Balas Review! :D

StrideRyuuki: Suka-sukamu. Ini udah lanjut. 'v'/

RosyMiranto18: Sayangnya anak anjing itu bukan miliknya, tapi dari squad sebelah... 'w'/

Tartagus: "Boleh saja! Tapi..." *memainkan jari.* "Yah, sulit menjelaskan bagian takutnya..."

Itu udah lama sih, tapi emang lucu kalau keinget terus... 'v'a Thanks for Review.

Note: Sepertinya tidak ada yang bisa menjawab dengan benar, padahal yang punya mata amethyst cuma satu orang lho...

Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

"Seharusnya dia sudah di sini sekarang..." Thundy melirik jam tangannya. Dia memakai kaos biru tertutup Lightning Robe-nya yang tidak dikancing, sarung tangan hitam, celana abu-abu cerah, ikat pinggang coklat, dan sepatu boot coklat.

"Iya, kenapa dia lama sekali ya?" tanya Teiron bingung. Dia memakai kaos putih tertutup jaket coklat terang yang tidak dikancing, celana coklat tua, dan sepatu kets putih.

Sekarang mereka berdua sedang menunggu teman di depan gerbang markas pada jam lima pagi.

"Haaah... Maaf terlambat ya!"

Mereka berdua menengok ke belakang dan langsung terkejut begitu mendapati...

Seorang pemuda berambut hitam dengan kunciran kecil di belakangnya, bermata ametyhst, memakai sweater kuning terang dengan gambar kucing tertutup jaket putih yang tidak dikancing, celana biru, dan sepatu boot coklat sedang menggaruk kepala dengan wajah setengah mengantuk sambil menghampiri mereka.

"Oh ayolah, kenapa kita harus pergi sepagi ini? Aku mengantuk karena harus begadang membantu Zen dengan pekerjaan kecilnya..." Kemudian dia kebingungan melihat ekspresi kedua orang itu. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"


Chapter 133: He Back to Normal?


"Gyaaa-"

Thundy langsung membekap Teiron sebelum dia sempat teriak, kemudian menatap pemuda itu dengan wajah serius. "Bagaimana kau bisa berubah seperti itu?"

Pemuda itu, untuk saat ini kita panggil dia 'T' (bukan T-Bag lho ya, itu mah Downhill), mengangkat alis. "Apa maksudmu?"

Thundy menghela nafas. "Sepertinya kau butuh cermin nanti..."


Sekarang mereka bertiga sedang jalan-jalan menuju kota.

"Serius deh, kenapa harus sepagi ini?"

"Yah, hitung-hitung refreshing."

"Setidaknya kita nggak ketemu dengan-"

Tiba-tiba terdengar gonggongan anak anjing dari kejauhan.

"GYAAAAAAAAAAH!"

Dan Teiron langsung loncat ke tiang lampu terdekat.

Kedua orang lainnya menengok dan mendapati...

You know lha, Hato dan adik barunya.

"Tei, turunlah! Mereka tidak menakutkan!" pinta 'T'.

Teiron malah menggeram kesal layaknya seekor kucing.

"Kenapa pagi-pagi begini ada orang nyangkut di tiang lampu?"

Mereka semua menengok dan mendapati seorang wanita berambut putih dengan mata biru, kulit pucat, dan kaki melayang (tapi dia bukan hantu lho!) sedang berada tidak jauh dari TKP.

"Bu-bukannya dia... Eudora?" tanya 'T' memastikan.

Eudora baru menyadari keberadaan mereka. "Oh, kalian mengenalku?"

"Yah, sedikit..." jawab Thundy seadanya, kemudian menunjuk si pemuda merah. "Bisa tolong turunkan dia sebentar? Anak itu punya masalah dengan... Hewan tertentu..."


Setelah penurunan seorang Cynophobian kemudian...

"Ayolah Teiwoof, coba gendong Fuyu woof!" Hato mengangkat si anak anjing berkalung putih.

Teiron dengan gemetaran mendekatinya dan mengambil Fuyu, kemudian menggendongnya pelan-pelan. Fuyu menggonggong senang dan menjilati wajahnya.

"Jadi, Nona Eudora, bagaimana dengan Richard?" tanya Thundy.

"Lumayan." jawab Eudora dengan si anak anjing berkalung merah yang menempel di kepalanya.


"Hey, kalian mau dengar sesuatu nggak?"

"Apaan?"

"Dia berubah lho!"

"Siapa?"

"Si entuh tuh!"

"Si entuh siapa?"

"Entar juga tau kok!"

Kemudian muncullah ketiga orang yang baru pulang.

"Lho, si Tei kenapa?" tanya Mathias bingung begitu mendapati Teiron yang gemetaran seperti siap-siap mau pingsan.

"Biasa, Cynophobia-nya kambuh..." jelas Thundy singkat, kemudian menarik pemuda merah itu ke kamarnya.

