Balas Review! :D

JustReha: Terlalu mainstream, lagian Hero Melee gue udah kebanyakan coeg!

Teiron: *cembungin pipi.*

Makasih Review-nya.

StrideRyuuki: Menurutmu?

Alpha: "Ya kale gue bakalan ngelakuin itu? Pemeriksaan doang ini, nggak usah nyaranin yang aneh-aneh dah!"

Teiron: "Sebenarnya ultahku bulan lalu, tapi makasih."

Ini udah lanjut.

RosyMiranto18: Nggak, cuma nggak mau lakuin aja!

Ikyo: "Mungkin nanti akan kucoba..." =w=a "Biar kuingat-ingat... Aku menikah seminggu setelah ultah Adel, kira-kira tanggal 1 atau 2 Februari... Tapi jangan terlalu dipikirkan! Timeline fic ini agak ngacak soalnya!"

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Kejadian Sebelumnya:

"Namaku Ilia Fladramia, salam kenal!"

Semua orang hanya mengangguk saja.

Well, tidak semua yang hadir sih...

Ketika Rendy dan Salem baru memasuki perpus, tiba-tiba Ilia berlari ke arah mereka dan memeluk Rendy.

"Hendry! Lama nggak ketemu! Aku kangen!"

"Ehmm... Dia itu Re-"

"Sssstt!" Rendy menyuruh Salem untuk diam. "Yah... Begitulah, Ilia..."


Sementara di pojokan...

"Kenapa dia mengira Rendy itu kau?" tanya Ashley.

Hendry hanya menghela nafas. "Sebenarnya..."


Chapter 127: His Depression Return


"Dia tidak tau kalau aku punya kembaran, bahkan saat pindah keluar kota dua bulan sebelum kematianku..." jelas Hendry merasa tidak nyaman.

Ashley mulai prihatin. "Maaf ya..."

"Sepertinya aku akan membiarkan mereka untuk beberapa hari..." Hendry pergi keluar perpus.


Seminggu kemudian...

Saat ini Edgar, Salem, dan Rendy sedang makan bersama Salma di CitaCafe.

"Aku menikah dengan Alfred setelah lulus SMA, dan aku pernah pacaran dengan Rendy sebelumnya sejak SMP."

Rendy langsung tersedak minumannya, sementara Salem berusaha menahan tawa.

"Lalu, kenapa dan bagaimana kau bisa putus dengannya?" tanya Edgar.

"Aku menamparnya setelah mengetahui dia punya saudara kembar yang menggantikannya saat tidak bisa kencan denganku."

Salem langsung ngakak saat itu juga, tapi segera berhenti setelah ditegur pengunjung sekitar dan hanya bisa cengengesan.

"Oh iya, apa di sini kau juga punya saudara kembar, Ren?" tanya Salma.

Rendy menunduk sedih. "Ya, tapi dia sudah meninggal..."

Salma mulai prihatin. "Oh, maaf ya..."

Rendy hanya menggeleng dan menopang dagu. "Tapi, aku jadi kepikiran..."

"Kepikiran apa?" tanya Edgar.

"Apa reaksi Ilia juga akan seperti itu jika tau aku kembaran orang yang disukainya?"

Salma langsung bingung. "Ilia?"

"Ilia itu orang baru di squad kami, dan dia menyukai Hendry, kembarannya Rendy." jelas Salem.

"Ilia menyukai Hendry saat kami berumur sepuluh tahun, dan dia pindah keluar kota dua bulan sebelum kematian Hendry." lanjut Rendy sambil menghela nafas. "Jika Ilia sampai mengetahui yang sebenarnya, aku tidak tau harus bagaimana..."

Salma semakin prihatin. "Begitu ya..."

"Hey..." Salem menepuk pundak teman baiknya. "Jangan terlalu dipikirkan, Hendry tidak ingin melihatmu depresi lagi..."

Rendy tersenyum tipis. "Terima kasih..."


Keesokan harinya...

"Hendry~ Ayo kencan~" ajak Ilia.

Rendy hanya menghela nafas pasrah. "Baiklah..."


Selagi mereka bersiap untuk kencan, mari kita lihat stand up comedy yang sedang diadakan di perpustakaan markas dengan Garcia sebagai pelawaknya.

"Kenapa dibutuhkan sebuah lagu untuk mengusik seekor 'elf kucing'? Karena dia 'Havana oh Na-na(n)'."

Tumma berusaha keras menahan tawanya.

