Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

Tsuchi yang sedang menunggu adiknya keluar pada jam pulang sekolah tak sengaja melihat seseorang yang mengawasinya seperti bayangan.

"Kak Tsuchi, ada apa?"

Dia tersentak setelah mendengar suara Flore, kemudian menggeleng cepat. "Nyaw, nyaw nyaw." (Tidak, tidak ada apa-apa.)

Sepanjang perjalanan pulang, dia masih bertanya-tanya siapakah sosok itu.

'Siapa dia? Kenapa aku merasa mengenalinya?'


Chapter 135: Kitty Lovers Matched


Dua hari setelah kejadian itu, dia masih terus memikirkannya.

"Kau sedang memikirkan apa, Tsuchi?" Lisa menghampiri Tsuchi yang sedang melamun di jendela kamar 'ayah'-nya.

Dia hanya menggeleng. "Nyaw nyaw." (Tidak ada.)

Lisa menghela nafas. "Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, sebaiknya ceritakan saja."

Tsuchi mengangguk dan pergi keluar kamar.


Di depan markas...

"Ah, sudah sampai! Makasih ya Red udah mau jemput Flore." kata Teiron setelah melihat Red mengantar pulang Flore.

"Nggak apa-apa." balas Red yang langsung pergi.

"Papa tumben akur dengan Paman Red, ada apa ya?" tanya Flore penasaran.

"Nggak ada apa-apa kok..." jawab Teiron pelan. "Nggak ada sama sekali..."

Flore hanya memiringkan kepala karena bingung, kemudian masuk ke markas bersamaan dengan Alpha yang baru keluar.

"Kau pasti punya alasan minta Red nganterin pulang Flore kan?" tanya Alpha yang menghampiri temannya sambil melipat tangan.

Teiron hanya menggaruk pipi. "Ehmm... Sebenarnya..."


-Flashback-

Sehari sebelumnya...

"Yo, ada apa?"

"Gue nggak tau harus bilang apa... Tapi, Red... Tolong jemput Flore dan anterin dia ke markas gue tiap pulang sekolah. Gue merasa ada pedo yang ngintilin dia tiap hari deh." pinta Teiron yang saat itu sedang menelpon Red.

"Hemm... Oke... Lu kuat bayar berapa buat jasa gue?"

GLEK!

Teiron mulai gemetar karena ini menyangkut phobia-nya. "Gu-gue bakalan ngawasin... A... A... A... Semu- Nggak! Fuyu sama Richard seminggu sekali! Ajak jalan-jalan, kasih makanan, sama... Ma-mandiin mereka berdua!"

"Berani juga kau. Ahahahaha. Baiklah, aku mau. Akan kuberi kau sebungkus cupcake tiga sampai dua hari sekali. Jika kerjamu bagus, maka akan kuberi bonus."

"Be-beneran!?"

"Iya. Tapi... Jika aku menemukan keluhan dari kedua anakku, kupastikan kau tak akan bisa selamat dariku... Paham?"

"Pa-paham!"

"Bagus! Kerjaku mulai besok setelah pulang sekolah, dan kau juga setelah Flore sampai ke rumahmu."

-Flashback End-


"A-aku harus pergi. Tolong siapkan tandu kalau nanti aku pingsan pas pulang ya." Teiron langsung kabur.

Alpha hanya bisa sweatdrop mendengar itu.


Di sisi lain, terlihat para makhluk dari ML yang numpang main 'Game of Doubt' di taman belakang markas.

"Six of Diamond."

Clint langsung menunjuk kartu yang ditaruh Zilong dengan tangan membentuk pistol. "Doubt!"

"Cih!" Zilong membuka kartunya, ternyata lima hati.

Para peserta (?) 'GoD' di sana adalah Clint, Zilong, Akai, Alucard, Valir, Eudora, Fanny, Cyclops, Diggie, dan Estes.

Wait, Estes juga main ginian?!

"Sekali-kali ajak dia main kartu, Miya." celetuk Akai watados ketika ditanya Miya kenapa Estes ikutan main dengan mereka.

"Long Long, adek lu gimana kabarnya?"

"Please deh, gue bukan lontong! Terus ngapain lu nanya soal Chang'e?"

"Gue cuma penasaran aja." Alucard hanya nyengir.


Di tempat lain...

'Tahan, tahan! Aku sudah membuat perjanjian dan tidak bisa mundur! Satu kesalahan yang terjadi akan membuatmu terkena akibatnya!'

Yah, saat ini si Cynophobian kita sedang jalan-jalan dengan Fuyu dan Richard

"Sebaiknya aku istirahat dulu..."

Teiron segera berjalan ke kursi taman terdekat dan menurunkan kedua anak anjing itu di tanah, kemudian dia duduk untuk menenangkan diri. Tapi ketenangannya tidak berlangsung lama karena ternyata...

"Teiron-nii sedang apa di sini?"

