dia mengangguk dan segera pergi.


Sementara itu...

"Jadi, bagaimana di sana?" Luthias mempertanyakan pengalaman ketua mereka selama di Hellsalem's Lot.

"Yah, tidak terlalu berbeda dengan di sini... Walaupun ada resikonya juga sih, karena di sana terdapat banyak monster yang bisa saja membunuhmu..." jelas gadis itu.

"Lalu, siapa yang mengurusmu di sana?"

"Libra, sebuah organisasi rahasia. Kebetulan ketua mereka berkunjung ke sini dan menawariku untuk tinggal di markasnya, jadi aku berkenalan dengan para anggotanya..." Kemudian Girl-chan menunjukkan sebuah album foto. "Salah satu dari mereka memotret ini sebagai kenang-kenangan."

Selagi sang ketua bercerita lebih banyak, mari kita cek ke tempat lain.


Alpha hanya terdiam melihat sesuatu yang aneh dari 'adik'-nya. "Ehm, Lisa..."

"Ya?" tanya Lisa.

"Sejak kapan kau..."

"Kenapa?"

Alpha hanya menunjukkan gestur untuk meraba kepala.

Lisa mulai mengikuti gerakan sang 'kakak' dan merasakan sesuatu di kepalanya, kemudian dia menatap cermin kamar mandi dan terbelalak kaget dengan bayangannya sendiri. "Ba-bagaimana bi-"

"Kita harus beritahu Ayah dan Ibu soal ini!" Alpha langsung menarik gadis pirang itu keluar kamar mandi.


Kemudian...

Yato memperhatikan putrinya dengan pose berpikir, kemudian menghela nafas. "Nak, aku tidak tau apa yang membuatmu seperti ini, tapi kuharap kita bisa mencari penyebabnya..."

"Hmm, ya... Semoga..." Lisa hanya menggaruk kepalanya, kemudian melirik 'kakak'-nya.

Alpha langsung mengerti maksud tatapan itu dan mengangguk. "Aku akan beritahu dia."


Kembali ke markas...

Kriiiiiiiiing!

Flore mengangkat telepon yang berdering. "Halo?"

Di belakangnya terdengar suara dengkuran.

"Oh, Paman Alpha! Ada apa?" Flore mendengarkan sekilas. "Baiklah, aku akan bangunkan Papa dulu."

Dia meletakkan gagang telepon di atas meja dan menghampiri sofa dimana terdapat Teiron yang sedang tertidur karena kelelahan, kemudian mengguncang tubuh pemuda merah itu.

"Hmm... Aku mengantuk..."

"Papa, ada telepon dari Paman Alpha. Katanya ada hal penting yang dia ingin beritahu pada Papa."

"Geez..." Teiron terbangun dengan wajah sebal dan mata setengah terbuka, kemudian menghampiri telepon dan mengangkatnya. "Mau apa kau, Alphamaret? Aku sedang tidur di sini!"

Kemudian manik kehijauan itu langsung terbuka sepenuhnya setelah mendengar apa yang dikatakan Alpha di seberang telepon. "Hah? Lisa?"


Di rumah keluarga Kikuni...

"Ah, selamat da- tang?" Anisa langsung terdiam begitu mendapati...

Flore yang menggotong 'papa'-nya di punggung beserta Tsuchi di belakang mereka.

"Papa masih mengantuk, jadi dia minta gendong." jelas Flore watados.


"Errr... Apa hanya aku, atau..." Teiron menggantungkan kalimatnya.

"Sejak kapan Mama punya telinga dan ekor kucing?" tanya Flore penasaran.

"Itu dia masalahnya! Kami tidak tau sama sekali tentang itu!" jawab Alpha. "Dan aku khawatir ini akan menimbulkan efek samping."

"Efek samping apa?" tanya Teiron agak was-was.

Alpha menggaruk kepala. "Yah, aku bingung menjelaskannya... Tapi..."

"Nyaw..." Tsuchi menghampiri Lisa dan menyentuh telinga kucing di kepalanya. "Nyaw nyaw?"

Lisa tersenyum kecil dan mengusap kepala Tsuchi. "Aku tidak apa-apa, sepertinya..."

"Tapi kami akan tetap khawatir. Selagi Ayah dan Ibu mencari penyebabnya, kau harus sembunyikan telinga dan ekormu." usul Alpha.

"Dan juga bersikap seperti biasanya." sambung Teiron.

Lisa mengangguk. "Baiklah, akan kucoba..."


Di sisi lain...

"Iris, sebaiknya kita putus saja..."

"Hah?! Kena-"

Tartagus menutup mulut Iris sebelum dia selesai bertanya, air mata terlihat mengaliri manik hitam pria itu dan dia menggeleng dengan wajah menahan sakit.

"Aku sudah tidak tahan lagi! Aku terlalu takut dengan kakekmu! Aku tidak mau mengalami trauma yang lebih parah dari sebelumnya! Maafkan aku!"

Tartagus langsung pergi tanpa memberi Iris kesempatan untuk bicara.

Sepertinya akan terjadi sebuah masalah.


To Be Continue, bukan Traumatic Breaking Carefree (?)...


Well, ya sudahlah... .w./

Kurasa akan ada lebih banyak konflik di Chapter selanjutnya, yah semoga saja... 'w'a

Review! :D