"Garcian sering bertanya-tanya, kenapa Arie(n) tidak bisa mengeluarkan Persona, padahal dia Ariesato(n)."

Tumma memukuli tembok karena terus menahan tawa, hanya dia yang tertawa dengan pun-pun Garcia di saat yang lain merasa garing.

"Lalu Garcian sering membayangkan kalau Primarin adalah Pokemon air bernama Primarina(n) dan bisa mengeluarkan (Pri)Marin Karin."

"Kalau kalian ingin mencaritahu sesuatu yang seram dari Tartagus, gantilah huruf 'g' dengan 'r' maka jadilah 'Tartarus'."

Semakin banyak pun yang dikeluarkan Garcia, Tumma semakin sulit menahan tawa.

"Kenapa Boots dinamai Boots? Karena dia memakai sepatu boots."

"Apa yang dikatakan Sho(n) Minazuki(n) ketika akan bertarung? It's Sho(w) time!"

"Buahahahahahahahahaha!" Tawa Tumma langsung meledak saat itu juga. "Tolong! Tolong hapus kebodohanku! Ahahahahahahahahaha!"

Semua penonton hanya bisa sweatdrop berjamaah melihat kelakuan Tumma yang diluar kendali.

'Begini nih kalau 'pun laughter' ketemu 'pun machine', hasilnya malah kayak gitu...' batin Alexia sambil tepuk jidat.

"Kemudi-"

"Cukup Garcia, cukup! Hentikan saja!" Alexia memotong ucapan Garcia sebelum dia sempat melontarkan lebih banyak pun.

Beberapa cowok langsung menggotong si pemuda hijau keluar dari perpustakaan dan mengupayakan segala cara untuk menghentikan tawanya agar kotak tertawanya tidak rusak akibat terlalu banyak tertawa.


Akhirnya tawa Tumma berhasil dihentikan setelah Arie mencubitnya berkali-kali.

"Sudah puas tertawanya?" tanya Arie sambil melipat tangan. "Kau sudah tertawa lebih dari tiga jam, Tumma! Orang lain pasti sudah rusak kotak tertawanya jika tertawa selama itu!"

Tumma hanya cengengesan. "Ehehe, maaf... Lagipula, aku tidak menyangka kalau Garcia pintar membuat lelucon pun seperti itu."


Di tempat lain...

"Kenapa wibu bau bawang?" tanya Akai.

"Entah." Mathias angkat bahu. "Emang lu belum pernah kelilipan bawang?"

Akai menggeleng. "Belum."

"Kalau begitu..." Mathias langsung nyengir jahil, kemudian...

PLUK! PLUK!

"AAAAAAARGH!" Akai langsung lari-lari gaje karena matanya ditempelin potongan bawang bombay sama Mathias.

Mathias terkekeh ria. "Ehehe... Makan tuh bawang..."


Sekarang kita kembali pada kencan mereka~

"Hendry, sebaiknya kita ngapain dulu?" tanya Ilia.

Rendy berpikir sejenak. "Hmm, kurasa kita perlu makan sebelum ke taman bermain. Nanti bisa kelaparan di tengah jalan."

"Baiklah~"

Dan mereka pun pergi ke sebuah tempat makan.


Rendy memesan kue blueberry, sementara Ilia memesan cheesecake dan minuman vanila dengan sedotan bercabang.

Rendy hanya bisa pasrah dan minum bersama Ilia.


Setelah makan, mereka pun pergi ke taman bermain.

"Coba kulihat..." Rendy membuka peta. "Hmm, kau mau mengusulkan tempat pertama yang akan kita kunjungi?"

'Asal jangan rumah hantu!' batin Rendy was-was.

Ilia ikut melihat peta. "Bagaimana kalau ke terowongan cinta dulu, lalu ke carousel, kemudian ke bianglala?"

"Baiklah..."


Sementara di markas, Girl-chan sedang membaca sebuah surat yang baru saja diterimanya.

"Hey Don-chan." panggil gadis itu.

"Ada apa, Nona?" tanya Donna.

"Aku akan menyambut seseorang, bisakah kau menyiapkan perlengkapan untuk minum teh di taman?"

"Tentu saja, Nona."

"Oh, dan satu lagi."

"Ya?"

"Sebaiknya kau tidak perlu memanggilku Nona, aku lebih muda darimu."

"Baiklah, Nona."

'Entah kenapa jadi teringat Aximili...' batin Girl-chan risih, kemudian dia hanya menghela nafas dan berjalan pergi.