Dia langsung shock begitu mendapati orang yang dikenalinya datang menghampiri.

'Oh ya ampun! Kenapa Teira harus datang di saat seperti ini?!'

"Oh, ha-hay..." Teiron menyapa adiknya dengan senyum gugup. "Hanya sedang jalan-jalan saja..."

Teira mengangkat alis, kemudian mengalihkan pandangan pada kedua anak anjing yang bersama kakaknya. "Tidak biasanya Teiron-nii jalan-jalan dengan anjing, apa mereka punyamu?"

"Bukan, mereka punya teman. Aku hanya diminta mengajak mereka jalan-jalan." jelas Teiron seadanya.

Teira ber-'oh' ria, kemudian mengangkat Fuyu. "Aku boleh main dengan mereka nggak?"

"Yah, boleh saja sih..." Teiron tertawa gugup. 'Setidaknya ada bantuan...'


Mari kita lihat kondisi Tsuchi.


Tsuchi POV

Aku sedang jalan-jalan di taman dan merasa ada yang mengawasiku, aku berusaha mengabaikannya sekaligus mencoba lebih waspada.

"Cilubak!"

"Waaaaaah!" Aku langsung jatuh terduduk karena kaget.

Ada orang yang mengagetkanku dari atas pohon di depanku dan dia pun turun dari pohon itu.

Dia merupakan seorang gadis berambut abu-abu sebahu, bermata hijau terang, serta memiliki sepasang telinga hewan dan ekor lebat yang berwarna sama dengan rambutnya.

"Ehehe, kaget ya?"

"Tentu saja aku kaget! Memangnya siapa yang tidak kaget jika tiba-tiba ada orang yang muncul di depanmu sambil gelayutan dengan posisi terbalik di atas pohon?!" omelku sebal sambil berdiri.

"Maaf maaf." Dia menggaruk kepalanya. "Oh iya, kau masih kenal aku?"

Aku mengerutkan kening. "Apa kita pernah bertemu?"

"Apa kau ingat kejadian dimana kau pernah bertemu kucing betina dan dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanmu dari serigala?"

Aku terbelalak mendengarnya. Dari mana dia tau soal itu?

Ti-tidak mungkin! Jangan bilang kalau dia...

Aku mencoba menggunakan suara manusia untuk menyebut namanya, kalau memang benar itu dia.

"Ma-Ma, ri-rin, k-ka?"

Dia menutup mulutku dan tersenyum. "Jangan memaksakan diri. Ini memang Marinka kok."

"Tapi bagaimana kau-" Aku terpaksa menggantung pertanyaanku karena shock sekaligus gugup.

"Bisa seperti ini?" tanya Marinka seolah mengetahui kelanjutan dari pertanyaanku. "Ceritanya cukup panjang, tapi tidak bisa kujelaskan sekarang."

"Lalu, kenapa kau mengikutiku seperti stalker sejak minggu lalu?" tanyaku penasaran.

Marinka memiringkan kepala. "Stalker?"

Aku menghela nafas. "Itu istilah untuk seseorang yang mengikuti orang lain secara sembunyi-sembunyi."

Marinka melipat tangan di belakang punggungnya dan mengais tanah dengan ujung kakinya. "Aku hanya ingin tau dirimu saja."

Kemudian kami berdua terdiam.

"Hey, Tsuchi."

"Ya?"

"Aku bingung mengatakannya, tapi..."

Tiba-tiba dia mendekatiku dan mencium bibirku.

"Aku mencintaimu." Marinka tersenyum kecil. "Aku belum sempat mengatakannya dulu."

Kenapa perasaanku mulai tidak karuan? Apa aku, sedang jatuh cinta?

"Oh, aku harus pergi. Sampai jumpa, Tsuchi." Dia langsung pergi sebelum aku sempat mengatakan apapun.


Ketika pulang ke markas dan masuk ke perpustakaan, aku duduk di kursi dan di depan ada Papa yang sedang membaca buku. Aku pun bertanya padanya, "Papa, apa jatuh cinta itu normal?"

Papa menurunkan bukunya dan menatapku dengan wajah bingung. "Hah? Kenapa kau bertanya soal itu?"

Aku menceritakan semua yang terjadi barusan.

"Kalau kasusmu begitu, kurasa memang normal." Papa tersenyum lembut dan mengusap kepalaku. "Itu berarti kau sudah dewasa."

Aku memiringkan kepala. "Dewasa?"

"Yah, ada hal-hal tertentu yang membuatmu dianggap dewasa."

Kemudian Papa menggumamkan sesuatu yang terdengar kurang jelas di telingaku, tapi aku merasa dia sempat menyebut Flore. Mungkin dia mencemaskan kami karena kejadian waktu itu.


To Be Continue, bukan Tom Bombing Chamber (?)...


Yah, jangan tanya kenapa membingungkan... 'w'/

Review! :D