"Hey, aku punya lelucon!" seru Zen tiba-tiba. "Kudengar Eudo punya saudara perempuan, namanya Eudora!"

Webek, webek...

"Pffft..." 'T' mulai menahan tawa.

"Pun joke detected, save in memory." Jangan tanya ini siapa.

"Woy!" seru Alexia sebal.

"Apa Zen punya pun joke yang lain?"

"Hey, sudah kubilang jangan-"

"Oh ya! Ada satu lagi! Tapi dari temanku!" Zen berdehem sesaat. "Kenapa Batur bukan Gargoyle? Padahal dia bisa membuat orang menjadi Batur, dengan begitu Batur bisa membuat Batur dari batu yang dibatuin!"

Webek, webek...

Semua orang langsung terdiam di tempat.

Hening...

Hening...

Zen nyengir.

Garcia memasukkan lelucon tadi ke dalam memory-nya.

Alexia menyiapkan Revolver-nya untuk menembak Zen.

Hening...

Hening...

Dan akhirnya ada yang meledak.

"Ahahahahahahahahahahahahahaha!"

Semua orang langsung sweatdrop berjamaah melihat siapa yang tertawa barusan.

'Tampang dan selera humor-nya mirip Tumma... Atau emang itu dia?' batin mereka semua.


Ketika tak sengaja melihat bayangan dirinya di cermin, dia baru menyadari sesuatu dan segera keluar kamar.


"Thun, kenapa kau tidak bilang dari awal?"

"Aku ingin memberitahumu, tapi aku bingung mau bilang apa!"

Dia menghela nafas panjang, kemudian merenung.

Sudah setahun lebih dia menjadi makhluk hijau karena insiden yang dialaminya, tapi sekarang dia kembali seperti semula tanpa sebab yang jelas. Dan dia tidak tau harus bagaimana untuk menjelaskan semuanya pada yang lain.


Di suatu tempat, seorang wanita berambut putih hanya tersenyum melihat apa yang terjadi dari sebuah bola kristal.


Bonus:

"Jadi, apa kelemahan kalian?"

Reha dan Girl-chan langsung melirik Hibatur selaku pencetus pertanyaan barusan.

"Kelemahan ya? Hemm..." Reha berpikir sejenak. "Mau siapa duluan?"

"Ladies First!" seru Hibatur watados dan langsung mendapat tatapan tajam dari Girl-chan.

Kemudian gadis itu menghela nafas. "Well... Aku lemah terhadap cowok pirang kayak Mathy, atau cowok badass kayak Masaru Daimon..."

"Mending lu deketin aja Alucard! Dia kan pirang and badass!" usul Reha watados.

"Nggak, makasih! Gue udah punya Mathy!" tolak Girl-chan. 'Walaupun dia lumayan sih...'

Reha hanya cengengesan. "Gue sih lemahnya sama kumis dan jenggot tipis..."

"Oh gitu!" Girl-chan nyengir jahil. "Pantesan aja lu demen nempel sama Yamagi, kadang juga sama Pak Yi Sun Shin!"

Reha memalingkan wajah.

"Satu sama!" Girl-chan terkekeh kecil, kemudian mengalihkan pandangan pada Hibatur. "Kau sendiri gimana?"

"Aku sih, sama loli~"

Webek, webek...

"Ra, gue tadi nggak salah denger kan?" tanya Reha sambil bisik-bisik.

Girl-chan mengangguk. "Yap!"

"Lu ngerasain aura serem nggak di sini?"

"Yap!"

"Mau kabur nggak?"

"Nggak usah, gue pengen nonton. Mending lu cari aja alasan buat kabur."

"Ya sudah." Reha memasang wajah datar.

Girl-chan melipat tangan. "Serius tuh?"

Hibatur mengangguk. "Makanya itu aku suka sama Flore~"

"Tur, gue mau balik dulu ya! Gue mau belajar buat kuliah! Dadah!" Reha langsung pergi.

Girl-chan berdehem. "Bukannya aku nggak suka sih, tapi... Yah, liat aja ke belakang!"

Hibatur pun menengok dan ternyata...

"Oh, pantesan aja Flore cerita sering digodain orang pas pulang sekolah! Ternyata itu ulahmu!"

GLEK!

Dia langsung menelan ludah setelah mendapati Teiron sudah berada di belakangnya dengan aura hitam plus seringai angker.

"Hiiiiih! Ampun Sukone Teiron-sama!" Hibatur langsung sujud sembah saking takutnya.

"Bagus ya! Lu udah godain kucing gue pake salah nyebut nama pula! Minta ditempeleng hah?!"

"Selamat menderita~" celetuk Girl-chan yang ternyata sudah bersembunyi di dalam benteng entah sejak kapan.


To Be Continue, bukan Treat Bald Crab (?)...


Aku nggak jamin bisa lanjut sih, tapi yah gitu deh... 'w'/

Review! :D