(Note: Aximili itu nama karakter di Animorphs. Dia memanggil Jake dengan sebutan 'Pangeran' karena menganggapnya sebagai pemimpin, padahal Jake tidak begitu menyukainya.)


Ketika baru mencapai gerbang, rupanya ada seseorang yang menunggu di sana.

"Heeeh? Kenapa kau ke sini?" tanya Girl-chan.

"Aku merasa tidak nyaman jika seorang perempuan menjemput seorang pria, jadi aku memilih untuk datang kemari." jawab orang itu.

"Ehmm, baiklah..."


Setelah itu...

"Bagaimana dengan pelayanmu?"

"Yah... Don-chan melakukan pekerjaannya dengan baik, walaupun aku merasa tidak nyaman saat dia memanggilku 'Nona'."

"Aku senang mendengarnya."

"Ngomong-ngomong, Tuan Estes, apa yang membawamu kemari?" tanya Girl-chan.

"Aku hanya ingin berkunjung dan juga menunggu Miya, kudengar dia akan kemari." Estes meminum tehnya.

"Oh ya, dia dan Reha memang akan ke sini." Girl-chan hanya memperhatikan cangkir teh di depannya.


'Aku tidak sanggup lagi! Monster-monster itu terlalu kuat! Cepat atau lambat, aku akan terbunuh!'

"Apa kamu tidak apa-apa?"

"Si-siapa?"

"Jangan berbicara terlebih dahulu, aku akan mengobatimu."

"Te-terima kasih..."

"Namaku Estes, siapa namamu anak muda?"

"Na-namaku-"


"Kaichou!"

Kedua orang itu langsung terkejut, bahkan Estes sampai menumpahkan teh pada bajunya.

Gadis itu langsung panik. "Ka-kau baik-baik saja? Bi-biar kubersih-"

"Tidak perlu, berikan saja kainnya." potong Estes santai.

Girl-chan memberikan serbet pada Estes, kemudian pria itu membersihkan bajunya dengan tenang.

Mathias mendatangi mereka dengan tampang marah.

"Ma-Mathy?"

"Coba jelaskan padaku tentang orang ini!" Mathias menunjuk Estes dengan garang.

"Hey hey! Nggak usah posesif gitu deh!" sembur Girl-chan sebal. "Dia hanya tamu doang!"

Estes tertawa kecil. "Jangan khawatir. Kami hanya mengobrol saja, tidak lebih dari itu."

Mathias mendengus sebal, kemudian dia mendapat pukulan dengan busur panah di kepala dan ternyata berasal dari...

"Jangan berpikiran yang tidak baik pada rajaku ya!" seru seorang wanita tepat di belakang si pirang jabrik.

"Woah woah, tenanglah Miya!" ujar Reha menenangkan wanita itu.

Estes yang melihat itu hanya tersenyum.


Setengah jam kemudian...

"Terima kasih atas tehnya."

"Kalau perlu nggak usah balik lagi!"

"Mathy!"

Mathias pun kembali dipukuli Miya dengan busur panahnya.

"Hahaha, tidak apa-apa. Aku bisa memakluminya."

Kemudian Estes berjalan pergi meninggalkan markas Garuchan.


Seminggu setelah kencan itu, dia sedang menyelusuri kota dan melihat jalan raya yang ramai kendaraan.

'Seharusnya dia tidak melakukannya untukku...'

Kakinya mulai bergerak ke arah jalan raya.

'Seharusnya bukan dia yang mati saat itu...'

Dia seperti tidak mendengar suara sekitar.

'Seharusnya aku yang mati...'

Kemudian sebuah truk datang ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"Maafkan aku..."


Bingkai foto itu terjatuh tepat saat Hendry baru saja memasuki kamar kembarannya. Dia segera memunggut bingkai foto itu dan terkejut begitu melihat pecahan kaca yang mengarah pada gambar kembarannya.

'Kenapa, aku merasa terjadi sesuatu yang buruk pada Rendy?'


To Be Continue, bukan Taring Bulu Cula (?)...


Bodoh amat, yang penting jadi... -w-/

Sebenarnya masih banyak 'pun jokes' yang ingin kumunculkan di sini, tapi sepertinya itu untuk lain kali saja... -v-a

Oh, ada yang mau bikin transcript dari video 'Malk' yang pernah ku-share di FB? Listening-ku agak payah dan aku butuh banget buat ide fic soalnya... TwT/

Review! :D